Malam itu adalah hari tersial bagi Jae In. Dia dihina dan kehilangan kepercayaan dari Ny. Shin dan kena telak dipermainkan Tae Sung yang berniat melawan Ny. Shin. Jae In berjalan tak tentu arah di trotoar. Geon Wook berhasil mengejarnya lalu menariknya ke pinggir taman jalan.
Geon Wook memegang bahunya "Kau.... ".
Jae In "Geon Wook... Orang-orang itu... memangnya apa yang berbeda? Ah benar... pakaian itu juga...(tertawa) Sekarang kalau kupikir-pikir.. itu adalah hadiah gratis untuk mereka yang tak dipakai untukku. Saat mereka melihat bahwa aku menyukainya dan memakai pakaian itu... Mereka pasti tertawa". Geon Wook tak mengerti "Apa yang kau bicarakan?" tanyanya.
Jae In menumpahkan semuanya sambil menitikkan air mata "Sesuatu yang membuat orang-orang itu tertawa. Aku sendiri jadi orang bodoh. Bagi Ny. Shin, aku... hanyalah pekerja biasa... dan bagi keluarga itu, aku.. hanyalah seseorang yang hidup di dunia yang berbeda. Dan bagi mereka... aku hanya akan menjadi seperti itu, orang-orang yang terhina. Aku... Kau tahu kan betapa sulitnya bagiku untuk sampai sejauh ini?".
Geon Wook "Aku akan pura-pura jadi Hong Tae Sung untukmu. Jadi sekarang aku adalah Hong Tae Sung. Marahlah padaku. Seperti kau pertama bertemu denganku. Marahlah padaku. Cobalah" hiburnya.
Jae In lalu berkata seolah-olah pada Hong Tae Sung "Hong Tae Sung! Kau. Apa kau pikir aku menyerah dengan topeng kaca itu untuk ini? Ini pertama kalinya aku menyerah mendapatkan benda seni. Aku melakukannya karena kau! Jadi saat kau akan kembali. Jika kau kembali, aku ingin kita jadi lebih akrab. Tapi apa ini? Topengnya pecah. Kepercayaan Ny. Shin padaku juga hancur. Aku belum belajar tentang apa yang akan terjadi jika aku terlibat dengan laki-laki sepertimu" katanya dengan berurai air mata.
Geon Wook ikut menitikkan air mata. Mendengar wanita ini juga menderita karena ulah orang-orang Haeshin Group, dia tampak sangat bersimpati dan ingin menguatkan Jae In. Sepertinya dia berpikir andai dia benar-benar Hong Tae Sung. Dia memegang pipi Jae In, mereka saling berpandangan. Geon Wook maju dan mencium bibir Jae In dengan lembut. Tak jauh dari mereka, mobil Tae Sung lewat (mungkin juga mencari Jae In) dan pandangan Tae Sung terhenyak menyaksikan mereka.
Setelah ciuman itu, Jae In menanggapinya dengan dinginJae In "Apa yang kaulakukan? Apa aku tampak murahan bagimu?"Lalu dia pergi meninggalkan Geon Wook. (Andai Jae In tahu, bahwa tujuan Geon Wook sebenarnya bahkan lebih dari tujuan Jae In). Sementara itu Tae Sung langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan kesal.
Geon Wook "Bukan seperti itu"
Jae In "Lalu, apa kau menyukaiku?"
Geon Wook diam
Jae In "Apa kau menyukaiku?... Aku bertanya jika kau menyukaiku. Kau. Aku tahu kau datang kemari untuk menghiburku. Terima kasih. Aku sangat berterima kasih tapi.. kau harusnya pakai akalmu dan hidup dengan benar. Apa kau pikir ini tak akan terjadi padamu juga? Kau dan aku adalah sama. Ny. Shin sangat peduli dengan Mone. Benar, karena ini adalah apa yang kau inginkan. Tahanlah itu hingga akhir. Berusahalah hingga akhir. Ayo cobalah untuk menahannya".
Tae Sung tak bisa konsentrasi menyetir, dia berhenti mendadak di sebuah sisi jalan. Dia keluar lalu duduk di depan mobil untuk mendinginkan kepala.
Ternyata Jae In tidak langsung pulang. Dia mampir ke warum soju dan minum-minum hingga mabuk. Geon Wook mengawasinya di meja lain. Jae In teringat kejadian di gallery tadi saat Ny Shin memarahinya. Jae In lalu meletakkan cangkir lalu menuangkan soju di hadapannya seolah-olah ada orang yang duduk diseberangnya "Moon Jae In, silahkan! Kau harus minum juga... Dalam hidup ini ada saatnya sesuatu tak berjalan dengan lancar... dan berubah menjadi masalah besar. Benarkan?" katanya pada dirinya sendiri.
Geon Wook menatapnya dengan cemas, lalu Hp Geon Wook berbunyi. Ternyata telepon dari Tae Sung tapi tak diangkatnya. Di lain tempat, Tae Sung mengomel "Apa orang ini gila?... Aish..!!!" teriaknya.
Jae In berjalan sendirian. Dia menjatuhkan kaleng bir di jalan, lalu menendang-nendang dan menginjak kaleng itu sambil mengomel "Hey, Hong Tae Sung... Kau pikir cuma kau yang bisa melempar barang? Cuma kau yang bisa memecahkan barang? Dasar kau brengsek", lalu Jae In mengambil kaleng itu lalu melemparnya jauh-jauh lalu pergi dengan langkah gontai.
Ternyata kaleng itu mengenai kepala seorang wanita yang sedang kencan di sebuah taman. Kontan saja, sang pacar marah dan ingin mengejar Jae In. Tapi Geon Wook menghalangi mereka "Maaf. Akulah yang melakukannya". Pria itu langsung menarik baju Geon Wook (Pria itu kalah tinggi sama Geon Wook, kalah ganteng juga ^^). Pria itu marah "Apa?". Geon Wook "Aku sangat menyesal". Pria itu makin marah "Brengsek!". Geon Wook melihat Jae In yang mulai jauh lalu berkata dengan tajam "Kau harusnya melepaskannya saat aku berkata dengan sopan...Aku kan sudah minta maaf". Pria bersuara lucu itu berkata "Brengsek! Kaupikir minta maaf itu segalanya?" lalu memukul wajah Geon Wook (Wah hebat, tangannya bisa sampai). "Kau jangan main-main ya?" katanya bergetar lalu mengajak pacarnya cepat-cepat kabur (sepertinya takut Geon Wook membalas).
Ternyata Jae In tidak langsung pulang. Dia mampir ke warum soju dan minum-minum hingga mabuk. Geon Wook mengawasinya di meja lain. Jae In teringat kejadian di gallery tadi saat Ny Shin memarahinya. Jae In lalu meletakkan cangkir lalu menuangkan soju di hadapannya seolah-olah ada orang yang duduk diseberangnya "Moon Jae In, silahkan! Kau harus minum juga... Dalam hidup ini ada saatnya sesuatu tak berjalan dengan lancar... dan berubah menjadi masalah besar. Benarkan?" katanya pada dirinya sendiri.
Geon Wook menatapnya dengan cemas, lalu Hp Geon Wook berbunyi. Ternyata telepon dari Tae Sung tapi tak diangkatnya. Di lain tempat, Tae Sung mengomel "Apa orang ini gila?... Aish..!!!" teriaknya.
Jae In berjalan sendirian. Dia menjatuhkan kaleng bir di jalan, lalu menendang-nendang dan menginjak kaleng itu sambil mengomel "Hey, Hong Tae Sung... Kau pikir cuma kau yang bisa melempar barang? Cuma kau yang bisa memecahkan barang? Dasar kau brengsek", lalu Jae In mengambil kaleng itu lalu melemparnya jauh-jauh lalu pergi dengan langkah gontai.
Ternyata kaleng itu mengenai kepala seorang wanita yang sedang kencan di sebuah taman. Kontan saja, sang pacar marah dan ingin mengejar Jae In. Tapi Geon Wook menghalangi mereka "Maaf. Akulah yang melakukannya". Pria itu langsung menarik baju Geon Wook (Pria itu kalah tinggi sama Geon Wook, kalah ganteng juga ^^). Pria itu marah "Apa?". Geon Wook "Aku sangat menyesal". Pria itu makin marah "Brengsek!". Geon Wook melihat Jae In yang mulai jauh lalu berkata dengan tajam "Kau harusnya melepaskannya saat aku berkata dengan sopan...Aku kan sudah minta maaf". Pria bersuara lucu itu berkata "Brengsek! Kaupikir minta maaf itu segalanya?" lalu memukul wajah Geon Wook (Wah hebat, tangannya bisa sampai). "Kau jangan main-main ya?" katanya bergetar lalu mengajak pacarnya cepat-cepat kabur (sepertinya takut Geon Wook membalas).
Geon Wook kehilangan Jae In dan berlari-lari mencarinya. Akhirnya Geon Wook menemukan Jae In. Jae In duduk tertidur di tangga jalan tempat mereka kemarin mengobrol. Geon Wook menghampirinya lalu duduk di sampingnya. Geon Wook menatap Jae In yang terlelap, lalu menyandarkan kepala Jae In dibahunya dengan pelan dan menungguinya yang terlelap sepanjang malam.
Hari mulai menjelang pagi. Tak ingin Jae In melihatnya saat terbangun nanti, Geon Wook mengambil Hp Jae In di tasnya lalu menyetelkan alarm agar Jae In bangun jam 5 pagi. Geon Wook juga mengambil sapu tangan Jae In kemudian dengan pelan menyandarkan Jae In didinding sebelahnya dengan sapu tangan itu sebagai bantalan. Geon Wook menungguinya dan bersembunyi di balik tiang listrik hingga Jae In bangun. (So sweet ^m,^ andai Jae In sadar betapa peduli Geon Wook padanya).
Setelah pulang ke apartemennya. Geon Wook duduk memandangi fotonya bersama Jae In saat kencan pertama dulu. Geon Wook tampak gundah, menggenggam foto itu di dadanya lalu tertidur.
Hari mulai menjelang pagi. Tak ingin Jae In melihatnya saat terbangun nanti, Geon Wook mengambil Hp Jae In di tasnya lalu menyetelkan alarm agar Jae In bangun jam 5 pagi. Geon Wook juga mengambil sapu tangan Jae In kemudian dengan pelan menyandarkan Jae In didinding sebelahnya dengan sapu tangan itu sebagai bantalan. Geon Wook menungguinya dan bersembunyi di balik tiang listrik hingga Jae In bangun. (So sweet ^m,^ andai Jae In sadar betapa peduli Geon Wook padanya).
Setelah pulang ke apartemennya. Geon Wook duduk memandangi fotonya bersama Jae In saat kencan pertama dulu. Geon Wook tampak gundah, menggenggam foto itu di dadanya lalu tertidur.
Keesokan paginya, Kak Jang mendapat lalu menjawab teleponnya "Ya? Geon Wook? Geon Wook tidak menelepon kesini. Iya. Geon Wook ... tidak menelepon. Dia pasti meneleponku dulu tapi dia tidak menelepon". Lalu rekan stuntman kak Jang keluar kamar lalu mereka berebutan tisu toilet "Hey. Aku yang duluan. Refleks ototku sedang beraksi. Aku sudah tak bisa menahannya lagi. Biarkan aku duluan ya?" kata Kak Jang. Temannya menggantikan menelepon "Hallo. Dia pergi pup tuh. Dah !!". Ternyata yang menelepon Kak Jang itu Mone yang ingin menayakan tentang Geon Wook. Dirumahnya Mone jadi kesal "Dasar menjijikkan!" keluhnya (siapa suruh nelpon Kak Jang?)
Hp Mone berbunyi, ternyata Geon Wook yang menelepon. Dia menunggu di depan rumah Mone. Setelah berdandan, Mone lalu keluar dari pintu gerbang dan langsung memeluk Geon Wook "Oppa. Aku sangat merindukanmu. Kau bahkan tak menjawab teleponku". Geon Wook lalu membelai kepala Mone (tapi tanpa senyuman terukir di wajahnya).
Mereka berdua lalu duduk minum teh di sebuah cafe.Hp Mone berbunyi, ternyata Geon Wook yang menelepon. Dia menunggu di depan rumah Mone. Setelah berdandan, Mone lalu keluar dari pintu gerbang dan langsung memeluk Geon Wook "Oppa. Aku sangat merindukanmu. Kau bahkan tak menjawab teleponku". Geon Wook lalu membelai kepala Mone (tapi tanpa senyuman terukir di wajahnya).
Mone "Oppa. Kupikir kau akan meneleponku dulu setelah kembali dari Jepang"
Geon Wook tersenyum "Ini dan itu... aku mengurusi banyak hal. Kabarmu baik?"
Mone tersenyum senang "Ya. Oh iya, aku kehilangan studioku. Ibu dan Unni yang melakukannya, karena mereka takut aku akan bertemu denganmu di sana. Mereka tak beharap kau bisa membawa Kak Tae Sung secepat ini".
Pandangan Geon Wook terpaku pada sebuah lukisan. Lukisan 2 orang yang berjalan bersama di padang rumput yang luas, di bawah langit senja.
Mone melambaikan tangannya di hadapan Geon Wook "Oppa, apa yag kau lihat? (melihat ke belakang) oh.. Aku sering datang ke cafe ini karena lukisan itu. Apa kau pernah ke Afrika?"
Geon Wook menatap lukisan itu "Tempat itu. Membuat orang yang melihatnya merasa aneh.Di atas padang rumput yang luas, melihat Masayo berjalan melintasinya dengan pelan, menjadi marah, menjadi bahagia atau pun sedih, perasaan menyukai atau tidak menyukai, semuanya jadi sia-sia saja."
Mone "Benarkah? Aku tidak tahu banyak tentang itu. Aku hanya merasakan bahagia dan bergairah saat aku melihat oppa. Aku merasa seakan-akan dunia adalah milikku. Aku tak peduli dimanapun selama aku memilikimu. Terima kasih karena sudah kembali, Oppa" katanya dalam
Geon Wook menanggapinya tanpa ekspresi. Pagi ini entah kenapa Geon Wook tak menunjukkan wajah 'Sang Penakluk Wanita' miliknya. Karena Jae In kah?
Sementara di apartemen Taera, Taera menyajikan sarapan untuk suaminya yang sedang membaca koran sebelum berangkat. Taera memulai topik pembicaraan mengenai pekerjaan dan bisnis mertuanya. (Agak aneh, mereka jarang saling memandang)
Taera "Aku akan bekerja di department store. Aku kerja mulai hari ini"
Jaksa Park "kau akan bekerja di department store? Kenapa tiba-tiba?"
Taera "Aku sudah mendiskusikannya dengan ayah. Aku akan mulai bekerja keras untuk itu"
Jaksa Park "Memang cocok untukmu. Lagi pula, kau memang punya bagian (warisan) dari itu"
Taera "aku dengar kau bicara pada ayahku tentang bisnis perusahaan. Apa bisnis ayahmu dalam masalah?"
Jaksa Park tampak gugup "Tidak. Baik-baik saja. Dia ingin memperluas perusahaannya. Karena itulah dia perlu uang lebih. Kau tak perlu khawatir tentang itu, dia akan membayarnya segera" katanya terbata-bata.
Taera menyindir "Sejauh yang kutahu, kau tak pernah melunasinya. Semua uang ayahku yang kau pinjam"
Jaksa Park tersinggung "Apa kau bilang?"
Taera "Katakan pada ayahmu jangan lakukan itu. Jika kau hanya ingin membuat image perusahaan lebih baik. Bagaimana dengan masalah di dalam? Siapa yang akan membersihkannya setelah itu?"
Jaksa Park "Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?"
Taera "Ini bukan tiba-tiba. Aku sudah lama ingin membicarakannya padamu. Jadi...Kau lebih baik bicara dengan ayahmu secara jelas. Tak akan ada uang untuk menolongnya untuk sementara" (Wow! Ancaman tajam dengan suara yang lembut, mengerikan TT__TT)
Jaksa Park mulai kesal "Bicarakan ini nanti saja" lalu pergi ke kamarnya.
Geon Wook menunggu Tae Sung di luar apartemennya. Tae Sung keluar dan tampak kurang tidur (karena menguap). Dia menatap Geon Wook tajam. Lalu dia cepat mendorong Geon Wook mundur ke mobil dan menarik jasnya "Kau dimana dan apa yang kaulakukan tadi malam? Apa yang kaulakukan sampai-sampai tak menjawab teleponku? Apa hubunganmu dengan Moon Jae In? Jika kau bohong, kau akan mati! Katakan sebenarnya !!! Hah !!" teriaknya. But hey, itu ternyata hanyalah khayalan Tae Sung. Tak mungkin dia mengatakan itu dengan marah-marah karena akan tampak seolah-olah dia menyukai Jae In ^^. Geon Wook mempersilahkan masuk mobil, sebelum masuk Tae Sung berkata dengan wajah masam "Dengan siapa kau bekerja?". Geon Wook tak mengerti "Maaf?". Tae Sung "Kau akan mati jika kau mematikan Hpmu lagi" lalu masuk ke mobil. Geon Wook hanya tersenyum menanggapinya. Di dalam mobil Tae Sung bertanya tentang hasil penyelidikan Geon Wook
Tae Sung "Si brengsek itu. Apa kau sudah cari tahu tentang Hong Tae Sung lain yang tak diakui?"
Geon Wook "Ya"
Tae Sung "Berapa banyak yang kau dapat?"
Geon Wook "Dia pernah tinggal di Panti Asuhan 'Angel' tapi kabur".
Tae Sung "Kalau soal itu aku sudah tahu!"
Geon Wook "Sebelum dia datang ke rumah Presdir Hong, dia tinggal di Mi Rang. Aku berencana pergi ke sana hari ini"
Tae Sung "Begitu? Ini pertama kalinya aku mendengar itu. Bagaimana kau tahu?"
Geon Wook "Di bagian sekretaris, dengan Tuan Kim".
Tae Sung "Tuan Kim?"
Geon Wook mengangguk, lalu menjalankan mobilnya.
Jae In kembali masuk kerja ke gallery dengan mood yang jelek. Dia melihat kotak berisi pecahan topeng kaca di atas mejanya dan langsung membuangnya dengan wajah kesal. Ji Yeon memghampirinya "Hey, apa yang akan kita lakukan mengenai ini? Itu kan cuma satu-satunya di dunia. Sudah jadi sampah, apa yang harus kita lakukan?". Jae In menjawab dengan datar "Ny Shin bilang dia tak membutuhkannya. Jadi tak apa-apa. Nyonya sendiri yang mengatakan tak butuh itu". Ji Yeon "Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?". Jae In "Kenapa? Aku?". Ji Yeon "Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Jadi menakutkan... Ehm begini, Kau tahukan mobil yang diberikan Ny. Shin padamu untuk kerja? Nyonya ingin kau mengembalikannya ". Jae In tersenyum "Begitu? Padahal sangat murah". Ji Yeon agak gugup "Kau tak pernah berkata seperti itu tentang Ny. Shin". Jae In "Setelah selesai memakai taksi, aku cukup membayarnya kembali". Ji Yeon "Baiklah. Aku akan memberikan ini pada Ny. Shin" katanya sambil memegang undangan grand opening. Jae In mencehgah "Tunggu, biar aku saja yang memberikannya" katanya. Ji Yeon "Kau?"
Jae In memasuki ruangan Ny. Shin kemudian meletakkan undangan untuk pameran nanti di atas meja "Ini undangan untuk grand opening gallery. Ini sudah selesai dari kemarin". Tanpa menatap Jae In, Ny. Shin langsung menelepon Ji Yeon "Ji Yeon-shi, aku menyuruhmu yang membawakan undangan. Kenapa kau malah menyuruh orang lain?". Dia tampak masih kesal Jae In. Jae In sadar akan hal itu, "Apa yang terjadi kemarin, saya sangat menyesal untuk bertindak lancang pada Hong Tae Sung-shi. Saya minta maaf. Karena anda sangat ingin melihat benda seni itu, saya jadi hilang kesabaran saat dia melemparnya seperti itu. Saya sangat menyesal". Ny. Shin akhirnya menjawab "Moon Jae In-shi, Aku tidak melihatmu sebagai orang semacam itu. Kau sangat berarti. Apa aku terlihat bodoh? Atau Tae Sung-ku terlihat bodoh?". Jae In menyangkal "Ah. Tidak, nyonya. Bukan seperti itu". Ny. Shin "Aku akan mengatakannya satu kali. Kalau kau ingin bekerja untukku, kau harus tahu tempatmu. Kenapa kau ada di posisi itu dan kepada siapa kau bekerja. Jangan lupakan itu". Jae In menjawab pelan "Baik". Ny. Shin "Jangan melewati batas. Seseorang bisa membuat kesalahan satu kali, tapi tak termaafkan untuk yang kedua kali. Kau mengerti, Moon Jae In-shi?". Jae In "Ya, saya mengerti". (Poor Jae In TT___TT, apa boleh buat ini agar dia tidak kehilangan pekerjaannya. Semangat ya !!)
Seseorang mengetuk pintu lagi, ternyata Ji Yeon mengabarkan kalau upacara untuk pemberian beasiswa jadwalnya berubah jadi jam satu. Ny. Shin kaget kenapa begitu tiba-tiba. Ji Yeon menjawab "Karena Tuan Lee Jang Guk melakukan bisnis ke Jepang. Mereka bilang mereka sudah beri kabar, tapi kita baru dapat sekarang". Ny. Shin "Benarkah? Siapkan mobil!" perintahnya. Jae In langsung menawarkan diri "Saya akan pergi keluar dan mencarikan mobil. Saya akan menelepon supirnya".
Saat Jae In keluar untuk menelepon supir, lalu dia melihat Geon Wook berdiri di depan gallery dengan mobilnya sambil minum. Jae In mengurungkan niatnya menelepon, lalu dia menghampiri Geon Wook.
Detektif Gwak masih bertanya "Begini, apa anda tahu dimana dia?". Ny. Shin tampak gelisah sambil memegang rambutnya "Bagaimana bisa aku tahu? Itu sudah lama sekali sejak dia meninggalkan rumah kami". Detektif Gwak tersenym "Oh begitu, jadi itu benar. Anda kenal anak ini" (Ny. Shin terjebak ketahuan bohong ^^). Ny. Shin "Aku tidak kenal sekarang, dan sama kali tak tertarik. Aku sangat sibuk sekarang, jadi aku tak punya waktu bicara denganmu. Jadi kau boleh kembali nanti jika kau mau. Ah tidak, kau tak perlu kembali karena aku tak tahu dimana atau apa yang anak ini lakukan" lalu dia langsung pergi. Dari belakang detektif Gwak buruburu menjelaskan "Kami perlu menyelidiki tentang sebuah insiden". Ny. Shin berbalik "sudah kubilang aku tak tahu apa-apa!.. Ayo Jae In-shi"
Jae In "Shim Geon Wook. Apa kau sedang sibuk?".Detektif Gwak mendatangi DIDIN Art Gallery sendirian (tumben ^^!), lalu dia bertemu Ny. Shin dan Ji Yeon di koridor. Detektif Gwak "Siapa yang bernama Shin Myung Won-shi?". Ny. Shin tercengang "Shin Myung Won-shi? Kalau kau tukang surat, masuklah dulu" katanya mengajak masuk ke ruangan. Detektif Gwak tersenyum "Hello, saya detektif Gwak In Nam" katanya sambil menunjukkan kartu identitas. Ny. Shin "Detektif? Kenapa seorang detektif mencariku?". Detektif Gwak "Saya punya beberapa pertanyaan tentang Hong Tae Sung". Ny. Shin "Apa Tae Sung menbuat masalah lagi? Aku tak mau mendengar itu lagi. Antar dia sampai lobby" katanya menyuruh Ji Yeon. Detektif Gwak menyangkal "Bukan, saya tidak membicarakan tentang Hong Tae Sung yang itu. (menunjukkan sketsa wajah seorang anak) Anda ingat dia kan?". Ny. Shin memandang sketsa itu sejenak lalu menyuruh Ji Yeon keluar duluan. Detektif Gwak menjelaskan "Ini anak yang dulu diadopsi oleh Presdir Hong... tapi kemudian dibuang, Hong Tae Sung. Apa anda mengingatnya?". Ny. Shin beralasan "Aku... tak kenal anak ini" jawabnya. Kemudian Jae In datang mengabarkan bahwa mobil sudah siap.
Geon Wook "Tidak"
Jae In "Begini...
Geon Wook "Apa? katakan saja"
Jae In "Direktur Shin harus pergi ke suatu tempat segera. Tapi karena masih waktu makan siang, aku tak bisa menghubungi supirnya. Apa kau bisa mengantarnya?"
Geon Wook "Direktur Shin?"
Jae In "Ibunya Hong Tae Sung. Apa kau bisa mengantarnya? Ya atau tidak?"
Geon Wook tidak segera menjawab.
Jae In "Jika tidak aku akan cari taksi saja". katanya mau beranjak pergi.
Geon Wook "Aku akan menunggu"
Jae In terhenti "Tunggu sebentar. Aku akan membawanya".
Baru beberapa langkah pergi, Jae In berbalik lagi "Terima kasih"
Detektif Gwak masih bertanya "Begini, apa anda tahu dimana dia?". Ny. Shin tampak gelisah sambil memegang rambutnya "Bagaimana bisa aku tahu? Itu sudah lama sekali sejak dia meninggalkan rumah kami". Detektif Gwak tersenym "Oh begitu, jadi itu benar. Anda kenal anak ini" (Ny. Shin terjebak ketahuan bohong ^^). Ny. Shin "Aku tidak kenal sekarang, dan sama kali tak tertarik. Aku sangat sibuk sekarang, jadi aku tak punya waktu bicara denganmu. Jadi kau boleh kembali nanti jika kau mau. Ah tidak, kau tak perlu kembali karena aku tak tahu dimana atau apa yang anak ini lakukan" lalu dia langsung pergi. Dari belakang detektif Gwak buruburu menjelaskan "Kami perlu menyelidiki tentang sebuah insiden". Ny. Shin berbalik "sudah kubilang aku tak tahu apa-apa!.. Ayo Jae In-shi"
Jae In mengantar Ny. Shin masuk ke mobil. Ny. Shin tak sadar kalau supir di dalam mobil itu adalah Geon Wook ^^. Ny. Shi memandang ke luar jendela. Dia teringat lagi tentang anak yang dulu dikira Hong Tae Sung. Dia lalu bergumam "Hong Tae Sung... Kenapa dia (detektif) tiba-tiba bertanya tentang anak itu?". Ny. Shin mendengar suara berisik yang berasal dari Geon Wook yang sedang mengunyah permen karet (Dia tidak suka suarana berisik, tapi sering teriak-teriak. Apa Nyonya ini sadar??).
Ny. Shin "Hey kau, siapa yang memperbolehkanmu mengunyah permen karet selama waktu kerja?", kemudian dia menatap supir itu dengan seksama dan mengenali Geon Wook "Hey, kenapa kau disini?".
Geon Wook "Hello, apa kabar"
Ny. Shin "Kenapa dari semua mobil, aku malah ada di sini? Bukankah ini mobil Tae Sung?"
Geon Wook "Benar"
Ny. Shin menggerutu "Pantas saja mobil ini tidak nyaman. Kenapa hari ini adalah hari yang buruk? Jae In ini benar-benar... Kenapa dia harus memasukkanku ke dalam mobil seperti ini"
Geon Wook lalu menjawab "Ini bukan salah Moon Jae In-shi"
Ny. Shin "Apa? Keluarkan permen karet itu. Dasar tidak sopan"
Geon Wook masih mengunyak permen karet. Malah makin berisik.
Ny. Shin mengomel "Saat kau sedang melayani seseorang, pasti selalu ada yang namanya sopan santun. Buang permen karetnya! Itu menunjukkan kau tak berpendidikan"
Geon Wook "Saya pernah dengar kalau kau mengunyah permen karet, kau akan menjadi lebih pintar. Saat mengunyah permen karet (ck..) otak kita akan berstimulasi lebih baik" (Benarkah oppa ^0^??)
Ny. Shin "Jadi maksudmu kau akan tetap mengunyahnya?"
Geon Wook tersenyum "Baik, akan kukeluarkan"
Sementara itu di gallery, Jae In bertanya pada Ji Yeon "Hey. Siapa orang tadi? Detektif?". Ji Yeon "Apa Ny. Shin tidak marah lagi denganmu?". Jae In "Ya, kupikir begitu. Aku hanya bisa bekerja lebih baik, aku tak punya pilihan lain. Jika aku keluar, aku bakal rugi sendiri. Tapi.., kenapa tiba-tiba ada detektif yang mendatangi Ny. Shin?" ungkapnya penasaran. Ji Yeon "Dia datang kesini ingin tahu tentang Hong Tae Sung, tapi bukan Hong Tae Sung yang itu. Itulah yang dia katakan". Jae In berpikir "Detektif... Hong Tae Sung yang lain?". Ji Yeon "Undangan untuk grand opening gallery... kita harus mengantarkannya ke orang-orang di Haeshin". Jae In "Aku akan mengantarkannya kesana" katanya. (Hmm... apakah ingin ketemu Tae Sung?).
Ny Shin bertanya "Hey. Kudengar kau yatim piatu. Kau tak punya orang tua atau saudara lalu diadopsi oleh orang di Amerika. Kudengar kau study di sana. Kau pernah belajar di Amerika, kenapa kau melakukan pekerjaan ini?".
Geon Wook "Saya datang untuk mencari orang tua saya. Orang tua yang membuang saya" katanya sambil menatap Ny. Shin lewat kaca spion.
Ny. Shin "Apa yang akan kaulakukan saat menemukan mereka?"
Geon Wook menjawab dengan tajam "Saat saya menemukan mereka, saya akan bertanya kenapa mereka membuang saya seperti itu. Di hari saat hujan lebat, apa alasannya mengusirku seperti seekor anjing?" (ini sebuah clue)
Ny. Shin "Saat hujan lebat?... Hey kau, kau mungkin berpikir bahwa kau akan mendapat sesuatu dari kami melalui Mone, tapi bangunlah dari mimpimu, itu tak akan pernah terjadi. Bahkan jika langit runtuh, itu tak akan terjadi".
Geon Wook tertawa kecil.
Ny. Shin "Kaupikir apa yang kukatakan lucu?"
Geon Wook "Tidak. Saya hanya berpikir Mone banyak meniru ibunya. Itulah yang saya pikirkan" (Banyak ngomong mungkin??)
Ny. Shin "Mone meniruku?"
Geon Wook "Ya, karena Mone sangat mirip dengan anda.. Dia sangat dalam dan sangat cantik"
Ny Shin jadi kesal "Hentikan mobilnya. Hentikan mobilnya !!" teriaknya.
Geon Wook tersenyum "Anda tak bisa berhenti di sini. Setelah jembatan, anda akan segera sampai ke tujuan. Saya akan berhenti di sana"
Ny. Shin "Apa kau main-main denganku? Hah? Hentikan mobilnya"
Geon Wook tersenyum nyengir "Kalau begitu Saya akan mengantar anda ke tujuan sediki lebih cepat"
Geon Wook tiba-tiba memperlaju mobilnya hingga membuat posisi duduk Ny. Shin terguncang dan terdesak mundur ke belakang. Ny. Shin berteriak "Hey !!!!" dengan kesalnya. Tapi Geon Wook tak peduli ^^.
Di depan gedung tempat acara penerimaan beasiswa, tampak Taera sedang membagikan balon pada anak-anak yang datang. Sebuah mobil yang ngebut dan merem mendadak tiba, kemudian seorang laki-laki keluar dari mobil itu hingga membuat Taera sangat terkejut. Dia adalah Geon Wook. Di depan mobil Geon Wook dan Taera saling bertatapan hingga lupa sejenak pada Ny Shin yang mengetuk-ngetuk kaca mobil minta dibukakan (ha..ha..ha..ha..ha..). Setelah dibukakan Geon Wook, Ny. Shin keluar dengan muka masam dan membanting pintu mobil sambil menatap Geon Wook dengan kesal.
Ny Shin menghampiri Taera "Kau datang lebih awal? Bagaimana dengan Tuan Jang?". Taera menjawab sambil sejenak menatap Geon Wook "Belum. Tapi apa yang terjadi pada supir Park?". Ny. Shin "Itu susah untuk dijelaskan". Ny Shin lalu menyuruh Geon Wook "Kau boleh pergi sekarang!" serunya.
Ny. Shin menyambut 2 tamu penting. Salah satunya berkata "Oh..Anda pasti datang bersama putri dan putramu hari ini". Ny. Shin tak mengerti. Wanita yang satunya yang bernama Profesor Ma berkata "Kami dengar putra keduamu sudah kembali dari Jepang. Ya ampun dia tampan sekali!!" katanya sambil menatap Geon Wook. Ny Shin menjelaskan "Ah... bukan. Bukan seperti itu...".
Geon Wook menghampiri mereka lalu memberi salam "Hallo. Senang bertemu dengan Anda!" katanya tersenyum. Ny. Shin tampak serba salah "Bukan, orang ini..... (menatap Geon Wook) Hey, kenapa kau belum pergi juga? Cepat dan pergilah!". Geon Wook meberi hormat untuk pamit "Kalau begitu saya pergi duluan!" lalu dia menatap Taera lagi sehingga Taera tampak kikuk. Geon Wook juga pamitan dengan dua tamu itu "Sampai jumpa lagi, ibu-ibu sekalian" katanya tersenyum memberi hormat lalu menuju mobil. Dua tamu itu begitu terkesan dan masih menyangka dia putra Ny. Shin sehingga Ny. Shin tampak susah menjelaskan. Sementara itu, Geon Wook masih di depan pintu mobil dan tersenyum menatap Taera.
Sebuah bis berisi anak-anak datang. Ada dua anak bisu yang bertanya arah pada Taera dan Ny. Shin namun mereka kesulitan karena tak mengerti bahasa mereka. Melihat itu, Geon Wook mengurungkan niatnya masuk ke mobil lalu menghampiri anak-anak itu dan bertanya dengan bahasa isyarat. Taera dan Ny. Shin tampak heran melihatnya bisa mengerti bahasa isyarat. Geon Wook menyampaikannya pada Taera "Dimana toilet disini?". Taera "Toilet? Masuk ke dalam lalu kau akan melihatnya di pojok belakang sebelah kiri". Dengan senyuman hangat, Geon Wook menyampaikannya pada anak-anak bisu itu. Mereka pun berterima kasih.
Ny. Shin menyambut 2 tamu penting. Salah satunya berkata "Oh..Anda pasti datang bersama putri dan putramu hari ini". Ny. Shin tak mengerti. Wanita yang satunya yang bernama Profesor Ma berkata "Kami dengar putra keduamu sudah kembali dari Jepang. Ya ampun dia tampan sekali!!" katanya sambil menatap Geon Wook. Ny Shin menjelaskan "Ah... bukan. Bukan seperti itu...".
Geon Wook menghampiri mereka lalu memberi salam "Hallo. Senang bertemu dengan Anda!" katanya tersenyum. Ny. Shin tampak serba salah "Bukan, orang ini..... (menatap Geon Wook) Hey, kenapa kau belum pergi juga? Cepat dan pergilah!". Geon Wook meberi hormat untuk pamit "Kalau begitu saya pergi duluan!" lalu dia menatap Taera lagi sehingga Taera tampak kikuk. Geon Wook juga pamitan dengan dua tamu itu "Sampai jumpa lagi, ibu-ibu sekalian" katanya tersenyum memberi hormat lalu menuju mobil. Dua tamu itu begitu terkesan dan masih menyangka dia putra Ny. Shin sehingga Ny. Shin tampak susah menjelaskan. Sementara itu, Geon Wook masih di depan pintu mobil dan tersenyum menatap Taera.
Sebuah bis berisi anak-anak datang. Ada dua anak bisu yang bertanya arah pada Taera dan Ny. Shin namun mereka kesulitan karena tak mengerti bahasa mereka. Melihat itu, Geon Wook mengurungkan niatnya masuk ke mobil lalu menghampiri anak-anak itu dan bertanya dengan bahasa isyarat. Taera dan Ny. Shin tampak heran melihatnya bisa mengerti bahasa isyarat. Geon Wook menyampaikannya pada Taera "Dimana toilet disini?". Taera "Toilet? Masuk ke dalam lalu kau akan melihatnya di pojok belakang sebelah kiri". Dengan senyuman hangat, Geon Wook menyampaikannya pada anak-anak bisu itu. Mereka pun berterima kasih.
Semua orang sudah masuk, tinggal Taera dan Geon Wook di luar. Taera bertanya "Kau tahu bagaimana berbahasa isyarat?". Geon Wook "Ya, sedikit". Taera "Dimana kau mempelajarinya?". Geon Wook "Dulu sekali, dari ayahku". Taera "Ayah?". Geon Wook mengangguk sambil tersenyum kecil lalu dia pamit pergi tanpa berkata apa pun. Hingga sampai ke mobil, Geo Wook menatap Taera tajam. Setelah itu, Taera sengaja memalingkan wajah (tak tahan tatapan oppa ^^). Setelah Geon Wook masuk mobil dan pergi, Taera berbalik lagi dan menatap mobil Geon Wook yang semakin menjauh.
Di ruang kerjanya, Tae Sung tampak kurang konsentrasi. Lalu dia mengambil Hpnya dan mencoba menelepon Jae In. Tae Sung lalu terbayang saat Geon Wook mencium Jae In dan langsung emosi sendiri "Aaahkh jeesh!!!" teriaknya sambil melemparkan Hpnya ke pinggir lalu menarik nafas panjang berkali-kali untuk mendinginkan kepalanya (He is jealous ^^).
Seseorang mengetuk pintu. "Masuk" seru Tae Sung. Ternyata orang itu adalah detektif Gwak "Selamat Siang" katanya. Tae Sung kembali ke kondisi normal "Aku baru saja ingin meneleponmu". Detektif Gwak "Benarkah? Apa Anda mengetahui sesuatu?". Tae Sung "Hong Tae Sung yang tak diakui itu pernah tinggal di Mirang. Apa kau tahu itu?". Detektif Gwak "Mi Rang?".
Mereka melanjutkan obrolan sambil menuruni tangga, mereka bermaksud untuk pergi ke Mi Rang. Detektif Gwak "Terima kasih karena bersedia pergi bersama" katanya. Tae Sung "Tak apa, lagi pula aku bosan". Tiba-tiba Hp Tae Sung berbunyi, sepertinya dari sekretaris Presdir Hong "Presiden ingin anda datang sekarang" katanya. Tae Sung "Katakan aku sudah pergi". Seretaris itu menjawab "Beliau tahu Anda masih berada di kantor". Tae Sung "Hey! Siapa yang mengatakan padamu....", tapi telepon langsung terputus. Tae Sung jadi kesal. Tae Sung lalu berkata pada Detektif Gwak "Saya pikir, Anda harus pergi sendiri... Jika menemukan sesuatu, tolong kabari". Detektif Gwak mengangguk.
Seseorang mengetuk pintu. "Masuk" seru Tae Sung. Ternyata orang itu adalah detektif Gwak "Selamat Siang" katanya. Tae Sung kembali ke kondisi normal "Aku baru saja ingin meneleponmu". Detektif Gwak "Benarkah? Apa Anda mengetahui sesuatu?". Tae Sung "Hong Tae Sung yang tak diakui itu pernah tinggal di Mirang. Apa kau tahu itu?". Detektif Gwak "Mi Rang?".
Mereka melanjutkan obrolan sambil menuruni tangga, mereka bermaksud untuk pergi ke Mi Rang. Detektif Gwak "Terima kasih karena bersedia pergi bersama" katanya. Tae Sung "Tak apa, lagi pula aku bosan". Tiba-tiba Hp Tae Sung berbunyi, sepertinya dari sekretaris Presdir Hong "Presiden ingin anda datang sekarang" katanya. Tae Sung "Katakan aku sudah pergi". Seretaris itu menjawab "Beliau tahu Anda masih berada di kantor". Tae Sung "Hey! Siapa yang mengatakan padamu....", tapi telepon langsung terputus. Tae Sung jadi kesal. Tae Sung lalu berkata pada Detektif Gwak "Saya pikir, Anda harus pergi sendiri... Jika menemukan sesuatu, tolong kabari". Detektif Gwak mengangguk.
Di ruangan Presdir Hong, beliau sedang mengomel dengan para bawahannya "Apa ini masuk akal? Di lokasi konstruksi banyak persediaan yang menghilang dan kalian para supervisor tidak tahu soal ini? Apa itu masuk akal? Sekarang keluarlah!". Kemudian para supervisor itu permisi pergi, dan Tae Sung pun tiba.
Tae Sung "Ada apa?"
Presdir Hong "Apa saja yang kau kerjakan? Apa kau tahu bahwa persediaan untuk konstruksi menghilang? Apa kau tahu itu?"
Tae Sung "Tidak"
Presdir Hong naik darah "Apa itu masuk akal kalau kau tak tahu? Kau pikir jabatanmu itu cuma untuk main-main?"
Tae Sung beralasan "Bagaimana bisa aku tahu itu? Aku baru beberapa hari bekerja di kantor"
Presdir Hong "(sigh) Walaupun kau baru beberapa hari di kantor, seharusnya kau tahu kapan dan dimana masalah itu datang. Paling tidak kau tahu itu"
Tae Sung "Ah, Kenapa aku harus tahu?"
Presdir Hong "(sigh) Dalam perusahaan, banyak orang yang bicara tentang fakta bahwa aku memberimu posisi wakil presiden direktur".
Tae Sung "Memangnya aku meminta ini?"
Presdir Hong "(sssst... ck)...Kau coba selesaikan masalah kehilangan ini. Awasi sekitar area itu dan tunjukkan wajahmu pada semua pekerja dan mengertilah tempat apa Haeshin itu"
Tae Sung "Bagaimana caranya aku melakukan itu? Ayah cuma menyuruhku membuat Robot Theme Park!"
Presdir Hong berteriak "Coba selesaikan masalah ini juga !!!"
Tae Sung jadi pusing memegang kepalanya.
Presdir Hong menasihati "Tae Sung, perusahaan itu bukanlah sekolahan. Kau harus memikirkan tentang apa yang harus kau lakukan. Kau tumbuh untuk mengetahui itu. Kau mengerti?"
Tae Sung "Aku tidak tahu ah..." lalu dia pergi.
Yang tertinggal hanya Presdir Hong yang mulai pusing memikirkan Tae Sung.
(Intermezo : Klasifikasi karakter keluarga Hong : 1. Suka teriak-teriak (Ny. Shin, Tae Sung, Mone), 2. Jarang teriak (Presdir Hong, Taera))
Keluar dari ruangan Presdir Hong, Tae Sung menghampiri sekretaris Kim untuk menanyakan hal tentang anak yang juga bernama Tae Sung.
Tae Sung "Kudengar dari Shim Geon Wook bahwa kau menceritakan dimana kampung halaman anak itu".
Sekretaris Kim "Ya. Anak itu, maksud anda...".
Tae Sung "Anak yang datang menjadi aku dan hidup sebagai Hong Tae Sung".
Sekretaris Kim "Ah, ya benar".
Tae Sung "Apa kau tahu tentang hal lainnya?".
Sekretaris Kim "Tidak. Saya tidak tahu lagi".
Tae Sung bergumam "anak itu benar-benar tak beruntung. Jika tidak karena aku, dia pasti disini sekarang. Tapi, bagaimana dia bisa masuk rumah kami?" tanyanya lagi.
Sekretaris Kim "Itu...".
Ny. Shin yang baru tiba menyela pembicaraan "Dan kenapa kau penasaran tentang itu? Kenapa tiba-tiba kau ingin tahu tentang anak itu?"
Tae Sung "Karena aku bosan"
Ny. Shin "Kau bosan? Orang yang harusnya menjadi wakil presiden perusahaan sedang bosan? Perusahaan pastinya akan berjalan baik" sindirnya
Tae Sung "Aku tahu. Iya kan? Tanpa melakukan apapun dan hanya main-main saja, perusahaan ini tampaknya akan berjalan baik-baik saja. Apa ibu mengingat dia? Anak yang datang ke rumah sebelum aku dan memanggilmu ibu"
Ny. Shin "Aku tidak ingat. Aku bahkan tak ingat pernah punya anak seperti itu"
Tae Sung "Tentu saja, ibu akan seperti itu. Apa ibu punya penyakit sejenis hilang ingatan? Hati-hati. Saat anda tak bisa mengingatku juga nanti" sindirnya lalu pergi.
Ny. Shin "Apa?"
Geon Wook mengunjungi kampung halamannya di Mi Rang. Dia berjalan di sebuah jalanan dengan pemandangan hijau yang indah. Seketika dia melihat bayangan kenangannya saat dia bernyanyi sambil bergandengan tangan dengan ibunya saat masih kecil. Dia mengejar sosok anak-anak yang berlari menuju sebuah rumah yang sederhana. Anak itu, Geon Wook kecil menghampiri ayahnya yang sedang membuat kandang anjing "Apa kita buat atap untuk kandangnya Dol-Dol berwarna putih?" kata ayahnya dengan bahasa isyarat. Geon Wook kecil menjawab "Tidak. Kupikir warna biru lebih bagus". Ayahnya berkata "Ya, Ya. Ayah akan buatkan atap berwarna biru yang sangat bagus". Lalu ibunya keluar membawa makanan "Tae Sung, ayo makan ubi manis. Cuci tanganmu dulu". Ayahnya lalu menatap seolah-olah ke arahnya dan melambaikan tangan untuk mengajak makan bersama. Serasa melihat pemandangan itu, Geon Wook berbicara memakai bahasa isyarat ditujukan pada ayahnya "Ayah..., aku merindukanmu" dengan mata berkaca-kaca. Walau sebenarnya, yang ada dihadapan Geon Wook hanyalah rumah kosong.
Perhatian Geon Wook lalu beralih pada sebuah lonceng. Dia lalu membunyikan lonceng itu berkali-kali. Lonceng yang dipakai ibunya untuk memanggilnya makan. Tetes demi tetes air mata Geon Wook mengalir perlahan menatap sisa-sisa kenangannya. Saat berjalan, dia hampir terinjak sebuah sandal butut. Dia teringat saat ibunya sering mencuci sandal itu dan tersenyum padanya. Geon Wook mengambil sandal itu dan menatapnya lekat. Dari dalam hatinya dia memanggil dengan lirih "Ibu...Ibu...", dan akhirnya air mata Geon Wook langsung mengalir tak terbendung....
Sementara itu, Ny. Shin memanggil sekretaris Kim datang menghadap ke kantornya.Ny. Shin "Tuan Kim, bukankah kau berkata bahwa anak itu sudah meninggal? Bukankah kau sudah mengkonfirmasikannya?"
Sekretaris Kim "Ya. Saya dengar mereka sudah mencek tubuhnya. Kematiannya tidak terdaftar sebagaimana mestinya. Itulah yang saya tahu" (What??? Kenapa dia bohong?)
Ny. Shin "Baiklah. Tapi kenapa seorang detektif terlibat dalam hal ini? Kau boleh pergi"
Sekretaris Kim memberi hormat "Baik" lalu dia pergi.
Ny. Sin mencoba kembali berkutat pada kerjaannya, tapi dia langsung meremas majalah di hadapannya. Ny. Shin merasa terganggu dengan masalah ini.
Di Haeshin Group, Jae In mengetuk ruangan kantor Tae Sung, tapi pintu tak terkunci dan Tae Sung tak ada di tempat, sehingga dia langsung masuk saja. Jae In bermaksud memberikan undangan pameran gallery. Jae In memegang papan nama Tae Sung di atas meja lalu membacanya "Direktur Hong Tae Sung ...(sigh) direktur...". Lalu pandangan Jae In teralih pada jam antik di atas meja. Dari belakang terdengar suara Tae Sung "Kupikir itu adalah jam kedap udara". Jae In berbalik sejenak, dari wajahnya tampak dia masih kesal dengan Tae Sung. Sambil berjalan menuju kursinya, Tae Sung berkata "Tampaknya, begitulah cara jam dibuat. Ayahku mendapatkannya dari bisnisman Swiss. Kau tertarik?". Jae In "Tidak. Aku terkejut bahwa ini tidak rusak dan tetap utuh" sindirnya. Tae Sung tersenyum kecil "Kemarin...". jae In tak mempedulikan itu dan langsung meletakkan undangan ke meja "Ini undangan pembukaan gallery" katanya judes lalu pergi meninggalkan ruangan.
Tae Sung menyusulnya di koridor "Hey!...Tunggu! Hey !" serunya. Tapi Jae In tak berbalik dan mempercepat jalannya tapi diwajahnya Jae In tersenyum (Hmmmm.... dia sengaja bikin Tae Sung terpancing mengejar dia. Ternyata selain Nappeun Namja/Bad Guy, kita juga punya Nappeun Yoja/Bad Girl disini). Tae Sung berkata "Ah.... dia pasti marah sekali".
Tae Sung menyusulnya di koridor "Hey!...Tunggu! Hey !" serunya. Tapi Jae In tak berbalik dan mempercepat jalannya tapi diwajahnya Jae In tersenyum (Hmmmm.... dia sengaja bikin Tae Sung terpancing mengejar dia. Ternyata selain Nappeun Namja/Bad Guy, kita juga punya Nappeun Yoja/Bad Girl disini). Tae Sung berkata "Ah.... dia pasti marah sekali".
Sementara itu, Detektif Gwak dan Lee sedang dalam perjalanan menuju Mi Rang. Detektif Lee bertanya "Kenapa Anda ingin pergi ke Mi Rang tiba-tiba?". Detektif Gwak "Hong Tae Sung yang tak diakui pernah tinggal di sana" katanya.
Geon Wook masih duduk termenung di rumah kosong itu. Seorang pria tua menghampirinya "Siapa kau yang di sana?".
Geon Wook berdiri "Saya lewat sini dan tertarik dengan tempat ini. Jadi saya cuma melihat-lihat saja. Rumah ini tampaknya tak ada yang mendiami. Benarkan?".
Pria tua itu berkata "Rumah ini sudah lama kosong sejak penghuninya meninggal. Tempatnya cukup jauh. Sepertinya kau dari Seoul. Apa kau ingin membelinya?"
Geon Wook "Ya, jika saya bisa membelinya, akan lebih bagus".
Pria itu berkata "Karena pemiliknya sudah meninggal... Tunggulah dulu karena kedua pemilik yang meninggal itu punya seorang anak, tapi dia tidak pernah muncul dalam 20 tahun. Bahkan tidak juga makam orang tuanya"
Geon Wook tercengang "Makam? Apa maksud Anda?"
Pria itu menjawab "Makam pasangan bisu yang memiliki rumah ini. Mayor dari kota kami membawa tubuh mereka dari rumah sakit dan mengkremasi mereka lalu dimakamkan. Itu makam yang tak terurus tapi tampaknya ada seseorang yang datang sekali atau dua kali dalam setahun. Makam mereka jadi bersih".
Geon Wook bertanya "Seseorang pernah datang ke sana? Siapa?"
Pria itu menjelaskan "Aku tidak tahu siapa. Kudengar dia adalah seorang pria tua. Kupikir dia bukanlah putra pasangan itu" (Siapakah pria misterius itu????)
Geon Wook bertanya "Dimana makamnya?"
Geon Wook berjalan ke arah makam yang ternyata tak jauh dari sana sambil membawa sebotol soju. Dia menatap sebuah batu nisan penuh kesedihan. Kedua abu orang tua angkatnya itu dikuburkan dibawah satu nisan bertuliskan Kim Bong Soo dan Choi Yeon Hee. Tampak sebuah rangkaian bunga yang kering di atasnya. Mungkin dari pria tua misterius itu.
Geon Wook menyiramkan soju di atas makam itu. Lalu dia meminum sisa soju di tangannya. Dalam tetesan air mata, Geon Wook berkata dalam hatinya "Disini terbaring 2 orang yang tiada satupun yang mengingat mereka. Orang-orang yang terhapus dari ingatan siapapun. Yang tersisa hanya ingatan kecil ini. Tapi siapapun yang menyebabkan kematian mereka tapi masih melanjutkan hidup dengan nyaman. Dalam satu momen yang singkat, dimana mereka melupakannya dan pilihan yang mereka ambil begitu bodohnya. Aku akan buat mereka tahu apa akibat yang timbul dari satu keputusan itu...
Geon Wook menyiramkan soju di atas makam itu. Lalu dia meminum sisa soju di tangannya. Dalam tetesan air mata, Geon Wook berkata dalam hatinya "Disini terbaring 2 orang yang tiada satupun yang mengingat mereka. Orang-orang yang terhapus dari ingatan siapapun. Yang tersisa hanya ingatan kecil ini. Tapi siapapun yang menyebabkan kematian mereka tapi masih melanjutkan hidup dengan nyaman. Dalam satu momen yang singkat, dimana mereka melupakannya dan pilihan yang mereka ambil begitu bodohnya. Aku akan buat mereka tahu apa akibat yang timbul dari satu keputusan itu...
Jika Aku Bisa Merebut Semuanya dari Mereka,
Maka Dengan Senang Hati Aku Ambil Jalan Iblis.
Jika Tuhan Berada Di Sisi Mereka,
Maka Iblis Ada Di Sisiku....
Aku Tak Takut Apapun"
Itulah sumpah dendam Geon Wook di hadapan nisan orang tuanya.
Begitu mobil Geon Wook beranjak pergi dari Mi Rang, mobil detektf Gwak dan Lee baru sampai. Detektif Gwak mengenali Geon Wook. "Hey, apa kau melihat mobil yang baru lewat tadi?" tanyanya. Detektif Lee menjawab "Tidak. Kenapa?". Detektif Gwak "Bukankah itu Shim Geon Wook?"...
Tae Sung menyusul Jae In yang berjalan di trotoar dengan mobilnya "Naiklah!". Jae In menoleh sebentar lalu buang muka. Tae Sung "Ah... kubilang naiklah !!". Jae In tak peduli. Tae Sung langsung keluar dari mobilnya dan menghalangi langkah Jae In.
Jae In "Apa kau bisa minggir? Aku sedang tidak mood main-main denganmu" katanya ketus.
Tae Sung "Aku tidak main-main. Ada yang ingin kukatakan. Cuma sebentar kok"
Jae In "Tapi aku tak punya apapun untuk dikatakan. Jadi kumohon minggir" lalu mencoba melawati Tae Sung.
Tae Sung tetap menghalangi "Tidak... Kau ingin aku melakukan apa? Kau ingin aku menyerahkan topeng kaca bersama..? Atau kau ingin aku kembali ke Jepang dan meminta Ryu sensei untuk membuatkan yang baru?"
Jae In "Hong Tae Sung-shi memang sangat beruntung"
Tae Sung "Apa?"
Jae In "Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan. Kau bisa mengrusak apapun jika kau mau. Kau bisa berteriak sesukamu. Kau bisa melampiaskan kemarahan sesukamu. Kau beruntung karena kau tak harus menahannya. Tapi, tidak untukku. Aku harus sadar dengan sekelilingku. Walaupun hal-hal tak berjalan secara adil dan aku ingin berhenti...Aku harus menahannya sampai akhir, bagaimanapun caranya. Dan sekarang, jika kau menyuruhku naik, apa aku harus naik? Jika kau ada yang ingin dibicarakan, apa aku harus mendengarnya?" (Wah dari hati nih ngomongnya)
Tae Sung "Bukan. Yang ingin kukatakan adalah..."
Jae In "Apa kau bisa minggir?" lalu dia meninggalkan Tae Sung.
Tae Sung jadi pusing dibuatnya.
Jae In naik Bus, dia sedikit menatap ke arah Tae Sung sebelum naik (sepertinya dia berharap Tae Sung menyusulnya). Ternyata benar, Tae Sung membawa mobilnya hingga bersebelahan dengan bus yang ditumpangi Jae In. Tae Sung menatap Jae In yang duduk dekat jendela. Jae In balik menatap lalu buang muka. Tae Sung pun mendahului bus itu hingga bus nya berhenti. Jae In jadi tersenyum simpul (sesuai rencana). Tae Sung menaiki bus tapi dia tak mengerti cara bayarnya. Dia malah menyerahkan cek pada supir bus "Apa kau bisa menerima ini?". Supir bus tercengang "Apa kau bercanda?". Tae Sung "Kenapa galak begitu? Bagaimana dengan ini?". Supis bus "Apa yang sedang kaulakukan?". Tae Sung "Cuma yang begini uang yang kupunya!". Jae In tak tahan juga (mungkin karena Tae Sung malu-maluin aja ^^), dia memakai kartu busnya lalu langsung menarik Tae Sung duduk. Tae Sung heran "Kau melakukan apa tadi?". Jae In "Aku bayar dengan kartu bus". Tae Sung "Memangnya ada kartu yang seperti itu? Kenapa bus ini kotor sekali?" (dasar orang kaya ^m,^). Jae In tak menanggapi. Tae Sung "Aku lapar. Makan yuk!". Jae In tetap diam. Tae Sung lalu berteriak "Aku lapar. Jadi ayo makan !!!" serunya seperti anak kecil hingga seisi bus menatap Tae Sung. Jae In pun jadi tersenyum geli. Tae Sung "Akhirnya kau tersenyum" katanya (Ah lutunaaa...).
Tae Sung mengajak Jae In ke sebuah cafe. Jae In lalu permisi ke belakang sebentar. Tae Sung bertanya dulu "Apa kau suka pasta?". Jae In "Ya". Tae Sung "Baiklah". Lalu Tae Sung duduk sendirian.
Saat Jae In kembali, ternyata dia mendengar suara Ny. Shin. Rupanya Tae Sung tak sengaja bertemu ibunya di sana, sehingga Jae In mengurungkan niatnya keluar.
Saat Jae In kembali, ternyata dia mendengar suara Ny. Shin. Rupanya Tae Sung tak sengaja bertemu ibunya di sana, sehingga Jae In mengurungkan niatnya keluar.
Ny. Shin "Apa yang membawamu kesini?"
Tae Sung "Apa yang membawamu kesini, ibu? Seseorang yang elegan... datang ke tempat biasa seperti ini"
Ny. Shin "Bukan urusanmu. Kenapa kau datang kesini?"
Tae Sung "Aku datang untuk makan bersama teman wanitaku"
Ny. Shin "Wanita? Tentu saja kau perlu wanita yang selalu berada disisimu. Wanita macam apa kali ini? Sebenarnya aku tak peduli siapa dia. Tapi jangan bawa dia ke rumah kali ini. Itu menggangguku memikirkan bahwa aku harus duduk berhadapan dengan wanita yang tak kukenal lagi" lalu dia beranjak pergi.
Tae Sung memanggil "Ny. Shin Myung Won..!!"
Ny. Shin berbalik "Apa?"
Tae Sung "..'Apa kau sudah makan?'..'Kau harus makan'... Bisakah anda sedikitnya mengatakan hal-hal seperti itu?"
Ny. Shin berkata dengan dingin "Suruh wanita itu melakukannya untukmu. Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?" lalu pergi meninggalkan Tae Sung.
Tae Sung terdiam di kursinya. Jae In yang tadi menguping pembicaraan mereka lalu datang menghampiri Tae Sung seolah-olah tak mendengar apapun "Maaf. Kau menunggu lama?". Tae Sung tampak masih murung "Tidak". Jae In "Apa pasta di tempat ini enak? Yang mana yang sebaiknya kumakan? Apa Tae Sung-shi mau memberi saran untukku? Mungkin karena aroma makanan disini membuatku tiba-tiba merasa lapar" katanya dengan wajah ceria (Mood Jae In jadi berubah seketika ^^). Tae Sung menjawab "Vongole di tempat ini sangat enak". Jae In "Kalau begitu aku pilih vongole saja". Tae Sung jadi penasaran "Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?". Jae In "Apa maksudmu?". Tae Sung "Kau bersikap ramah padaku. Padahal sebelumnya kau tidak menjawab saat aku meneleponmu". Jae In tersenyum "Mungkin itu karena aku lapar?". Tae Sung "Apa aku bisa bertanya sesuatu?". Jae In mengangguk. Tae Sung "Dengan Shim Geon Wook... Apa hubungan kalian ?". Jae In "...Cuma teman". Tae Sung "Jika kalian cuma teman... artinya tidak ada hubungan spesial?". Jae In "Dia membuatku capeK" katanya biasa (benarkah?). Tae Sung tersenyum kecil.
Sementara itu, Geon Wook berada di ruang rahasianya dan menyiapkan rencana balas dendamnya. Geon Wook mendapat berita baru dari informannya lewat mesin penjawab telepon "Tentang department store milik Haeshin Group. Aku dapat info bahwa seseorang secara rahasia membeli saham konstruksi. Itu adalah Ny. Shin, yang bertugas di gallery seni. Pemegang saham utama adalah Ny. Shin dan Hong Taera. Terutama saham milik Hong Taeralah yang berkembang secara perlahan. Mohon telepon balik!". Lalu Geon Wook memikirkan sesuatu sambil menatap foto Taera yang terpajang di dinding dengan tajam.
Keesokan harinya, Geon Wook menyamar jadi pegawai konstruksi Haeshin. Dia mendapat perintah dari Tae Sung untuk mennyelidiki tempat konstruksi yang rencananya akan dibangun apartemen Incheon. Ini karena sejumlah supply menghilang tanpa sebab. Geon Wook diperintahkan untuk mencari tahu siapa dalangnya. Dalam teleponnya Tae Sung sempat mengancam "Shim Geon Wook, kalau kau tak bisa mengatasi masalah ini, kau dipecat!" katanya.
Geon Wook membaur dengan para pekerja. Dia bertanya pada salah satu pekerja di sana "Kudengar beberapa hari ini banyak persediaan yang hilang". Pekerja 1 menjawab "Kau sudah dengar? Tanpa diketahui siapapun, pencuri-pencuri itu mencurinya dalam jumlah banyak. Pekerja 2 "Tidak hanya itu, mereka juga mencuri bahan besi metal dan papan-papan kayu". Geon Wook "Tapi bukankah ada security yang berjala saat malam?". Pekerja 1 "Bagaimana jika dia salah satunya? Pencuri dan security mungkin bekerja sama lalu mencurinya". Pekerja 2 "Benar".
Saat istirahat makan siang bersama para pekerja, ada seorang pengawas konstruksi yang memberi salam pada semua pekerja atas kerja keras mereka. Pengawas itu lalu berbicara sesuatu dengan seorang pekerja. Geon Wook mencurigai mereka.
Geon Wook membuntuti pengawas itu. Pengawas itu menelepon seseorang "Hansang sudah mendapat banyak 'daging' hari ini. Datanglah tepat waktu, kau dengar?" katanya. Geon Wook mendengar itu dan sepertinya dia mulai merencanakan sesuatu untuk malam ini.
Tak lama kemudian, Geon Wook mendapat telepon dari Mone "Ya. Mone.... Huh?". Di lain tempat, Taera juga mendapat telepon dari Mone "Hallo? Oh Mone! Apa? Makan siang? Kenapa tiba-tiba?". Mone menjawab "Aku ada satu permohonan.... Ya" katanya. Setelah menutup teleponnya, Mone bergumam "Geon Wook oppa, aku akan membuatmu bagai dari keluargaku bagaimanapun caranya".
Jae In sibuk meminjam buku-buku bahasa asing di perpustakaan. Dia ingat Mone pernah bercerita bahwa kakaknya Taera menguasai banyak bahasa. "Sejak masih kecil, dia mempelajari bahasa inggris, perancis, jepang, dan spanyol. Dia mempelajari semuanya. Sedangkan Aku,cuma tahu bahasa inggris" ungkap Mone. Apakah rencana Jae In?
Keesokan harinya, Geon Wook menyamar jadi pegawai konstruksi Haeshin. Dia mendapat perintah dari Tae Sung untuk mennyelidiki tempat konstruksi yang rencananya akan dibangun apartemen Incheon. Ini karena sejumlah supply menghilang tanpa sebab. Geon Wook diperintahkan untuk mencari tahu siapa dalangnya. Dalam teleponnya Tae Sung sempat mengancam "Shim Geon Wook, kalau kau tak bisa mengatasi masalah ini, kau dipecat!" katanya.
Geon Wook membaur dengan para pekerja. Dia bertanya pada salah satu pekerja di sana "Kudengar beberapa hari ini banyak persediaan yang hilang". Pekerja 1 menjawab "Kau sudah dengar? Tanpa diketahui siapapun, pencuri-pencuri itu mencurinya dalam jumlah banyak. Pekerja 2 "Tidak hanya itu, mereka juga mencuri bahan besi metal dan papan-papan kayu". Geon Wook "Tapi bukankah ada security yang berjala saat malam?". Pekerja 1 "Bagaimana jika dia salah satunya? Pencuri dan security mungkin bekerja sama lalu mencurinya". Pekerja 2 "Benar".
Saat istirahat makan siang bersama para pekerja, ada seorang pengawas konstruksi yang memberi salam pada semua pekerja atas kerja keras mereka. Pengawas itu lalu berbicara sesuatu dengan seorang pekerja. Geon Wook mencurigai mereka.
Geon Wook membuntuti pengawas itu. Pengawas itu menelepon seseorang "Hansang sudah mendapat banyak 'daging' hari ini. Datanglah tepat waktu, kau dengar?" katanya. Geon Wook mendengar itu dan sepertinya dia mulai merencanakan sesuatu untuk malam ini.
Tak lama kemudian, Geon Wook mendapat telepon dari Mone "Ya. Mone.... Huh?". Di lain tempat, Taera juga mendapat telepon dari Mone "Hallo? Oh Mone! Apa? Makan siang? Kenapa tiba-tiba?". Mone menjawab "Aku ada satu permohonan.... Ya" katanya. Setelah menutup teleponnya, Mone bergumam "Geon Wook oppa, aku akan membuatmu bagai dari keluargaku bagaimanapun caranya".
Jae In sibuk meminjam buku-buku bahasa asing di perpustakaan. Dia ingat Mone pernah bercerita bahwa kakaknya Taera menguasai banyak bahasa. "Sejak masih kecil, dia mempelajari bahasa inggris, perancis, jepang, dan spanyol. Dia mempelajari semuanya. Sedangkan Aku,cuma tahu bahasa inggris" ungkap Mone. Apakah rencana Jae In?
Hari sedang hujan lebat. Geon Wook datang ke cafe yang diminta Mone. Mone sudah datang duluan. Geon Wook menghampiri Mone "Hai Mone. Maaf aku terlambat". Mone senang "Tak apa. Duduklah" katanya. Sementara itu, Taera juga datang ditemani supir Kang "Aku akan lama, jadi kau boleh pergi makan" kata Taera. Dia lalu memasuki cafe sendirian untuk makan bersama Mone, namun ternyata Mone tak sendirian. Taera pun kaget. Mone menyambut "Unni! ... Apa Unni kaget? Aku mau makan dengan oppa, jadi aku memanggil Unnie juga! Tak apa-apa kan Oppa?". Geon Wook "Ya". Taera "Mone, kenapa kau melakukan ini?". Mone "Jika aku tak melakukannya, bakal susah untuk kita makan bertiga sama-sama. Aku juga ada permohonan padamu. Maaf ya Unni".
Geon Wook menarikkan kursi "Silahkan duduk!" katanya lalu dia duduk di sebelah Mone. Walaupun begitu, tanpa Mone sadari, Geon Wook melancarkan serangan tatapannya pada Taera. Taera menyadari itu dan mencoba mengalihkan pandangannya. Mone lalu menyuapi Geon Wook daging stick, Geon Wook bersedia tapi sambil menatap Taera. Taera tampak kesal. Mone lalu berbisik ke telinga Geon Wook di hadapan Taera. Geon Wook tersenyum simpul mendengar omongan Mone tapi dia tersenyum sambil menatap Taera lagi. Taera sama sekali tak menyentuh makanannya. Dia hanya minum anggur sambil melihat kemesraan mereka. Geon Wook sepertinya berniat membuat Taera cemburu. Dan itu berhasil.
Geon Wook menarikkan kursi "Silahkan duduk!" katanya lalu dia duduk di sebelah Mone. Walaupun begitu, tanpa Mone sadari, Geon Wook melancarkan serangan tatapannya pada Taera. Taera menyadari itu dan mencoba mengalihkan pandangannya. Mone lalu menyuapi Geon Wook daging stick, Geon Wook bersedia tapi sambil menatap Taera. Taera tampak kesal. Mone lalu berbisik ke telinga Geon Wook di hadapan Taera. Geon Wook tersenyum simpul mendengar omongan Mone tapi dia tersenyum sambil menatap Taera lagi. Taera sama sekali tak menyentuh makanannya. Dia hanya minum anggur sambil melihat kemesraan mereka. Geon Wook sepertinya berniat membuat Taera cemburu. Dan itu berhasil.
Mone "Kak, apa kau bisa memohon pada ayah untuk Geon Wook oppa? Meminta agar dia bisa bekerja di kantor?
Taera "Kau ingin bertemu denganku karena ini?" pada Mone. Taera menatap Geon Wook "Apa kau menyuruhnya?"
Geon Wook "Tidak"
Mone membela "Unni, bukan seperti itu. Ini kemauanku sendiri. Jujur saja, aku tidak suka Geon Wook oppa ters mengikuti Tae Sung oppa kemana-mana. Dia hanya asisten di title saja, tapi semua yang dia lakukan hanyalah jadi supir Tae Sung oppa. Ayah selalu menolong suamimu. Oppa sama pintarnya dengan kakak ipar (suami Taera). Dia juga dapat gelar MBA di America. Lagi pula oppa akan menikahiku segera".
Taera "Ayah cuma bilang bahwa dia hanya membolehkan kalian saling bertemu, bukannya menikah"
Mone "Memang begitu kok!"
Mone menatap Geon Wook "Aa kau punya maksud menikahi Mone?"
Geon Wook menjawab dengan santai "Tidak. Aku tidak punya rencana untuk menikah".
Mone "Oppa...!!"
Geon Wook memegang tangan Mone "Mone masih muda" katanya tersenyum.
Taera sekilas menatap tajam tangan Geon Wook yang menggenggam tangan Mone. Dia makin tampak kesal "Jadi kau bilang kau tak punya rencana untuk menikah".
Mone menyela "Bukan seperti itu. Itu karena aku masih muda. Maksud oppa... dia akan melakukannya nanti" (Ampun deh ni anak !!!).
Mone lalu permisi ke toilet. Kini tinggal Taera dan Geon Wook berdua. Taera mendapat telepon dari suaminya "Ya, sayang? Aku sedang makan siang dengan Mone sekarang.... Ya..." lalu menutup teleponnya.
Geon Wook "Itu pasti suamimu"
Geon Wook "Itu pasti suamimu"
Taera "Shim Geon Wook-shi. Pertama, kau secara kebetulan terlibat dengan Mone dan berhasil mencuri hatinya. Dan kemudian, melalui Mone kau melibatkan dirimu dengan Tae Sung dan berhasil mendapat kepercayaannya. Lalu siapa selanjutnya?" (Hmm... she is smart)
Geon Wook hanya tersenyum diam menatap Taera. Taera meminum wine seteguk lalu berkata "Apa selanjutnya aku? Aku terus memikirkan itu berkali-kali. Apa alasan dibalik sikapmu yang berusaha dekat sengan semua anggota keluarga kami? Apa karena kau perlu uang?"
Geon Wook "Aku yakin, pada akhirnya kau bisa memikirkan hingga sejauh itu, Hong Taera-shi. Walaupun aku tak bergelimang harta, tapi aku punya cukup uang untuk hidup".
Taera "Kalau begitu apa?.. Ah lupakan saja, itu tidak ada hubungannya. Aku tak akan pernah terbujuk olehmu. Karena aku tak bergaul dengan orang sepertimu".
Geon Wook "Tapi bagaimana jika... aku sendiri yang datang padamu?". Mereka saling berpandangan sejenak.
Taera "Akan kubuat kau menyesalinya" katanya menantang.
Geon Wook tersenyum "Akan kutunggu".
Taera tak bisa menjawab lagi, lalu dia langsung berdiri bermaksud ingin pergi dari situ. Mone kembali dari toilet dan terkejut "Unni sudah mau pergi?". Taera "Ya, aku duluan pergi", dia menatap Geon Wook sekilas lalu langsung cepat-cepat pergi. Mone bingung bertanya pada Geon Wook "Kenapa kakakku seperti itu?". Geon Wook lalu berdiri "Tunggu disini sebentar ya! Aku coba cari tahu kenapa" katanya lalu beranjak keluar juga.
Walau tak punya payung, Taera nekat menerjang hujan menuju jalan depan. Geon Wook membawa payung dan menyusul Taera. Dia lalu memayungi Taera yang mulai basah kehujanan. Taera "Minggir". Geon Wook "Aku akan menunggu sampai supirmu tiba ke sini". Taera "Kubilang minggir!". Geon Wook "Aku akan menunggu bersamamu". Taera "Tak perlu!" lalu dia buru-buru menyeberang ke tengah jalan tanpa sadar ada mobil yang sedang melaju. Geon Wook langsung menarik Taera dari bahaya dan memeluknya. Orang dalam mobil itu malah mengomel "Hey kau tak lihat ada mobil ya !!" Teriaknya.Dalam lebatnya hujan, Geon Wook membelai rambut Taera "Kau jadi basah" katanya. Perasaan Taera tampak campur aduk "Jangan mendekat !!". Geon Wook berbisik "Kau takut?". Taera "Kau ingin melakukannya hingga akhir?". Geon Wook berkata dengan lembut "Jangan sampai basah, nanti kedinginan". Taera terdiam membisu. Mobil supir Kang tiba, tanpa berani menatap Geon Wook dia perlahan masuk ke mobil. Dari belakang, Geon Wook menatap mobil Taera yang semakin menjauh. Apa yang diinginkan Geon Wook dari Taera....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar