Selasa, 20 Juli 2010

siNopsis DraMa Bad guy "ePisode 3"

Taera mengantarkan Tuan Uhm pulang sampai depan studio kemudian menghampiri Mone yang duduk terdiam di atas sofa. Taera berkata "Mone! Jangan pernah bertemu dengan lelaki itu lagi". Mone "Aku tak mau". Taera "Apa kau sudah cari tahu lelaki macam apa dia? Kenapa dia mendekatimu... dan siapa dia?". Mone membela diri "Dibandingkan Tuan Uhm yang selalu berbohong, dia 100 bahkan 1000 kali lebih baik dari Tuan Uhm". Taera "Apa?". Mone "Dia sudah punya kekasih. Aktris film Choi Hee Joo. Mereka saling jatuh cinta". Taera terkejut "Apa?.. Pasti hanya salah paham". Mone "Ini serius!...Orang itu, Geon Wook Oppa peduli denganku setulusnya ". Taera "Bagaimana kau bisa yakin itu? Mone, jika kau bertemu dengan lelaki itu sekali lagi, aku akan beri tahu ibu dan ayah. Jika begitu, apa yang akan terjadi kau tahu itu lebih dari yang lain". Mone "Kakak!". Tera "Cukup aku saja yang tahu. Berhentilah bertemu dengannya. Itu baik untuknya juga kau. Apa kau mengerti apa yang kukatakan?". Mone tak mau dengar. Taera "Dan aku akan cari tahu tentang Tuan Uhm. Sampai itu jelas, jangan beri tahu pada siapa pun tentang itu". Mone marah dengan Taera lalu pergi meninggalkannya. Taera menghela nafas, dia memegang tangannya karena teringat saat Geon Wook menggenggam tangannya, juga saat Geon Wook berkata "Hangatnya!".
Geon Wook kembali ke rumahnya. Dia memandangi kartu nama Jae In dan bergumam "Moon Jae In...Moon Jae In". Dia sadar bahwa Jae In salah mengiranya sebagai Hong Tae Sung. Geon Wook mulai merencanakan sesuatu.
Sementara itu, di kantor polisi. Di bagian investigasi, Detektif Gwak menyuruh detektif Lee untuk membersihkan mejanya yang penuh dengan foto-foto kasus Choi Sun Young. Lalu dia mengambil selembar dan berkata "Dia terlalu muda untuk mati". Mereka berniat untuk mengemas barang Choi Sun Young, tapi pria berkumis yang sedang diinterogasi di dekat mereka (karena suatu tindak kejahatan) melihat foto Sun Young "Oh,apa dia melakukan kesalahan? (tertawa) Aku tahu". Detektif Gwak bertanya apa dia pernah melihat Sun Young sambil menyodorkan foto Sun Young. Laki-laki itu berkata "Ya. Saat itu aku melihatnya bertengkar sengit... di depan toko serba ada. Dia tipe idealku" sambil nyengir. Gwak "Jadi dia bertengkar?" dan pria itu mengiyakan. Dia melihatnya dihari saat pertandingan sepakbola antara Korea-Jepang. Detektif Gwak menyadari itu hari yang sama saat Sun Young bunuh diri. Pria itu melihatnya sekitar jam 1 atau 2 pagi. Detektif Gwak memperlihatkan foto gedung tempat kejadian. Pria itu mengiyakan. Detektif Gwak "Apa kau ingat seperti apa laki-laki yang bertengkar dengannya". Pria itu menjawab bahwa dia hanya melihat bagian belakangnya saja. Detektif Gwak terus mendesaknya apakah ada lagi hal lain yang diingatnya. Pria itu tersenyum "Kalau aku bilang, apa kau akan melepas borgol ini?". Detektif Gwak memperingatkan "Bodoh! Di hari itu dia mati. Artinya kau bisa jadi tersangka". Pria itu langsung takut "Apa?? Aku tidak melakukannya. Tunggu...biar kuingat lagi. Apa yang dia katakan? Jea Sung? Jun Sung? Tae Sung? Tae Sung?" katanya dengan bingung.
Pria itu teringat bahwa seorang pria ingin merebut sesuatu dari tangan Sun Young. Sun Young berkata "Lepaskan! Apa kau gila? Kembalikan itu padaku" sambil menangis. Sun Young juga berkata "Apa yang harus kulakukan?" lalu memeluk pria itu. Dia juga terus memanggilnya Tae Sung selama berargumen. Detektif Gwak bertanya "Tae Sung...Tae Sung... Apa kau yakin?". Pria itu mengiyakan. Detektif Gwak menyuruh detektif Lee untuk menelepon Hong Tae Sung namun Hp Tae Sung tak dapat dihubungi. Rupanya Tae Sung pergi dari apartemennya dan bersiap pergi ke Jepang. Sebelum pergi dia meninggalkan setangkai mawar putih di tempat Sun Young jatuh.
Geon Wook menelepon Jae In. Geon Wook "Hello!". Jae In "Ya, ini Moon Jae In". Geon Wook "Sulit sekali menghilangkan nodanya". Jae In "Apa? Siapa kamu?". Geon Wook memperjelas "Aku tak bisa menghilangkan noda kopi...". Jae In "Ah! Ah, Tae Sung-shi". Geon Wook "Bagaimana bisa kau melakukan itu?". Jae In tertawa "Aku akan bayar laundry servicenya". Geon Wook" Tidak, maukah kau datang dan mencucinya sendiri?". Jae In "Apa?". Lalu Geon Wook mengatakan alamatnya.
Di bandara, Tae Sung duduk termenung lalu menerima telepon dari detektif Lee. Detektif Lee marah-marah sambil berteriak "Tae Sung-shi? Hey! Dimana kau? kau tertangkap basah, beraninya kau lari dan berbohong pada kami? Dimana kau? cepat katakan..." belum selesai Lee mengomel, Detektif Gwak membungkam mulutnya lalu mengambil alih bicara pada Tae Sung dengan sopan.
Detektif Gwak "Ini detektif Gwak, ada yang ingin kutanyakan, jadi aku ingin bertemu denganmu sebentar". Tae Sung "Untuk apa?".
Detektif Gwak "malam itu, di depan toko serba ada, kami punya saksi yang melihat Nona Choi Sun Young memanggilmu Tae Sung".
Tae Sung berkata "Itu tidak mungkin. Dia tidak memanggilku 'Tae Sung', dia selalu memanggilku 'Tae Sung-shi'" (Dalam bahasa Korea, 'shi' artinya bisa Mr/Mrs/Miss).
Detektif Gwak berkata penuh selidik "Well, jika kalian bertengkar, dia bisa saja memanggilmu Tae Sung". Tae Sung terkejut "Bertengkar? Sun Young tak pernah marah padaku. Jika dia marah padaku...".
Detektif Gwak "Jadi diantara kenalan Choi Sun Young, ada Tae Sung yang lain?"
Tae Sung "Bagi Sun Young, tidak ada laki-laki lain selain aku"
Detektif Gwak "Tidak, tidak... Mungkin seorang teman? dari kuliah atau kerja?"
Tae Sung meninggikan suaranya "Bagi dia, laki-laki hanya aku!" (yakin banget)
Detektif Gwak "Aku akan mengunjungimu segera. Dimana kau sekarang?"
Tae Sung "Kau sudah dapat semuanya. Aku akan pergi ke Jepang dan tak akan pernah kembali."
Detektif Gwak "Jepang?"
Tae Sung "Jika kau adalah aku, memangnya kau mau terus tinggal di rumah itu?" kemudian menutup teleponnya.
Detektif Gwak "Apa?"
Detektif Lee langsung berdiri "Si brengsek itu pergi ke Jepang? Haruskah kita menghentikannya untuk meninggalkan negeri ini?"
Detektif Gwak semakin pusing "Tidak, Tidak, Tidak...Untuk melakukan itu kita tidak punya cukup bukti".
Detektif Gwak membangunkan saksi mata yang tertidur itu "Hey, Apa kau yakin dia memanggil Tae Sung?". Pria itu berkata "Ah..Kubilang itu benar. Kenapa kau tidak mempercayaiku?". Detektif Gwak terus berpikir sambil menggumamkan nama Tae Sung. Kemudian Detektif Gwak memerintahkan Detektif Lee "Dengar, cari diantara daftar kontak dalam handphone Choi Sun Young apakah ada orang lain yang bernama Tae Sung, pergilah ke rumah Choi Sun Young dan cari apa ada barang-barang milik laki-laki". Detektif Gwak lalu bertanya pada saksi mata itu lagi "Hey Kau! Walaupun kau tak lihat wajah laki-laki itu, lalu apa yang dia pakai? Setidaknya kau ingat itu kan?". Pria itu mengiyakan. Lalu detektif Gwak memerintahkan detektif Lee untuk melanjutkan interogasi pada saksi mata itu. Dia mengatakan "Yang aku tahu hanya bagian belakang kepalanya". Detektif Lee mendesak "Bodoh, pikir lebih keras!"
Jae In mendatangi rumah Geon Wook (sebenarnya rumah Kak Jang ^^). Geon Wook tersenyum "Ah, kau kesini!". Jae In "Ya, apa kabar". Dia memakai pakaian yang rapi dan manis, juga high heels. Geon Wook "Kau benar-benar datang... Masuklah". Jae In terkejut karena rumah yang dia kira milik Tae Sung benar-benar berantakan. Geon Wook mengambil bajunya yang kotor. Jae In "Well, kau memintaku datang. Kau menyuruhku untuk mencucinya". Geon Wook "Jadi, kau akan melakukannya sendiri?". Jae In "Lalu apa aku harus memberimu biaya dry cleaner? Aku akan melakukan apa yang kau mau" sambil tersenyum. Geon Wook "Bukan, bukan...Tolong cuci ini sampai bersih (sambil melemparkan baju kotor itu). Aku permisi dulu"
Jae In "Tu...tunggu dulu." katanya kelabakan.
Geon Wook "Kenapa? Ada lagi yang ingin kau katakan?". Jae In "Bukan, bukan seperti ini (tertawa) Jadi yang kau maksud adalah mencuci ini sendiri dalam rumah kosong?". Geon Wook "Lalu apa yang harus kulakukan sementara kau mencucinya?". Jae In "Aaah... kalau begitu aku tidak perlu mencucinya disini kan? Aku akan membawanya ke rumahku lalu mencucinya sampai bersih". Geon Wook "Aku tidak begitu suka bajuku dibawa kesana-kemari. Baik, kalau kau tak mau melakukannya, kembalikan itu" sambil menarik bajunya. Jae In mencegah (mereka saling tarik menarik baju) "Ah, tidak.. tidak. Aku akan melakukannya. Aku akan melakukannya. Siapa bilang aku tidak mau? Dimana ruang laundrynya?" sambil melihat sekeliling. Dari belakang Geon Wook tertawa "Ruang laundry apa? Disana kamar mandinya. Jadi tolong urus itu" Kemudian dia meninggalkan Jae In sambil bersiul.
Setelah keluar dari rumah itu, Geon Wook berbalik melihat ke belakang teringat saat Jae In menumpahkan kopi dibajunya. Rupanya Geon Wook sudah tahu kalau Jae In sengaja menabraknya karena dia sudah melihat Jae In saat masih di dalam cafe. Dia tahu bahwa Jae In buru-buru keluar saat melihatnya dan pura-pura tak sengaja menumpahkan kopi di bajunya. Mengingat itu Geon Wook tersenyum. Ha..., ternyata Jae In sedang dikerjai Geon Wook.
Di kamar mandi Jae In mencuci pakaian Geon Wook sambil mengomel "Ah.., aku sangat benci mencuci dengan tangan makanya aku selalu pakai mesin cuci! Menyebalkan!.. Tapi kenapa? Walaupun mereka tak mau bertemu putranya, bukankah ini keterlaluan?" katanya sambil memandangi rumah kecil yang berantakan itu. Jae In lalu berkata "Ini tidak seperti mereka tidak punya uang. Orang kaya memang menakutkan. (sambil mengucek) Tapi benarkah? Apa dia meneleponku hanya untuk mencuci ini?".
Di depan sebuah toko, Geon Wook sedang asik minum sebotol banana milk, lalu sebuah bola dari suatu tempat terlempar ke arahnya (tapi dia menangkapnya dengan bagus ^^). Ternyata itu dari anak-anak di sekitar sana yang sedang bermain sepak bola. Geon Wook akhirnya bermain bola dengan mereka dengan riangnya. Dari wajahnya seolah-olah tak tergambar lagi rasa dendam. Seorang anak bertanya "Paman, apa kau seorang pemain sepak bola?". Geon Wook "Tentu saja, saat aku masih SD". Anak itu menebak "Striker?". Geon Wook "Bukan, tapi Goal Keeper". Anak yang lainnya menantang "Lalu apa kau bisa memblok semua bola kami?". Geon Wook yakin "Tentu saja. Aku sangat bagus. Tiap aku kebobolan bola, akan kubelikan kalian es krim". Anak-anak itu sangat senang.

Setelah selesai mencuci, Jae In mau beranjak pulang. Tapi dia merasa tidak enak meninggalkan rumah Kak Jang yang sangat berantakan itu. Jadi dia mengurungkan niatnya lalu merapikan seluruh perabotan, membuang sampah, menikat kamar mandi, memcuci sampai membersihkan toilet. Sesekali dia mengeluh karena tangannya sakit, tapi tetap saja dilakukannya.
Sementara itu Geon Wook masih duduk di lapangan sepakbola. Sepertinya dia sengaja membiarkan anak-anak itu mencetak gol lalu mentraktir mereka es krim. Mereka ngobrol layaknya anak seumuran, apalagi Geon Wook bicara sambil makan es krim, Geon Wook "Kalian suka?". Anak-anak berkata serempak "ya!". Geon Wook "Ah, seharusnya aku bisa melakukannya dengan baik". Salah satu anak bertanya "Apa kau yakin kau adalah seorang goal keeper?". Geon Wook "Ya, seorang goal keeper". seorang anak berkata "Tapi tak ada yang bisa kau block". Geon Wook "Hey, itu bukan berarti aku tidak bisa. Itu karena kalian terlalu bagus" katanya sambil tetap menyantap es krim itu. "Jangan berbohong" kata mereka. "Itu benar. Kuharap kalian bisa membuat Korea bersinar di World Cup nanti" kata Geon Wook. Lalu Mone menelepon Geon Wook, tapi dia tak mengangkatnya. Hanya tersenyum. "Paman pergi dulu!" kata Geon Wook. "Ya, selamat tinggal" kata mereka. Geon Wook "Berikutnya, Aku tak akan mudah dikalahkan". mereka serempak menjawab "Yaaaaa...!!".
Di lain tempat, Mone bingung kenapa Geon Wook tidak mengangkat teleponnya. Mone bersiap mau pergi, namun Taera datang mengajak makan malam "Kau mau kemana?" tanya Taera. Mone "ke studio". Taera "studio sementara out of limits. Tetaplah di rumah". Mone "Kenapa kau seperti ini? terlalu mengekang. Memangnya aku boneka? Tinggal di kamar seharian? Minggir aku mau pergi". Taera menahan tangan Mone "Kau ingin menemui lelaki itu kan?". Mone "Tidak". Taera "Lalu kau mau kemana? Apa kau akan terus seperti ini? Apa harus kuberi tahu ibu dan ayah?". Mone berteriak "Yaa!! baik, katakan saja. Katakan semuanya. Katakan pada mereka bahwa Tuan Uhm adalah kekasih Choi Hee Joo. Juga tentang aku menyukai Geon Wook Oppa. Itu bagus. katakan semuanya untuk memuaskanmu". Taera "Mone...". Ny. Shin muncul dari belakang tak sengaja mendengar pertengkaran mereka "Apa...ini yang kalian bicarakan? Tuan Uhm bertemu dengan siapa? dan siapa Geon Wook Oppa?"dengan wajah shock. Taera "Ibu..". Di ruang tamu Taera dan ibunya bicara berdua.
Taera "Jangan terlalu khawatir. Aku akan meyakinkan dia".
Ny Shin "Apa benar Tuan Uhm mengencani artis itu? Apa kau sudah cari tahu?".
Taera "Ya. Seperinya Choi Hee Joo itu menggaet Chung Soo Group sebagai sponsornya dan gosipnya sudah menyebar".
Ny Shin "Dasar lelaki jahat dan dia pura-pura!".
Taera "Kupikir pernikahan ini baiknya dibatalkan".
Ny Shin "Belum"
Taera "ibu.."
Ny. Shin "ini bukan karena aku menyukai Tuan Uhm. Jika kita ingin berniaga dengan grup Jong Sun, kita perlu grup Chung Soo. Ini adalah mimpi ayahmu. Tapi jika kita membatalkan pernikahan. Bagamana kita mengatasi segala akibatnya?
Taera "lalu apa kita harus meneruskan pertunangan ini?"
Ny. Shin "Tidak, kita harus membuat mereka membatalkan pernikahan. Bukan kita, tapi mereka yang duluan membatalkannya. Jadi semuanya akan terlihat baik dan tidak mempengaruhi grup kita.
Taera "Apa yang akan ibu lakukan?
Ny. Shin "kita harus memikirkan satu cara. Sekarang selidiki tentang Choi Hee Joo. Aku yakin sesuatu yang negatif akan terjadi. Dan siapa orang bernama Geon Wook atau siapa? Sertakan pengawal untuk Mone. Jadi tak akan ada orang aneh yang mendekatinya"
Taera "baik"
Geon Wook kembali dengan mulut masih menghisap bungkus es krim (padahal es krimnya sudah habis) dan tercengang melihat rumah kak Jang bersih dan rapi sementara Jae In masih membereskan pakaian. Geon Wook "kau belum pulang?". Jae In "aku tak bisa pergi begitu saja membiarkan rumah kosong tanpa pemiliknya". Geon Wook "kau tak harus membersihkannya". Jae In "kau tak perlu merasa tidak enak. Ini karena aku seorang perfectionist". Geon Wook " Apa kau menyukaiku". Jae In "apa?". Geon Wook "Aku hanya meneleponmu untuk mencucikan kemejaku" lalu dia mendekati Jae In dan bertanya lagi "Kubilang apa kau menyukaiku? Karena aku Hong Tae Sung?". Jae In "Oh, benarkah? Aku tak bisa melakukan ini" tertawa lalu menjatuhkan pakaian-pakaian itu kemudian dia melangkah maju seolah-olah menantang "Itu benar! Yeah, itu karena kau Hong Tae Sung. Hey, kenapa aku harus melakukan ini jika kau bukan Hong Tae Sung? Aaah...punggungku sakit" sambil memegang punggungnya. Jae In melanjutkan omelannya dengan menunjuk-nunjuk Geon Wook yang semakin melangkah mundur "Berapa banyak masalah yang kaubuat hingga kau hidup seperti ini? Mulai sekarang, Noona ini yang akan menjagamu. Ayo kembali ke akalmu dan hiduplah dengan baik. Mengerti?" katanya sambil membelai rambut Geon Wook. Geon Wook menurut "Baik, Noona?". Jae In "Jangan main-main!!".(Noona : kakak)
But waiiittt...., ternyata ini hanya khayalan Jae In. Tidak mungkin Geon Wook begitukan? Jae In tersadar saat mendengar suara Geon Wook "Kenapa kau memegang celana dalam orang lain seperti itu?". Jae In berkata "Apa? Oh, Ah... aku mau mencucinya". Geon Wook bertanya "Apa kau benar-benar mau melakukan ini karena aku Oppanya Mone?". Jae In "tentu saja! karena Mone meneladaniku dan aku hanya ingin melakukan hal yang baik untuk kakaknya Mone". Geon Wook tersenyum. Jae In "Cuacanya sangat bagus. Pakaian akan cepat kering hari ini". Geon Wook lalu berkata "Jika kau sudah selesai, kau bisa pergi. (Jae In terkejut) Kau akan pergikan?". Ini reaksi yang tidak disangka Jae In "Ya, Aku akan...pergi..pergi..pergi..". Geon Wook "Tinggalkan saja bajunya disitu!". Jae In menuruti "Kalau begitu aku pergi dulu". Geon Wook "Ok, kau sudah bekerja keras".

Saat Jae In berjalan menuju halte bus, Geon Wook mengikutinya dari belakang dengan wajah yang tetap cuek. Jae In bertanya "Apa kau sedang mengantarku?". Geon Wook berdalih "Aku ada bisnis. Kau ingin aku mengantarmu pulang?". Jae In "Tidak, bukan begitu... Tae Sung-shi, kau tak punya mobil?". Geon Wook "Kau perlu mobil?". Jae In "Aku tidak bilang kalau aku perlu tumpangan. Ini karena kau dan Mone begitu berbeda...". Geon Wook memotong "Kau akan naik bus mana?". Jae In menjawab "#500". Geon Wook menunjuk bus yang baru tiba. Jae In "Bisnya sudah disini. Lalu lain kali...". Geon Wook mengangguk "Ya. Ya...". Jae In "Selamat tinggal". Dari belakang Geon Wook tersenyum lalu ikut masuk bus.

Dalam bus, mereka berdua berdiri "Ngomong-ngomong, kau sedang mengikutiku?". Geon Wook menjawab dengan cuek "Tidak, aku pergi ada bisnis". Jae In "oh, ada bisnis". Geon Wook "Kau pasti tidak punya kerjaan sekarang karena kau terlihat menganggur". Jae In tertawa "Bukankah aku memberimu kartu nama?". Geon Wook ingat "Ah, konsultan seni. Tapi jika kau seorang konsultan seni....". Jae In "Itu acara pameran seni. Di galeri, aku mengumpulkan benda-benda seni dan bertemu para seniman. Sekarang direktur yang juga ibumu, aku membantu di galerinya. Ini event pertama, jadi pikiranku kemana-mana". Geon Wook "Begitu?". Jae In "Tae Sung, apa yang kau lakukan saat ini?". Geon Wook "bermain". Jae In hanya tersenyum dan selama di bus dia sering menatap Geon Wook saat dia melihat ke arah lain.
Tiba-tiba bus mengerem mendadak sehingga Jae In terpeleset namun ditahan Geon Wook. Jae In terdiam sejenak tersandar di badan Geon Wook hingga Geon Wook berkata "apa kau akan terus seperti ini?". Jae In salah tingkah "Ti...tidak. Terima kasih". Geon Wook bertanya "Apa kau selalu seperti itu?". Jae In "Apa?". Geon Wook "Apa kau selalu menatap kosong lalu jatuh?". Jae In "Tidak, tidak tidak...tidak begitu!. Aku menganggap diriku pintar dan maju ke depan". Geon Wook "Kau...kau memuji dirimu dengan mulutmu sendiri" katanya tanpa menatap Jae In sementara Jae In terus menatapnya "Apa kau tidak sedikit malu?" lanjut Geon Wook. Jae In tidak menjawab lalu pergi turun dari Bus.

Ternyata setelah turun dari bus, Geon Wook tetap mengikuti Jae In. Jae In bertanya "Um.., bagaimana bisnismu?". Geon Wook "Ya, aku sedang dijalan". Jae In "kau mendengar tentangku dari Mone kan? Apa Mone membicarakanku?..." Jae In terpeleset lagi (mungkin karena high heelsnya) dan Geon Wook menggenggamnya lagi. Geon Wook menggerutu "Lagi-lagi..". Jae In berkata "Aku sangat teliti...". "Dan pintar, mudah jatuh, dan mudah linglung" sambung Geon Wook (^m,^). Jae In tak bisa membalas "Permisi, rumahku sudah dekat". Geon Wook "Ok kalau begitu". Jae In "Ya, selamat tinggal". Geon Wook lalu berbalik pergi. Dari belakang Jae In bergumam "Apa bisnisnya itu adalah mengantarku pulang? Apa dia tertarik padaku?". Tiba-tiba Geon Wook berbalik, Jae In ketahuan sedang menatapnya lalu Jae In pamit pergi (tapi setelah berjalan beberapa langkah, lagi-lagi Jae In menatap Geon Wook kembali).

Won in dan teman-temannya bermain hompimpah di depan toko dan Won In kalah. Won In berkata "Yah, aku tak punya uang lagi.." lalu dia melihat Geon Wook tertidur di kursi depan toko dan membangunkan Geon Wook "Ahjussi, Ayahku menyuruhku membelikan rokok. Kau mau membelikannya untukku?" katanya sembari menyerahkan uang 2 dolar. "Tolong cepat" kata Won In. Sepertinya ini hukuman hompimpah tadi. Won In mencoba meminum minuman kaleng punya Geon Wook tapi ternyata kosong. Geon Wook kembali keluar dari toko tapi yang dia beli malah minuman kaleng lagi. Won In "Ah! Ahjussi! Mana rokoknya?". Geon Wook "Aku tidak beli". Won In "Kalau begitu kembalikan uangku". Geon Wook "Apa kau tak ingat?". Won In "Memangnya kau siapa?". Geon Wook mengingatkan "halte bus, 1 Dolar" lalu Geon Wook mulai berjalan. Won In menyusulnya "Aha! Ah! Ahjussi yang itu! Kalau begitu beri aku 1 dolar sisanya". Geon Wook berkata "Itu bunganya". Won In lalu berkata "Hey, Tuan. Akukan tidak melakukan pinjaman pribadi. Kau hanya meminjamkanku 1 dolar dan bunganya 1 dolar juga? Apa itu maksud akal?". Geon Wook cuek "Itu terserah aku".
Won In menggerutu "Kau sudah dewasa tapi sangat pelit. Berikan 1 dolarku!!". Geon Wook menawarkan minuman yang dia beli 2 dolar tapi Won In tak mau dan berkata "Ah! Maksudku teganya kau mengambil bunga dariku?" sambil menggeledah pakaian Geon Wook. Geon Wook memperlihatkan isi kantongnya yang kosong "Aku ceroboh. Aku bahkan tidak punya ongkos naik bus". Won In membentak marah "Ahjussi !!". Handphone Geon Wook berbunyi sepertinya dari Mone. Won In mengeluh "Aah... mengganggu saja. Jawab teleponmu atau apapun! Itu membuatku gila! Aku bahkan tak bisa berpikir!" (Lucu banget ni anak ^^). Geon Wook lalu menjawab "Oh benarkah? Kalau begitu kau saja yang angkat" sambil menyerahkan Hpnya ke Won In. Won In tertawa heran karena yang menelepon atas nama "Tali (rope)". Won In pun mau saja "Hallo? Ya, Nona Tali? Laki-laki ini tidak mau menjawab teleponnya! Ya, tolong jangan menelepon. Ya...!". Won In mengulurkan tangannya "Sekarang uangnya..". Tapi Geon Wook malah berkata "Arigatoh" lalu kabur meninggalkan Won In. Won In yang merasa dikerjai marah bukan kepalang "Ahjussi, uangku !!" teriaknya.
Dikamarnya, Mone bertanya-tanya "Siapa anak ini? Tali?" (Hemm..., jangan-jangan Geon Wook hanya menganggap Mone sebagai tali yang bisa ditarik ulur?). Mone menyalakan walkie talkie milik Geon Wook "Hey, Shim Geon Wook !? Shim Geon Wook, Shim Geon Wook! Jawab teleponnya!"teriaknya. Lalu Mone berkata dengan lirih "Aku merindukanmu..., Ganti".
Dirumah Jae In, dia sedang mengingat saat dia hampir terjatuh di bus lalu bersandar di dada Geon Wook. Jae In tersenyum sendiri. Sementara Won In juga mengenang Shim Geon Wook tapi kali ini karena dia merindukan uang 1 dolarnya ^0^.

Kak Jang saat kembali ke rumah langsung terkejut "Oh, maafkan aku! aku salah masuk rumah..." katanya karena tak mengenali rumahnya sendiri. Lalu dia berteriak "Hah, ada pencuri!! pencuri! pencuri??" Kak jang menyalakan lampu lalu buru-buru menumpahkan tempat penyimpan beras (rupanya dia menyimpan uang disana), tapi untungnya uangnya masih ada "Menakutkan sekali...Siapa yang membuat ruangan bersih seperti ini? Ah.. sialan!" katanya masih panik.
Di kampus, Mone selalu diawasi supir Kang. Mone marah lalu menelepon Taera yang sedang berada di salon dengan ibunya untuk pijat kecantikan.
Mone "Kak, ini aku. Bilang pada supir Kang untuk berhenti mengikutiku. Bikin malu saja!"
Taera "Bikin malu apa? Pulanglah kalau sudah selesai"
Mone "Aku tidak mau. Tak akan!! Aku tak akan pulang!" teriaknya di telepon lalu menutupnya.
Ny. Shin "Siapa?"
Taera "Mone merasa terganggu karena supir Kang"
Ny Shin "Dia bahkan tak sadar kalau dia manja"
Pegawai salon berkata pada Taera "Nyonya, bagaimana bisa kulitmu lembut sekali?"
Taera "Apa maksudmu lembut? Sekarang ini kulitku sangat kasar"
Pegawai itu menyangkal "Tidak, kulit Anda sangat halus dan lembut. Mungkin banyak yang mengira kau masih 20an"
Taera "20 apaan?"
Ny. Shin "Ini bukan karena kau adalah putriku, tapi kau memang sangat cantik. Siapa yang mengira kau adalah ibu satu anak? Pengacara Park (suami Taera) sangat beruntung!"
Taera tersenyum lalu memejamkan mata, tapi yang teringat malah pertemuannya dengan Geon Wook saat di studio Mone dimana Geon Wook mengatakan "Aku ingin bertemu denganmu". Mengingat itu Taera menyuruh pegawai salon untuk membawakan air dingin. Ny. Shin bertanya "Kenapa? Apa kau haus? Kau kan tak suka air dingin". Taera menjawab "aku tahu, tapi aku merasa sedikit panas disini". Rupanya kejadian dengan Geon Wook begitu mempengaruhi Taera.
Mone berhasil kabur dari supir Kang. Dia mendatangi tempat latihan stuntman. Tapi yang ada Kak Jang sedang menjadi instruktur olahraga Choi Hee Joo (Kak Jang sepertinya naksir Hee Joo, genit banget).
Choi Hee Jo menghampiri "Bisa dibantu? Kau mencari siapa?", tapi Mone tak mempedulikannya. Hee Joo mulai emosi "Hey, kau tak mendengarku? Aku bertanya kenapa kau disini?". Mone tetap mengacuhkannya dan langsung bertanya pada Kak Jang "hallo, aku ke sini mencari Geon Wook Oppa... Shim Geon Wook". Kak Jang "Oh, Geon Wook. Dia tidak ada sekarang. Kau siapa?". Mone "Aku pacarnya" jawabnya sambil sengaja memandang Hee Joo. Hee Joo lalu membalas "Direktur Jang, apa syuting di taman hiburan dibatalkan?". Kak Jang berkata "Aku tidak mendengar apa pun. Tidak ada. Ok..Ok saja". Hee Joo "Aku ingin bertemu Geon Wook-ku, tapi sepertinya tidak bisa. Tolong bilang Geon Wook untuk meneleponku saat makan malam" katanya sambil tersenyum menatap Mone lalu dia berlalu pergi.
Kak Jang bergumam pelan "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Kau pasti melakukan stretching terlalu banyak hingga lidahmu kemana-mana". Mone dengan kesal berbalik, Hee Joo berkata dengan membelakangi "Sampai jumpa di lokasi!!" sambil melambaikan tangan. Mone bertanya pada Kak Jang "Maaf, hari minggu ini, kalian ada syuting di taman hiburan?". Kak Jang "Memang ada syuting, tapi kenapa setiap orang bertanya?" katanya dengan bingung. Mone tersenyum senang "Tak apa-apa. Selamat tinggal!".
Sedangkan di rumah keluarga Hong, Ny. Shin marah-marah dengan supir Kang karena tidak becus menjaga Mone. Taera bertanya "Kau tak tahu kemana dia pergi?". Supir Kang "Tidak tahu". Ny. Shin berkata pada Taera "Apa dia pergi menemui Shim Geon Wook? Telepon Mone!". Presdir Hong datang menanyakan apa yang diributkan. Awalnya ingin mereka tutupi tapi akhirnya diceritakan Ny. Shin "Tuan Uhm punya wanita lain, aktris bernama Choi Hee Joo. Kami sedang membicarakan hal itu". Presdir Hong "Wanita? (tertawa) Aku tidak melihatnya (Tuan Uhm) seperti itu. Dia itu tak berguna" (Oww... komentar mengejutkan dari Presdir Hong. Dia menganggap Tuan Uhm hanya pion catur ^^). Ny. Shin "Apa yang harus kita lakukan?". Presdir Hong "Apa yang akan kita lakukan? Aku akan cari tahu dan jika itu benar, aku tinggal menolak dia. Aku tak akan memberikan Mone kita pada gigolo dari grup Chung Soo! Beraninya dia? Mulai sekarang serahkan padaku, kita tidak boleh menyinggung mereka dengan tindakan gegabah. Kalian mengerti?". Ny. Shin setuju.
Jae In dan Won In sedang di bioskop nonton film Postman to Heaven (yang dibintangi Han Hyo Joo). Won In menangis sesenggukan menonton film itu ^^. Tapi Jae In merusak suasana haru karena menjawab telepon. Selesai menonton, Won In mengomel "Apa kau tak bisa mematikan Hp? Bilangnya ini waktu kita lalu kau menjawab telopon saat di dalam bioskop? Kalau mau telepon balik kenapa harus dijawab?". Jae In "Iya..Iya, sudahlah!". Won In "(sigh) sepertinya kakak baik-baik saja". Jae In "Filmnya sama kali tidak sedih". Won In "Heh? Tapi wajahmu tadi benar-benar depresi". Jae In "Iya, aku sedih juga... Hey, kenapa ya aku selalu tidak beruntung dalam cinta?". Won In langsung menjawab "Itu karena kau punya standar tinggi! Dia masih belum meneleponmu ya?" lalu mengambil Hp Jae In dan mengetik sesuatu "Kakak bahkan pergi ke rumahnya. Apa sih yang kaulakukan? Jika seorang laki-laki dan wanita berada di kamar yang sama, maka tindakan selanjutnya pasti akan berencana menikah!". Jae In "Menikah?". Won In lalu berbisik "Bayi....!" sambil tersenyum (Ouuw..., ternyata Won In lebih dewasa dari kakaknya (^m,^)).
Jae In tercengang "Hey, kau ini masih kecil. Apa yang kau tahu?". Won In berkata sambil terus mengetik sms "Karena aku kasihan padamu. Aku mengiriminya sms dari nomormu". Jae In "Pada siapa? Pada Hong Tae Sung? apa yang kau tulis?". Won In menyaringkan suaranya "Aku free hari ini...!!! ha..ha..ha". Jae In kelabakan "Aah benarkah?". Hp Jae In berbunyi tanda ada balasan sms, Jae In tidak berani membaca karena gugup. Lalu Won In mengambil Hpnya "Kau ini terlihat seperti anak sekolah yang menunggu pengumuman lulus!". Jae In "Apa katanya?". Won In "Aku free juga". Jae In mengomel "Hey, jika kau mengirim sms, kau harusnya lebih sopan! (sigh) aku harus menjawab apa?". Won In "lakukan saja!." Jae In "Haruskah?". Won In mengambil Hpnya lagi tapi Jae In melarang dan ingin merebut Hpnya tapi tak bisa. Won In mengetik "Kau dimana? bagaimana kalau kita minum kopi bersama hari ini?" lalu tertawa. Jae In benar-benar dikerjai adiknya^^.
Geon Wook dan Jae In jalan bersama di sebuah taman sambil minum kopi "kau meneleponku untuk minum ini?". Jae In "apa?..Ya, kopi kaleng!! kau tidak minum kopi instan kan? Maaf, Ny. Shin juga tidak minum kopi instan". Geon Wook "Kupikir ini yang terbaik". Jae In "Benarkah? (tertawa) kau lebih mudah dari yang kubayangkan. Kalau Mone suka pilih-pilih". Geon Wook "Aku berharap setelah kau telepon". Jae In "Berharap?". Geon Wook "Rumahku berantakan dan aku punya banyak cucian". Jae In "Kalau begitu kau harus memanggil pelayan". Geon Wook "Kau lebih baik daripada pelayan" katanya seolah-olah dia ingin Jae In mencucikan lagi pakaiannya. Jae In "Apa?". Geon Wook tertawa. Seorang wanita meminta Jae In mengambil foto untuk foto keluarga. Saat melihat keluarga bahagia itu, Geon Wook teringat masa kecilnya saat jalan-jalan dengan ayah dan ibu angkatnya.
Setelah selesai Jae In berkata dia juga ingin pergi ke tempat piknik musim semi. Saat kecil dia tinggal di JinHae (tempat yang terkenal dengan festival sakura), Ayahnya tiap tahun mengajaknya piknik melihat festival sakura "Dulu aku tak tahu apanya yang menyenangkan, bahkan lama di dalam bus juga menyenangkan". Geon Wook bertanya "Bagaimana sekarang?". Jae In "Sekarang, tentu saja aku membencinya. Terlalu banyak orang, bus yang bikin stress, dan jadi haus setelah makan kimbab dingin, dan apalagi ayahku sudah tak disini" ceritanya dengan antusias. Ayah Jae In sudah meninggal dan kini dia hanya tinggal bertiga dengan adik dan ibunya. "Jadi sedikit sepi" lanjutnya. Geon Wook mulai simpati dengan Jae In (andai Jae In tahu bahwa Geon Wook lebih kesepian dari pada dia). Cerita tentang keluarga benar-benar membuat Geon Wook rindu juga sedih. Saat ada selembar daun tersangkut di bahu Jae In, Geon Wook ingin menggapainya tapi dia urungkan.
Jae In dan Geon Wook dicegat tukang foto keliling. Dia mengira Jae In dan Geon Wook adalah sepasang kekasih. Jae In berusaha mengatakan bahwa tukang foto itu salah paham, tapi ternyata Geon Wook bersedia dan tiba-tiba merangkulnya untuk foto bersama. Jae In benar-benar terkejut dan salah tingkah sambil terus menatap Geon Wook.
Geon Wook bertemu dengan informannya (Devilish Geon Wook is back). Informan itu menyerahkan beberaa file "Ini dokumen-dokumen yang kauminta. Dokumen yang berhubungan dengan kontrak Haeshin Group". Informan itu juga menyerahkan file tentang suami Taera. Karir suami Taera semakin sukses diantara jaksa-jaksa yang lain. Kakeknya salah satu pejabat di parlemen. Informan itu menyarankan "Lebih baik jangan sentuh suaminya". Geon Wook tersenyum "Memang kenapa? Malah lebih menarik bagiku".
Geon Wook kemudian menunggu Mone di luar kampus. Dia meniup harmonika dan memberikannya pada Mone "Hadiah untukmu" katanya. Mone dengan sedih berkata "Kenapa kau tak pernah mangangkat teleponku. Apa kau tak tahu betapa aku rindu padamu? Kau keterlaluan. Sekarang kau akan menjawab teleponku kan? Saat aku memintamu untuk bertemu, dan saat aku rindu padamu kau akan datang kan? dan saat...". Geon Wook memotong "Untuk apa kulakukan itu? Aku bukan apa-apa bagimu. aku bukan hobbymu yang satu atau 2 bulan kau akan bosan, aku bukan objek yang akan kaubuang ke tempat sampah. Aku benci seperti itu" katanya dengan wajah kecewa. Mone shock mengetahui Geon Wook berpikiran begitu "Itu tak masuk akal. Aku tak pernah melakukan itu. Oppa, saat bertemu denganku, itukah yang kau pikirkan?". Geon Wook mengangguk sedih. Mone "sejak kapan?". Geon Wook "Sejak...aku tahu kau berusaha menyembunyikanku", lalu dia memegang bahu Mone "Mone.., jangan lakukan itu lagi. Kau terlihat paling cantik saat tanpa sungkan. Karena aku, kau tidak harus menjadi gugup, cemas, dan susah. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku pergi dulu" katanya sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Mone yang menangis.
Malamnya Geon Wook ngebut mengendarai motornya dijalanan. Dia memikirkan jati dirinya yang memiliki 3 identitas 'Aku punya 3 nama. Nama yang diberikan orang tuaku Choi Tae Sung. nama yang diberikan Haeshin Group secara paksa padaku, Hong Tae Sung. Lalu nama yang kupilih karena aku harus memilikinya, Shim Geon Wook. Aku juga, kadang tak tahu siapa aku sebenarnya ..."
Mone terus memandangi harmonika pemberian Geon Wook dan walkie talkie miliknya. Taera masuk dan mengabarkan ada telepon dari Tuan Uhm. Mone awalnya menolak tapi dia berubah pikiran. Mone meminta Tuan Uhm pergi bersamanya ke taman hiburan hari minggu. Taera bertanya "Kenapa tiba-tiba ingin ke taman hiburan?". Mone menjawab "Aku ada kata terakhir untuknya".
Ternyata saat menelepon, Tuan Uhm sedang bersama Choi Hee Joo di sebuah kamar hotel. Choi Hee Joo bertanya "Apa yang dikatakan Nona kecil?". Tuan Uhm tanpa curiga menjawab "Dia bilang dia ingin pergi ke taman hiburan hari minggu ini". Choi Hee Joo tertawa karena menyadari sesuatu. Tuan Uhm bertanya ada apa. Hee Joo menjawab "Aku hanya berpikir dia muda ternyata dia juga berani. Aku ingin lihat". Lalu selanjutnya mereka....
Di hari minggu, Mone mendatangi lokasi shooting Geon Wook bersama Tuan Uhm. Saat itu Geon Wook sedang pengambilan scene naik motor bersama Hee Joo. Di depan banyak orang, Mone menghalangi jalan mereka tanpa peduli bahaya. Semua kru terkejut. Kak Jang mengenali Mone "Bukankah dia pacar Geon Wook?". Geon Wook "Kami sedang shooting, minggirlah!". Mone "Tidak". Geon Wook mengulang "Minggir!". Mone "maaf karena aku sudah menyembunyikanmu. Dan berbohong, aku menyesal untuk semuanya". Tuan Uhm menghampiri, tapi Mone tak peduli dan melanjutkan ucapannya "Aku tidak akan melakukannya lagi. Pada keluargaku atau ke semua orang orang-orang. Aku akan mengakuimu dengan percaya diri bahwa kau orang yang kusukai. Bahwa Hong Mone menyukai Shim Geon Wook!" katanya dengan lantang juga pada Choi Hee Joo. Hee Joo hanya tersenyum remeh. Tuan Uhm menyeret Mone masuk ke dalam mobil. Mone menjerit minta dilepaskan. Kak Jang dengan para kru yang menonton berkata "Hah, ini semakin rumit!" katanya turut prihatin ^^.
Geon Wook lalu menghampiri mereka "Hey, lepaskan dia! Anak ini tidak suka". Tuan Uhm marah "Kau!". Geon Wook tersenyum. Mone "Oppa!" pada Geon Wook. Tuan Uhm membentak Mone "kembali ke mobil! Kubilang kembali ke mobil!!". Sementara itu Hee Joo duduk menonton layaknya sebuah hiburan. Mone kembali ke mobil. Geon Wook turun dari motor dan berkata "Kau seharusnya tidak marah dengan pacarmu". Tuan Uhm "Hey kau, apa kau mengencani pacarku?". Geon Wook bertanya "Apa maksudmu? Mone atau Choi Hee Joo? Keduanya sama-sama tidak terlihat menyukaimu". Tuan Uhm makin emosi "Si brengsek ini..". Geon Wook "Kurasa Choi Hee Joo juga...pacar". Tuan Uhm "Apa kau mengatakannya pada Mone". Geon Wook "Kurasa kau punya perkiraan". Tuan Uhm lalu berkata "Dia jadi aneh akhir-akhir ini, jadi semuanya karena kau!..Hey, jangan pernah tunjukkan wajahmu di depan Mone lagi". Geon Wook malah berkata "Oh, aku jadi ingin muntah". Tuan Uhm "Apa?". Geon Wook menajamkan ucapannya "hanya karena kau lahir dari keluarga kaya, kau pikir kau bisa memilih wanita sesukamu? Kupikir kau hanyalah lelucon dan memuakkan".
Tuan Uhm marah dan mencoba memukul Geon Wook, tapi Geon Wook berhasil menjatuhkannya (Tentu saja!!). Geon Wook bertanya "Apa kau punya ongkos pulang?". Tuan Uhm tidak mengerti. Ternyata Mone sudah meninggalkannya. Geon Wook membuka dompetnya "Kau harus menunggu 30 menit untuk bus menuju Seoul" lalu melemparkan uangnya di depan Tuan Uhm lalu pergi dengan motornya. Hee Joo hanya tertawa simpul melihat mereka.
Mone memacu mobilnya dengan kencang sambil menangis. Geon Wook mendahuluinya dan melakukan rute zig-zag. Merasa punya harapan, Mone mengambil walkie talkienya "Oppa! Geon Wook Oppa! Apa kau dengar?" tapi tidak ada jawaban. Geon Wook menepi, Mone tersenyum senang dan juga menepikan mobilnya, tapi saat dia keluar Geon Wook menghilang.
Dirumahnya, Mone demam dan kadang mengigau memanggil Geon Wook. Demamnya tidak juga turun. Di luar Ny. Shin bertanya pada Taera "Ternyata benar skandalnya dengan Choi Hee Joo sudah terbongkar. Ayahmu akan bertemu Tuan Uhm. Dia mungkin akan membatalkan pernikahan". Taera "Ibu, Mone sangat menyukainya (Geon Wook). Apa kita...". Ny. Shin "Apa kau bilang kita harus menikahkannya dengan seseorang yang kita tidak kenal?". Taera menyangkal "Aku tidak bilang begitu. Tapi aku tak mau terus memaksanya menjauh dari dia. Sekarang aku akan bertemu dia. Aku akan mencoba membujuknya. Atau..". Ny. Shin "Atau apa?". Taera "...Kita cari jalan lain. Cara yang tak akan menyakiti Mone saat menjauhkan dia darinya". Ny. Shin ragu "Bagaimana bisa kita melakukannya, kecuali kita kirim dia ke luar negeri?... bagaimana kalau kita kirim ke Tae Sung?". Taera "Apa?"
Ny. Shin mengunjungi galerinya lalu menghampiri Jae In "Apa ada telepon untukku?". Jae In menjawab hormat "Ya". Ny. Shin "Apa perjalananmu ke Jepang berjalan baik?". Jae In "Ya". Ny. Shin "Sangat bagus kalau kau dapat membawanya (barang antik) ke Seoul". Jae In "Aku akan lakukan yang terbaik". Ny. Shin "Tolong ya!" dengan tersenyum. Ny. Shin melanjutkan "Oh, dan jika kau punya waktu, maukah kau makan bersama Moneku? Dia sudah sakit beberapa hari ini. Wajahnya makin kurus. Dia bahkan tak mau makan. Kupikir akan menolong jika kau bawa dia keluar makan-makan dan ngobrol". Jae In setuju "Ya, saya mengerti. Saya akan segera meneleponnya". Ny. Shin "Tolong ya!^^".
Taera menunggu Geon Wook di sebuah restoran (duduknya tegang banget ^^). Geon Wook datang "Apa kabar? Ini pertemuan kita yang keempat kali kan?" (1. Diatas kapal, 2. Diatas gedung hotel, 3. di studio Mone). Taera mempersilahkan duduk. Taera tidak berani menatap mata Geon wook langsung (lebih sering menatap meja), ini membuat Geon Wook semakin gencar menatap Taera (Gugup ya Onnie?? ^^)
Taera langsung to the point "Ini tentang Mone" katanya. Geon Wook "Mone...", tiba-tiba ada telepon dari So Dam. Taera bicara "Hallo. So Dam ya? Ya... apa? Apa nama anjing dalam A Dog of Flanders?". Geon Wook menjawab "Patrachiyo". Taera lalu menyampaikannya dengan So Dam "Ibu diluar sekarang. Kita akan bicara di rumah, OK?" (sementara menelepon Geon Wook terus menatap Taera tajam (ow my..!!). Setelah menutup teleponnya, Geon Wook berkata "Sepertinya So Dam suka Patrachiyo. Dia unik dan teman spesialnya Nello".
Taera kembali ke topik pembicaraan "Apa yang kau rencanakan mengenai Mone?". Geon Wook berkata dengan ringannya "Aku tak punya rencana apapun. Apa aku harus punya?". Taera mulai emosi "Lalu, tanpa ada rencana, kau mempermainkan hatinya?... Apa kau tak terpikir bagaimana dia sekarang karena kau? Dia bahkan tak mau makan ataupun tidur". Geon Wook lalu bertanya "Apa kau pernah merasakan cinta pertama?". Taera terdiam sejenak "Apa?". Geon Wook mendekat "Jika kau pernah merasakan cinta pertama, maka kau tahu. Saat itu, tidak penting siapapun dia karena kita hanya tenggelam ke dalam emosi itu. Kita tak bisa makan bahkan tidur sejak penyakit cinta membara seperti demam". Taera tak bisa menjawab. Geon Wook melanjutkan "Aku ragu kalau suamimu adalah cinta pertamamu...".
Taera menjawab "Lihat kesini Tuan Shim Geon Wook! Apa yang kau inginkan dari kami? Apapun yang kau inginkan...". Geon Wook memotong "Sungguh memalukan, aku tidak menginginkan apapun. Jika aku ingin, aku akan bertemu dengannya. Dan jika tidak, maka aku tidak mau. Dan jika ada yang kuinginkan, akan kudapatkan dengan caraku sendiri. Tak akan ada yang bisa mengganggu. Bahkan jika itu kau" (Artinya dalem nih TT__TT). Geon Wook mau pamit "Aku pergi duluan". Taera mencegah "Kau... (Geon Wook duduk kembali).. Maksudmu tidak masalah kalau Mone terluka atau bahkan mati karenamu? Setiap kau menyentuhnya untuk kesenangan saja, dia terluka". Geon Wook balik bertanya "Bagaimana dengan kau? Apa kau pernah terluka seperti itu" siapapun mungkin pernah, tapi apa kau pernah terluka seperti itu?". Taera "Apa?". Geon Wook berdiri "Katakan pada Mone, bahwa dia tak perlu terluka karena orang sepertiku. Aku pergi dulu". Setelah Geon Wook pergi, Taera seperti ingin menangis. Ucapan Geon Wook tadi benar-benar menyinggung Taera.
Geon Wook kembali ke rumahnya dan masuk ke kamar rahasianya, duduk di sebuah kursi kemudian berputar-putar dan berhenti ke satu arah. Matanya lurus menatap foto Hong Taera. Apakah kini Geon Wook mengubah sasarannya dari Mone menjadi Taera? Atau sejak awal dia mendekati Mone untuk mendekati Taera demi tujuannya? Geon Wook hanya tersenyum menatap foto itu.
Jae In mencoba menelepon Geon Wook "Kenapa Hong Tae Sung ini mengabaikan teleponku lagi. Please jawab teleponku!". Jae In memutuskan memakai kotak suara "Ah, Tae Sung-shi. Ini Jae In. Kalau ada waktu, apa kau ada waktu luang besok malam? Jika ada, mungkin kita bisa pergi makan malam. Segera setelah kau mendengar pesan ini, tolong hubungi aku kembali. Kumohon...". Teman kerja Jae In di gallery, Ji Yeon tak sengaja mendengar pembicaraan Jae In dan sangat senang Jae In bisa mendekati Hong tae Sung dan mendukungnya.
Dikamarnya, Mone terus teringat Geon Wook. Dia meniup harmonika pemberian Geon Wook lalu mencoba meneleponnya tapi tetap tak diangkat (Hmmm Geon Wook sebenarnya punya Hp berapa buah sih?). Pelayan membawakan makanan, tapi dia tetap tak mau makan dan terus menyendiri di kamarnya. Lalu ada telepon, tanpa pikir panjang Mone langsung berseru "Oppa? Geon Wook Oppa?", tapi yang menjawab Jae In "Ah Mone. Ini aku Kak Jae In". Mone sedikit kecewa "Oh, kakak. Ada apa?". Jae In "Kudengar kau sakit. Apa kau baik-baik saja? Apa kita bisa bertemu di depan rumahmu sebentar? Di dekat rumahmu". Mone menjawab "Au sedang tidak ingin". Jae In membujuk "Datanglah! Tae Sung bilang dia juga datang. Ayo makan malam bersama". Mone terkejut "Tae Sung Oppa? Bagaimana kau kenal dengan kakakku?". Jae In "Saat aku keluar dari studiomu, aku bertemu dengannya. Aku mengenalinya dari saat dia bersamamu menyetir dalam mobilmu. Jadi, aku bilang Hallo padanya". Mone penasaran "lelaki yang mengemudi dalam mobilku?", Mone tersadar kalau pria yang dimaksud Jae In adalah Geon Wook. Mone langsung berubah pikiran dan setuju dengan ajakan Jae In.
Mone tiba di tempat yang dijanjikan. Dia berdandan total malam itu. Jae In berkata "Apa Mone kita selalu secantik ini?". Mone "Benarkah?...Apa Tae Sung Oppa akan datang?". Jae In meyakinkan "Tentu saja. Beberapa saat yang lalu dia menghubungiku, katanya dia sedang di jalan". Mone bertanya apakah Jae In mengatakan kalau dia juga datang. Jae In berkata dia tidak memberitahunya karena ini surprise. Lalu Geon Wook tiba dan duduk bersama mereka. Geon Wook terlihat tidak terkejut "Mone disini juga rupanya. Hallo!" katanya tersenyum. Mone juga membalas senyum "Oppa!!". Jae In terlihat senang tanpa tahu apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar