Geon Wook datang dengan santainya "Mone juga datang ya. Hai!" katanya tersenyum. Mone "Oppa!!". Jae In "Apa kau terkejut? Kami ingin memberimu surprise, jadi kami sengaja tidak bilang apapun. Apa kami berhasil?...Sekarang setelah melihat kalian berdua, kalian terlihat mirip. Bisa dibilang kalian memang saudara. Ya kan, Tae Sung-shi?" tanyanya tanpa tahu apa-apa. Geon Wook mendekat sambil memandang Mone yang tiba-tiba menunduk "Apa kami mirip?". Jae In "Ya (mengangguk)... Mone, apa kita panggil Tuan Uhm juga?... Tae Sung-shi, apa kau sudah bertemu Tuan Uhm sebelumnya?". Geon Wook "Ya, tentu saja.. kami sudah tahu bagaimana dia sejak dia adalah pria yang akan menikahi Mone". Mone mencoba menjelaskan "Oppa! Aku... Oppa... Aku tak akan menikah dengan Tuan Uhm. Aku sudah mengatakan pada ayah kalau aku ingin menikah denganmu. Tidak bisa orang lain, tapi kau".
Jae In heran "Mone, siapa yang akan kau nikahi? Oppa? Yang mana?". Mone melanjutkan kalimatnya pada Geon Wook "Apapun yang kaukatakan, aku tak akan membiarkan kau pergi lagi. Jadi, jangan hindari teleponku". Jae In tertawa "Mone, ada apa? Dia kan kakakmu". Mone "Kak, maafkan aku. Tapi.. aku bohong padamu. Dia bukan kakak keduaku. Dia adalah orang yang kucintai. Shim Geon Wook. Maafkan aku". Geon Wook tetap diam. Jae In terkejut "Apa? Tunggu... jadi orang ini bukan Hong Tae Sung?". Jae In menatap Geon Wook "Lihat kesini! Siapa kau?". Geon Wook "Kau sudah mendengarnya. Shim Geon Wook" katanya tersenyum kecil. Jae In mulai emosi "Jadi, selama ini.. kau berbohong padaku bahwa kau Hong Tae Sung?". Geon Wook menjawab dengan tenang "aku tidak berbohong padamu. Kau sendiri yang memanggilku Tae Sung. Aku hanya membiarkannya saja. Kau sepertinya menginginkanku menjadi Hong Tae Sung. Jadi aku pura-pura saja menjadi dia". Jae In "Aah.. Kau ini orang macam apa? Hei !..". Mone menyela "Kakak!". Geon Wook tertawa dan dengan pelan dia berkata "Lucunya...". Jae In tersinggung "Apa kau sedang tertawa? Apa ini lucu? Kau begitu terhibur. Laki-laki ini benar-benar brengsek. Kau membodohiku dalam sekejap dan kau merasa senang?". Jae In tidak tahan lagi dan langsung meninggalkan meja itu. Mone yang heran bertanya "Ada apa dengannya? Apa sesuatu terjadi dengan kalian berdua?". Geon Wook "Mone, aku permisi dulu sebentar" katanya lalu menyusul Jae In.
Geon Wook menarik lengan Jae In "Kaulah yang memulainya". Jae In langsung melepaskan tangannya "Apa?". Geon Wook mengingatkan "Kau dengan sengaja menumpahkan kopi dibajuku. Dengan kesempatan itu, kau memberiku kartu namamu. Kau menunggu teleponku dan lalu kau datang ke tempatku. Dari awal, kaulah yang memulainya. Lalu kenapa marah?". Jae In "Kenapa aku marah? Kenapa aku marah?.. itu benar. Aku yang memulai duluan. Karena kupikir kau adalah putra kedua grup Haeshin, Hong Tae Sung. Aku melakukannya duluan untuk menggodamu. Apa aku berhasil? Tanpa malu-malu, aku juga pergi ke rumah kotor, mencuci baju, membersihkan ruangan, dan mencuci piring untuk mendapatkan Hong Tae Sung".
Geon Wook tersenyum sinis "Jadi karena aku bukan Hong Tae Sung, kau merasa menjadi korban?". Jae In tertawa "Benar, aku merasa menjadi korban. Aku sangat marah. Aku jadi marah karena kau bukan Hong Tae Sung dan dengan laki-laki jahat seperti kau... motif/alasanku jadi ketahuan. Aku marah karena penghinaan ini. Bahkan hanya dalam 1 menit, aku hampir sangat menyukai orang seperti kau. Aku begitu marah pada diriku yang menyedihkan. Apa kau senang sekarang? Jadi enyahlah!" katanya dengan mata berkaca lalu berbalik ingin pergi. Geon Wook menunduk lalu berkata "aku merasa sangat menyesal bahwa aku bukan Hong Tae Sung". Jae In berbalik "Apa? kau masih menertawaiku? Tapi jangan terlalu senang. (tersenyum) Kau dan aku... berjalan di arus yang sama. Jadi, jangan merasa sombong... Oh ya, kuharap kau tidak menemui Mone dengan motif yang sama denganku". Jae In berbalik, tapi terhenti dengan ucapan Geon Wook "Aku ingin menghentikanmu. Kalau merasa dipermalukan..., maka jangan pernah melakukan itu lagi. Berhentilah sampai sini" katanya dengan lembut. Jae In "Kanapa aku harus berhenti? Memangnya kau siapa? Memangnya siapa kau bagiku? Jangan ikut campur urusanku!" lalu dia pergi.
Dirumahnya, Taera siap-siap mau pergi. Saat menatap cermin dia teringat ucapan Geon Wook direstoran "Jika kau pernah merasakan cinta pertama, kau pasti tahu. Ketika mengalaminya, tak peduli siapa karena kau telah tenggelam dalam emosimu sendiri. Kau tak bisa makan ataupun tidur karena kau terbakar seperti demam". Lalu muncul bunyi telepon dari Ny Shin menyadarkan Taera dari lamunannya. Ny. Shin menyuruh Taera untuk segera menemuinya. Sebelum pergi, Taera berpesan pada pembantunya "Aku akan menjemput So Dam dari TK. Aku akan terlambat, jadi kau tak perlu menyiapkan makan malam". Pembantunya berkata "Bagaimana dengan tuan Jaksa?". Taera "Dia akan terlambat", sepertinya suami Taera sudah biasa datang terlambat. Pandangan Taera lalu terhenti pada helaian rambut di atas meja "Kau tahu aku tidak suka melihat rambut tercecer di sini. Tolong lebih teliti saat bersih-bersih". Pembantu itu minta maaf (jadi teringat insiden rambut di atas gedung hotel nih ^^). Taera lalu memerintahkan supir Kang "Ayo jemput So Dam lalu pergi ke Pyung Chang Dong (rumah keluarga Hong)".
Di tempat latihan stuntman, Geon Wook sibuk baca-baca naskah film. Kak Jang datang sambil menggerutu "bagaimana bisa seseorang masuk ke rumah kosong? Bagaimana? Padahal sistem security ditempat kita bekerja sempurna. Bagaimana mereka bisa masuk? Ini benar-benar... menyebalkan". Geon Wook tetap cuek. Salah satu stuntman yang latihan di sana berkata "Direktur? Siapa yang melakukannya?". Kak Jang "Kita harus menumbangkan serangan iblis itu. Aku akan menemukan pelakunya dengan segala akibatnya". Geon Wook hanya tertawa kecil. Anak buahnya menebak "Mungkin itu adalah 'Wanita Siput'?". Kak Jang "Ya. Karena aku tak suka hama bercangkang. Jadi, pasti bukan 'wanita siput'". Geon Wook langsung tertawa seperti ada yang lucu di buku yang dia baca. Stuntman bernama Hyung Bum menebak "Mungkin itu nenek tetangga sebelah". Kak Jang langsung memukul kepalanya dengan pedang kayu "Pakai akalmu!!" (Hemmm, bukankah wanita siput lebih tak masuk akal?). Geon Wook lalu berkata "Aku tahu siapa dia". Lalu mereka mendekati Geon Wook dengan penasaran "Siapa??..Siapa?" tanya Kak Jang. Geon Wook tertawa "Dia sangat cantik". Kak Jang "Cantik dan...?". Geon Wook "Dia sangat lucu". Kak Jang "Jadi dia cantik dan lucu. Jadi kusimpulkan dia wanita populer tapi comedic.. Apa lagi? katakan padaku". Geon Wook berkata seperti mendongeng pada anak kecil "... sepertinya dia suka cawatmu". Mendengarnya Kak Jang langsung menggosokkan pedang kayunya ke lantai dan tersipu "Mari kita atur ini dulu. Jadi kita bisa mengasumsikan bahwa dia punya kepribadian yang sangat unik. Well, kalau dia menyukai cawatku, maka dia harus menjalankan hidup sebagai seorang wanita. Dan apa lagi?". Geon Wook "Apa kau penasaran? Haruskah kukatakan?". Kak Jang mengangguk dan terus membujuk Geon Wook. Tapi Geon Wook malah berkata "Aku harus pergi ke kamar mandi dulu" lalu kabur membiarkan Kak Jang penasaran.
Di halaman rumah keluarga Hong, So Dam bermain balon sabun sementara Ny. Shin dan Taera asyik mengobrol.
Ny. Shin "Saat So Dam mulai masuk sekolah. Kembalilah ke perusahaan"
Taera "Sebenarnya aku juga berniat melakukan itu"
Ny. Shin "sepertinya kau tak tertarik dengan gallery. Apa kau punya rencana lain?"
Taera "Aku ingin bekerja di hotel atau department store"
Ny. Shin "Baiklah. Aku juga berpikir itu cocok untukmu"
Taera "Apa Tae Sung tiba dengan selamat di Jepang?"
Ny. Shin "Memangnya dia pernah sekalipun menelepon ke rumah?"
Taera "Aku tidak habis pikir dengan Tae Sung. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan". Taera melihat So Dam yang bermain dengan senangnya kemudian dia teringat sesuatu "Ibu!..Apa kau pikir anak itu baik-baik saja?"
Ny. Shin "Siapa?"
Taera "Anak yang dulu tertukar dengan Tae Sung"
Ny. Shin "Kenapa kau mengungkit-ungkit hal itu? Jangan pernah mengungkit tentang dia lagi! Aku tidak senang"
Taera "Tiap kali aku menatap Tae Sung, aku kadang teringat dia. Apa kabar anak itu sekarang? Jika dia menjadi Tae Sung, apakah semuanya jadi berbeda?"
Ny Shin "Ada apa? sesuatu terjadi?"
Taera "Tidak. Cuma ingin tahu saja"
Saat didalam bus, Won In melihat Geon Wook di pinggir jalan sehingga dia langsung mencegat Geon Wook (sepertinya menagih uang 1000 won miliknya ^^). "Ahjussi, kutemukan kau! Berikan uang 1000 won-ku" kata Won In sambil menyodorkan tangannya. Geon Wook malah mengeluarkan pemantik api miliknya lalu menyalakannya di hadapan Won In. Menggerakkannya ke kanan dan ke kiri hingga membuat Won In ikut bergerak menatap api itu "Red Sun !!" seru Geon Wook mengejutkannya sambil tersenyum menyentuh kepala Won In lalu berjalan pergi. Won In tidak menyerah "Kembalikan uangku!!" serunya lalu berjalan bersama Geon Wook "Baiklah. Aku tahu kau tak akan mengembalikannya. Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa mengenaliku?" tanya Won In. Geon Wook "Dari suaramu". Won In memegang lehernya "Memangnya ada apa dengan suaraku". Geon Wook tertawa "Terdengar lucu". Won In "Aaaah... begitukah!... Oh iya Ahjussi! Kau tinggal di sekitar sini?". Geon Wook "Ya".
Tiba-tiba Hp Geon Wook berbunyi (telepon dari Mone lagi). Won In bertanya "si Tali?". Geon Wook menyerahkannya lagi ke Won In "Apa? kau memintaku menjawabnya lagi?". Won In langsung mencabut baterai dari Hp itu dan mengomel "heeeh, kenapa si Tali selalu meneleponnya? Ahjushi ! tunggu aku" menyusul geon Wook.
Won In dan Geon Wook duduk bersama di halte bus tempat pertama kali mereka bertemu "Ahjusshi... apa kau punya hutang? Si Tali itu adalah penagih hutang kan?" tanyanya. Geon Wook menunjuk gedung Haeshin Group dengan isyarat mata. Won In menebak "Aah? kau dipecat dari perusahaan itu lalu kau punya banyak tagihan kartu kredit. Benarkan? (Geon Wook hanya tersenyum) Karena itu kau mengambil uang dari anak-anak. Kalau begitu semangatlah!!" katanya sambil menepuk bahu Geon Wook. "Disana" tunjuk Geon Wook ke atas. Won In "Ada apa di langit?". Geon Wook "Tali-tali terulur dari orang-orang di gedung itu". Won In bingung "Huh? aku tidak melihatnya". Geon Wook "Tapi orang-orang berpikir bahwa mereka bisa melakukan apa saja jika menaiki tali-tali itu. Orang-orang biasa menggenggamnya. Tapi diantara tali-tali itu, kebanyakan sudah rapuh. Sehingga mereka banyak yang jatuh dan terus jatuh... Aku punya tali terakhir... Begitulah" katanya sambil memandangi gedung Haeshin Group.
Won In akhirnya tersadar "Aaah! Kenapa kau mengatakannya dengan cara yang sulit? Jadi si Tali adalah tempat kau bisa meminjam uang. Ahjussi ( sambil menggenggam tangan Geon Wook) kau harus kerja dengan giat, kau pasti bisa dapat uang". Geon Wook tertawa "Ya". Won In melanjutkan "Kau harus kerja! ...Kenapa kau tidak mengembalikan uang 1000 won milikku saja". Geon Wook "Nanti". Won In "Yaaaah..." keluhnya ^^. Di gallery, Jae In tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Jae In memandangi Hpnya lalu menghapus nomor kontak Tae Sung (Geon Wook) "Dasar berengsek" katanya.
Di rumah keluarga Hong, Presdir Hong berbincang-bincang dengan Ny. Shin dan Taera. Presdir Hong berkata "Jadi Shim Geon Wook yang Mone sukai? Aku akan menemui dia". Ny. Shin "Apa? Apa yang mau kau lakukan?". Presdir Hong "Jika kau tidak ingin membuang orang, maka kau harus membuat mereka milikmu. Jadi kau tak akan punya masalah". Taera "Ayah..". Presdir Hong "Serahkan padaku. Aku akan mengatasinya. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Mone?". Ny Shin "Dia hampir kecelakaan mobil hari ini. Aku tidak tahu kenapa dia melakukan itu". Presdir Hong "Ini tidak baik. Biarkan saja pelan-pelan"
Won In akhirnya tersadar "Aaah! Kenapa kau mengatakannya dengan cara yang sulit? Jadi si Tali adalah tempat kau bisa meminjam uang. Ahjussi ( sambil menggenggam tangan Geon Wook) kau harus kerja dengan giat, kau pasti bisa dapat uang". Geon Wook tertawa "Ya". Won In melanjutkan "Kau harus kerja! ...Kenapa kau tidak mengembalikan uang 1000 won milikku saja". Geon Wook "Nanti". Won In "Yaaaah..." keluhnya ^^. Di gallery, Jae In tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Jae In memandangi Hpnya lalu menghapus nomor kontak Tae Sung (Geon Wook) "Dasar berengsek" katanya.
Di rumah keluarga Hong, Presdir Hong berbincang-bincang dengan Ny. Shin dan Taera. Presdir Hong berkata "Jadi Shim Geon Wook yang Mone sukai? Aku akan menemui dia". Ny. Shin "Apa? Apa yang mau kau lakukan?". Presdir Hong "Jika kau tidak ingin membuang orang, maka kau harus membuat mereka milikmu. Jadi kau tak akan punya masalah". Taera "Ayah..". Presdir Hong "Serahkan padaku. Aku akan mengatasinya. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Mone?". Ny Shin "Dia hampir kecelakaan mobil hari ini. Aku tidak tahu kenapa dia melakukan itu". Presdir Hong "Ini tidak baik. Biarkan saja pelan-pelan"
Dirumahnya, Jae In melamun sambil mencoret-coret buku sketsanya dengan pensil. Won In yang melihatnya berkata "kupikir kau sangat normal hari-hari ini" (biasanya banyak omong). Jae In diam saja. Won In menarik buku sketsanya, tapi Jae In malah mencorat-coret lantai. Won In bertanya "Ada apa? katakanlah.. Sesuatu terjadi?". Jae In tetap diam. Won In meninggikan suaranya "Hey Moon Jae In!!!". Jae In terkejut dan tersadar dari lamunannya "Apa?".
Mereka berdua akhirnya menghapus coretan di lantai "Hey! Karena lantainya dilapisi kertas, jadi mudah dihapus kan?" tanya Jae In. Won In "Apa kau gila? Kak, untukmu.. sebuah tali akan turun jadi hiduplah dengan tertawa. Ada banyak pria. Untukmu...um... wanita yang telah ditolak.. kau perlu seseorang yang bisa. Anggap saja pria itu telah menolongmu menyembuhkan mentalmu". Jae In menyenggol lengan Won In "Kubilang itu tidak ada hubungannya". Won In "Lalu, apa itu penipuan? dia bukan putra orang kaya". Jae In "Kau mau mati ya?". Won In tertawa "Ngomong-ngomong, jangan khawatir. Dari langit, sebuah tali akan diberikan padamu". Jae In "Tali? Apa maksudmu? Diamlah dan hapus coretannya". Won In "Apa yang salah?". Jae In tidak peduli "Cepatlah!!! sebelum meninggalkan noda". Won In "Aku lebih pintar menghapusnya dari pada kau".
Mereka berdua akhirnya menghapus coretan di lantai "Hey! Karena lantainya dilapisi kertas, jadi mudah dihapus kan?" tanya Jae In. Won In "Apa kau gila? Kak, untukmu.. sebuah tali akan turun jadi hiduplah dengan tertawa. Ada banyak pria. Untukmu...um... wanita yang telah ditolak.. kau perlu seseorang yang bisa. Anggap saja pria itu telah menolongmu menyembuhkan mentalmu". Jae In menyenggol lengan Won In "Kubilang itu tidak ada hubungannya". Won In "Lalu, apa itu penipuan? dia bukan putra orang kaya". Jae In "Kau mau mati ya?". Won In tertawa "Ngomong-ngomong, jangan khawatir. Dari langit, sebuah tali akan diberikan padamu". Jae In "Tali? Apa maksudmu? Diamlah dan hapus coretannya". Won In "Apa yang salah?". Jae In tidak peduli "Cepatlah!!! sebelum meninggalkan noda". Won In "Aku lebih pintar menghapusnya dari pada kau".
Geon Wook mengunjungi DIDIN Art Museum, gallery milik Ny Shin yang juga tempat kerja Jae In. Dia duduk diam di dekat pintu. Ny. Shin datang dan terlihat terganggu melihat Geon Wook disitu. Mereka saling menatap, lalu datang penjaga "Direktur, anda sudah datang!". Ny. Shin "Perketat keamanan. Sebelum kita buka, jangan biarkan orang lain masuk" perintahnya lalu dia pergi masuk. Di dalam gallery, Ny. Shin memerintahkan para pegawainya untuk memperketat penjagaan. Ny Shin lalu menyuruh Jae In untuk memikirkan konsep lukisan yang akan dipajang di gallery.
Di lobby perusahaan, Presdir Hong membicarakan tentang proyek di luar negeri dengan sekretarisnya "Kupikir Tae Sung akan tertarik dengan proyek ini dan juga tentang pria yang disukai Mone.. panggil dia ke sini!" perintahnya.
Pernah seorang teman yang mengetahui identitas Geon Wook bertanya "Kenapa kau begitu tertarik dengan Haeshin Group?". Geon Wook menjawab "saat musim panas, ikan salmon kembali ke sungai tempat mereka dilahirkan, tapi jika sungai itu menghilang. Bukankah Salmon itu ingin tahu... kenapa itu hilang? Haeshin Group. Tanpa tahu kenapa harus dibuang. Mereka perlu tahu. Arti dari kehilangan sesuatu dan merasakan luka dari kehilangan itu". Itulah tekad Geon Wook untuk menjatuhkan Haeshin Group agar merasakan luka yang dia rasakan sejak kecil. Temannya bertanya lagi "Hong Tae Sung-shi... bukan... Shim Geon Wook-shi. Yang mana namamu sebenarnya?". Geon Wook "Kadang kala, aku tak tahu juga siapa aku. Siapa yang akan memanggilku? Dengan nama yang mana?".
Di apartemennya, selagi memeriksa kliping-kliping tentang Haeshin Group dan DIDIN Gallery, Geon Wook mendapat telepon dari sekretaris direktur Hong "Haeshin Group President, Presdir Hong ingin bertemu Anda". Geon Wook "Haeshin Group?". Sekretaris "Bisakah Anda datang besok jam 2 siang?". Geon Wook setuju. Keesokan harinya, Geon Wook bersiap pergi ke Haeshin Group. Saat sedang memakai jasnya, Geon Wook memandangi foto terakhirnya dengan keluarga Hong saat dia masih kecil dengan tersenyum. Ini adalah saatnya dia beraksi untuk tujuannya. Geon Wook berhenti sejenak di depan gedung pencakar langit itu dan tersenyum sebentar. Akhirnya satu tali yang dia pegang telah ditarik Presdir Hong.
Pernah seorang teman yang mengetahui identitas Geon Wook bertanya "Kenapa kau begitu tertarik dengan Haeshin Group?". Geon Wook menjawab "saat musim panas, ikan salmon kembali ke sungai tempat mereka dilahirkan, tapi jika sungai itu menghilang. Bukankah Salmon itu ingin tahu... kenapa itu hilang? Haeshin Group. Tanpa tahu kenapa harus dibuang. Mereka perlu tahu. Arti dari kehilangan sesuatu dan merasakan luka dari kehilangan itu". Itulah tekad Geon Wook untuk menjatuhkan Haeshin Group agar merasakan luka yang dia rasakan sejak kecil. Temannya bertanya lagi "Hong Tae Sung-shi... bukan... Shim Geon Wook-shi. Yang mana namamu sebenarnya?". Geon Wook "Kadang kala, aku tak tahu juga siapa aku. Siapa yang akan memanggilku? Dengan nama yang mana?".
Di apartemennya, selagi memeriksa kliping-kliping tentang Haeshin Group dan DIDIN Gallery, Geon Wook mendapat telepon dari sekretaris direktur Hong "Haeshin Group President, Presdir Hong ingin bertemu Anda". Geon Wook "Haeshin Group?". Sekretaris "Bisakah Anda datang besok jam 2 siang?". Geon Wook setuju. Keesokan harinya, Geon Wook bersiap pergi ke Haeshin Group. Saat sedang memakai jasnya, Geon Wook memandangi foto terakhirnya dengan keluarga Hong saat dia masih kecil dengan tersenyum. Ini adalah saatnya dia beraksi untuk tujuannya. Geon Wook berhenti sejenak di depan gedung pencakar langit itu dan tersenyum sebentar. Akhirnya satu tali yang dia pegang telah ditarik Presdir Hong.
Begitu masuk ke ruangan Presdir Hong yang sedang berbalik menghadap jendela, Geon Wook sejenak tercekat. Kini dihadapannya duduk ayah yang membuangnya. Mata Geon Wook mulai berembun dihadapannya muncul kenangan saat dia kecil dimana dia datang ke ruangan ini untuk menyambut Presdir Hong dengan panggilan 'Ayah' dan kemudian dia digendong dengan penuh kasih oleh ayah yang memanggilnya 'Tae Sung-ku'.
Presdir Hong berbalik, dengan getir Geon Wook memperkenalkan diri "Selamat Siang! Nama saya Shim Geon Wook". Presdir Hong kemudian mempersilahkan Geon Wook duduk. Beliau memegang dokumen riwayat pendidikan Geon Wook "Aku melakukan beberapa penyelidikan tentangmu". Selain nama Korea, Geon Wook juga memiliki nama dari orang tua yang mengadopsinya di Amerika 'Gun William Till'. Dia lulusan Universitas Boston dan mendapat gelar MBA. Presdir Hong berkata "Kau punya latar belakang yang mengesankan. Tapi kenapa ya kau terlihat familiar? Aku yakin ini pertemuan pertama kita, tapi kau terlihat sangat familiar. (tertawa) sungguh mengejutkan... Kau belajar di luar negeri, USA. Juga lulus dari universitas tempat aku kuliah dulu. Kau studi tentang Enterprise Trust.. Baiklah, kenapa kau datang ke Korea?". Dengan tatapan yang lurus "Geon Wook menjawab "Aku datang untuk menemukan keluargaku". Presdir Hong "Keluarga? Oh, kau diadopsi di US" katanya sambil melihat lagi data tentang Geon Wook. "Lalu, apa kau menemukan keluargamu?". Geon Wook "Aku berencana menemukan mereka segera". Presdir Hong "Aku mengerti. Itu bagus. Tidak melupakan dan kembali untuk menemukan keluargamu. Aku senang mendengar itu. Kau pasti sudah dengar tentang PSD kan?". Geon Wook "Miskin tapi pintar. Orang yang punya keinginan kuat untuk sukses. Itulah yang dikatakan Alan Greenberg. Benarkan?" (PSD : Poor, Smart, Deep Desire to be rich). Presdir Hong mengangguk "Benar! Laki-laki itu daripada mendapat laki-laki bergelar MBA, lebih baik menemukan laki-laki dengan PSD. Aku juga suka dengan orang seperti itu. Padamu, aku akan memberimu satu kesempatan. Apa kau mau mencoba satu job yang aku berikan?"
Presdir Hong berbalik, dengan getir Geon Wook memperkenalkan diri "Selamat Siang! Nama saya Shim Geon Wook". Presdir Hong kemudian mempersilahkan Geon Wook duduk. Beliau memegang dokumen riwayat pendidikan Geon Wook "Aku melakukan beberapa penyelidikan tentangmu". Selain nama Korea, Geon Wook juga memiliki nama dari orang tua yang mengadopsinya di Amerika 'Gun William Till'. Dia lulusan Universitas Boston dan mendapat gelar MBA. Presdir Hong berkata "Kau punya latar belakang yang mengesankan. Tapi kenapa ya kau terlihat familiar? Aku yakin ini pertemuan pertama kita, tapi kau terlihat sangat familiar. (tertawa) sungguh mengejutkan... Kau belajar di luar negeri, USA. Juga lulus dari universitas tempat aku kuliah dulu. Kau studi tentang Enterprise Trust.. Baiklah, kenapa kau datang ke Korea?". Dengan tatapan yang lurus "Geon Wook menjawab "Aku datang untuk menemukan keluargaku". Presdir Hong "Keluarga? Oh, kau diadopsi di US" katanya sambil melihat lagi data tentang Geon Wook. "Lalu, apa kau menemukan keluargamu?". Geon Wook "Aku berencana menemukan mereka segera". Presdir Hong "Aku mengerti. Itu bagus. Tidak melupakan dan kembali untuk menemukan keluargamu. Aku senang mendengar itu. Kau pasti sudah dengar tentang PSD kan?". Geon Wook "Miskin tapi pintar. Orang yang punya keinginan kuat untuk sukses. Itulah yang dikatakan Alan Greenberg. Benarkan?" (PSD : Poor, Smart, Deep Desire to be rich). Presdir Hong mengangguk "Benar! Laki-laki itu daripada mendapat laki-laki bergelar MBA, lebih baik menemukan laki-laki dengan PSD. Aku juga suka dengan orang seperti itu. Padamu, aku akan memberimu satu kesempatan. Apa kau mau mencoba satu job yang aku berikan?"
Jae In menemui Kyohan di perusahaan Haeshin Group untuk urusan pekerjaan seni "Permisi, aku datang dari gallery" katanya dengan terus menunduk tanpa mau menatap Kyohan (mantan pacar Jae In). Jae In "Kau sedikit terlambat". Kyohan "Kenapa bicaramu begitu formal?". Jae In "Kau sudah membawa barang antik, iya kan?". Kyohan "Berkat kau, pernikahanku baik-baik saja". Saat turun dari tangga eskalator, Geon Wook melihat mereka dan sedikit mencuri dengar. Jae In "Dimana Semua kerajinan seni di lantai pertama?". Kyohan tetap merayu "Tapi aku tetap memikirkanmu, seperti yang kau tahu, dia tidak secantik dirimu. Jujur saja...". Jae In tidak tahan lagi "Cukup! Kita datang kesini untuk kerja". Kyohan "Kau masih membenciku? Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kau tahu, itu sudah diatur. Ada kualifikasi-kualikasi tertentu". Jae In kepada Kyohan "Apa aku harus memanggil?". Kyohan "Apa? Panggil saja Kyohan. Pertanyaan yang aneh.. Atau panggil aku Oppa, lebih enakkan?". Jae In "Tidak. Maksudku judul proyek ini!! Kapan kau mulai serius bekerja daripada membuang waktu? Bukankah kau menjadi deputy manager sekarang?" katanya mulai emosi. Kyohan "Begitukah? Bagaimana kalau hari ini? Istriku pergi ke Paris untuk bisnis. Kenapa kita tidak...".
Saat turun dari tangga eskalator, Geon Wook melihat mereka dan sedikit mencuri dengar, kemudian kembali naik menghampiri mereka. Geon Wook muncul dari belakang "Jae In. Siapa dia?" katanya sambil merangkul Jae In. Kyohan "Kau sudah punya kekasih?". Geon Wook "Ada perlu apa kau bertemu Jae In-ku?". Kyohan heran "Jae In-ku?. Jae In melepaskan rangkulan Geon Wook "singkirkan tanganmu. Aku tak mengijinkan orang seperti kau menolongku pura-pura mengaku pacarku!". Geon Wook melepaskan tangannya. Jae In kepada Kyohan berkata "Pekerjaan ini diminta secara pribadi oleh Presdir dan istrinya. Kalau kau tetap membicarakan masalah pribadi selama jam kerja, ini bakal sulit. Kau harusnya bekerja untuk kemajuan. Berapa lama kau hidup dengan istrimu? Jangan gila!". Kyohan "Kau terlihat tidak karuan dan juga aku tidak mengatakan ini karena kupikir kau terluka. Aku pindah menjadi pemimimpin tim. Kupikir karena aku sudah menikah, maka kerjaan akan berjalan lancar. Aku ada rapat. Aku pergi dulu Lain kali, bicara dengan tim kita yang baru tentang ini" katanya berkilah lalu pergi. Kepada Geon Wook, Jae In berkata "Kenapa kau mengganngu? Tidak ada untungnya untukmu. Jangan ikut campur urusanku" lalu dia pergi. Geon Wook tersenyum lalu menyusulnya.
Saat turun dari tangga eskalator, Geon Wook melihat mereka dan sedikit mencuri dengar, kemudian kembali naik menghampiri mereka. Geon Wook muncul dari belakang "Jae In. Siapa dia?" katanya sambil merangkul Jae In. Kyohan "Kau sudah punya kekasih?". Geon Wook "Ada perlu apa kau bertemu Jae In-ku?". Kyohan heran "Jae In-ku?. Jae In melepaskan rangkulan Geon Wook "singkirkan tanganmu. Aku tak mengijinkan orang seperti kau menolongku pura-pura mengaku pacarku!". Geon Wook melepaskan tangannya. Jae In kepada Kyohan berkata "Pekerjaan ini diminta secara pribadi oleh Presdir dan istrinya. Kalau kau tetap membicarakan masalah pribadi selama jam kerja, ini bakal sulit. Kau harusnya bekerja untuk kemajuan. Berapa lama kau hidup dengan istrimu? Jangan gila!". Kyohan "Kau terlihat tidak karuan dan juga aku tidak mengatakan ini karena kupikir kau terluka. Aku pindah menjadi pemimimpin tim. Kupikir karena aku sudah menikah, maka kerjaan akan berjalan lancar. Aku ada rapat. Aku pergi dulu Lain kali, bicara dengan tim kita yang baru tentang ini" katanya berkilah lalu pergi. Kepada Geon Wook, Jae In berkata "Kenapa kau mengganngu? Tidak ada untungnya untukmu. Jangan ikut campur urusanku" lalu dia pergi. Geon Wook tersenyum lalu menyusulnya.
Saat Jae In mau masuk ke mobilnya, Geon Wook mendahului masuk "Hey! memangnya ini mobilmu? Keluar!". Geon Wook "Masuklah!". Jae In "Ini mobilmu? Keluarlah!". Geon Wook mengambil kunci di tangan Jae In dan menyalakan mobil "Mesinnya terdengar bagus". Jae In "Aku sedang tidak mood untuk bercanda. Kubilang keluar!". Geon Wook keluar tapi menarik Jae In untuk masuk ke mobil "Lepaskan! Lepaskan tidak?". Geon Wook lalu masuk juga "Pakai sabuk pengamanmu!". Jae In "Apa menyenangkan bagimu menertawakan orang?". Geon Wook tak peduli lalu menjalankan mobilnya.
Di jalan raya, Jae In tetap diam membisu. Geon Wook membuka jendela membiarkan semilir angin masuk, mengeluarkan sebelah tangannya kemudian memutar musik dengan nyaring. Jae In mulai mengikutinya meleluarkan sebelah tangannya merasakan aliran angin. Emosi Jae In perlahan reda dan berakhir dengan senyuman kecil di bibirnya. Mereka menikmati musik di sepanjang jalan.
Di jalan raya, Jae In tetap diam membisu. Geon Wook membuka jendela membiarkan semilir angin masuk, mengeluarkan sebelah tangannya kemudian memutar musik dengan nyaring. Jae In mulai mengikutinya meleluarkan sebelah tangannya merasakan aliran angin. Emosi Jae In perlahan reda dan berakhir dengan senyuman kecil di bibirnya. Mereka menikmati musik di sepanjang jalan.
Mereka kemudian berdiri di tepi pantai Taean memandangi sunset. Jae In "Kenapa disini? Kenapa kita kesini?". Geon Wook "Karena tak ada siapapun disini. Tak perlu malu". Jae In "Lalu". Geon Wook "Berteriak keras-keras dan biarkan semuanya pergi". Geon Wook mulai berteriak nyaring. Jae In awalnya urung tapi akhirnya ikut juga. Mereka akhirnya berteriak bersahut-sahutan dihadapan matahari senja.
Di rumah kediaman Hong, Taera menceritakan tentang pertemuan Presdir Hong dengan Geon Wook kepada Mone.
Di rumah kediaman Hong, Taera menceritakan tentang pertemuan Presdir Hong dengan Geon Wook kepada Mone.
Mone terkejut "Jepang? Kenapa mengirim Geon Wook Oppa ke Jepang?"
Taera "Ayah mengirimnya kesana untuk membantu Tae Sung untuk mengawasinya bekerja. Dan jika Ayah menyukai hasil kerjanya, dia akan memberi izin untuk menemuimu"
Mone berteriak senang "Benarkah? Benarkah? Berapa lama? Berapa lama ia disana?"
Taera "Kalau dia bisa membawa Tae Sung kembai ke Korea, maka semuanya akan berlangsung cepat. Tapi ada syaratnya. Kau tidak boleh main-main lagi dan fokus pada kuliahmu"
Mone "Syarat macam apa itu?"
Taera "Kau memang main-main. Apa yang akan kau lakukan? Menuruti apa kata ayah atau lakukan sesukamu?"
Mone "OK. Aku tak akan membuat masalah lagi tapi benarkah? benarkah? benarkah?"
Taera "...Mone.. Apa kau begitu menyukainya?"
Mone tersenyum "Ya. Aku sangat menyukainya. Itu seperti saat musim dingin ada listrik statis. Saat aku menyentuh jemarinya, aku merasa tersetrum. Hari-hari ini, aku merasa sudah 20 tahun mendapat listris statis. Ini pertama kalinya aku merasa seperti ini. Bukankah kau juga merasakannya dengan suamimu?"
Taera hanya terdiam tak menjawab.
Di sebuah warung soju, Geon Wook dan Jae In minum bersama. Geon Wook bertanya "Apa si brengsek itu adalah mantan pacarmu? Apa untuk balas dendam dengannya makanya kau ingin bertemu dengan putra dari Haeshin Group?". Jae In balik bertanya "Apa kau pernah.. jatuh cinta? Saat aku masih mahasiswa tingkat 4, dia adalah alumni SMA-ku dulu... Kupikir dia laki-laki terhebat di dunia. Aku mencintainya dengan tulus. Kami bahkan berpikir tentang pernikahan. Tapi dia menikah dengan wanita yang punya banyak uang dan latar belakang yang bagus. 'Aku minta maaf' katanya padaku. Hanya kata-kata itu. Dulu dia selalu mengatakan bahwa dia mencintaiku dan... mengatakan ingin menikahiku. 'Aku minta maaf' hanya dengan tiga kata, itu berakhir. Menyebut itu cinta, jadi benar-benar lucu. Ini disebut cinta.. sebenarnya tak ada. Jika kulihat lagi, cinta itu tak pernah ada" kata Jae In dengan tersenyum getir dan hampir menangis.
Jae In lalu bertanya "Namamu siapa tadi?". Geon Wook "Shim Geon Wook". Jae In "..Shim Geon Wook. Kau tak ada bedanya. Kau pikir aku bodoh. Enteng dan tak penting". Geon Wook tersenyum "Tapi kau cukup lucu". Jae In tertawa "Baik. Setiap orang hanya main-main denganku. Shim...?". Geon Wook mengeja "Shim...Geon Wook". Jae In "Ya, Shim Geon Wook... Mari kita tidak saling berkelahi lagi. Kau adalah bagian paling memalukan dari hidupku. Lebih dari... hal-hal sebelumnya". Jae In lalu meminum sojunya lalu merasa tidak nyaman "Ahh...Aku merasa ingin muntah". Geon Wook "Apa aku harus menepuk punggungmu?". Jae In "Tidak, tidak perlu. Aku tidak mau malu dihadapanmu lagi. Untuk kita, mari akhiri disini, selesai.". Geon Wook "Apa bisa begitu?". Jae In "Apa?". Geon Wook "Untuk tidak pernah bertemu orang itu? Apa itu yang kau inginkan?". Jae In "Well, aku tidak tahu. Lagi pula aku juga tak akan bertemu denganmu".
Geon Wook mengeluarkan sebuah kotak kecil dan memberikannya pada Jae In. Jae In "Aku memungutnya". Jae In tertawa "Kudengar laki-laki biasa mengatakan itu. Memberiku hadiah untuk mengungkapkan bahwa kau menyesal". Geon Wook hanya tertawa. Jae In membukanya dan terkejut karena isinya adalah sebuah pena yang dia kenal "Huh? kok sangat familiar ya". Geon Wook "Itu sangat mahal". Jae In "Ini sama seperti yang kubelikan untuk Mone. Dimana kau mendapatkan ini?". Geon Wook "Aku memungutnya dari jalan". Jae In "Kau benar-benar memungutnya?.... Jeju... Stuntman?". Akhirnya Jae In teringat kejadian salah sandera saat di Jeju (Episode 1) "Apa itu kau yang mencekik leherku?". Geon Wook "Kau duluan yang mengambil pisau untuk film". Jae In terkejut "Benarkah itu kau?..Tunggu sebentar (tertawa). Bagaimana bisa kau begitu berbeda dari sebelumnya? Duh bagaimana ini? Aku jadi maluuu..(sambil menutup wajahnya). Jadi itu benar kau?". Geon Wook tertawa geli. Jae In merasa malu "Jangan tertawa! Hey, jangan tertawa!". Geon Wook menawarkan makanan "kau mau makan ini?" sambil terus tertawa. Jae In tersenyum "Kubilang jangan tertawa!", lalu mereka bersulang minum soju.
Jae In lalu bertanya "Namamu siapa tadi?". Geon Wook "Shim Geon Wook". Jae In "..Shim Geon Wook. Kau tak ada bedanya. Kau pikir aku bodoh. Enteng dan tak penting". Geon Wook tersenyum "Tapi kau cukup lucu". Jae In tertawa "Baik. Setiap orang hanya main-main denganku. Shim...?". Geon Wook mengeja "Shim...Geon Wook". Jae In "Ya, Shim Geon Wook... Mari kita tidak saling berkelahi lagi. Kau adalah bagian paling memalukan dari hidupku. Lebih dari... hal-hal sebelumnya". Jae In lalu meminum sojunya lalu merasa tidak nyaman "Ahh...Aku merasa ingin muntah". Geon Wook "Apa aku harus menepuk punggungmu?". Jae In "Tidak, tidak perlu. Aku tidak mau malu dihadapanmu lagi. Untuk kita, mari akhiri disini, selesai.". Geon Wook "Apa bisa begitu?". Jae In "Apa?". Geon Wook "Untuk tidak pernah bertemu orang itu? Apa itu yang kau inginkan?". Jae In "Well, aku tidak tahu. Lagi pula aku juga tak akan bertemu denganmu".
Geon Wook mengeluarkan sebuah kotak kecil dan memberikannya pada Jae In. Jae In "Aku memungutnya". Jae In tertawa "Kudengar laki-laki biasa mengatakan itu. Memberiku hadiah untuk mengungkapkan bahwa kau menyesal". Geon Wook hanya tertawa. Jae In membukanya dan terkejut karena isinya adalah sebuah pena yang dia kenal "Huh? kok sangat familiar ya". Geon Wook "Itu sangat mahal". Jae In "Ini sama seperti yang kubelikan untuk Mone. Dimana kau mendapatkan ini?". Geon Wook "Aku memungutnya dari jalan". Jae In "Kau benar-benar memungutnya?.... Jeju... Stuntman?". Akhirnya Jae In teringat kejadian salah sandera saat di Jeju (Episode 1) "Apa itu kau yang mencekik leherku?". Geon Wook "Kau duluan yang mengambil pisau untuk film". Jae In terkejut "Benarkah itu kau?..Tunggu sebentar (tertawa). Bagaimana bisa kau begitu berbeda dari sebelumnya? Duh bagaimana ini? Aku jadi maluuu..(sambil menutup wajahnya). Jadi itu benar kau?". Geon Wook tertawa geli. Jae In merasa malu "Jangan tertawa! Hey, jangan tertawa!". Geon Wook menawarkan makanan "kau mau makan ini?" sambil terus tertawa. Jae In tersenyum "Kubilang jangan tertawa!", lalu mereka bersulang minum soju.
Mereka kembali lagi ke pantai Taean, tapi kali ini Jae In tertidur di mobil sedangkan Geon Wook diluar menatap jauh ke lautan dengan diam dan sesekali menatap Jae In.
Jae In pulang pagi, saat itu Won In sedang sarapan. Won In bertanya "Kau kemana saja?". Jae In mengaku tadi lembur dan sangat lelah. Won In menyadari Jae In bau alkohol "Katakan yang sebenarnya atau kutelepon ibu". Jae In membela diri "Semua orang dewasa memang begitu". Won In berdiri "Kau berantakan. Aku akan menjodohkanmu dengan seorang pria". Jae In memaksa Won In duduk lagi "Duduk saja lalu pergilah ke sekolah!...Won In, aku akan pergi ke Jepang untuk mendapatkan topeng kaca". Kalau Jae In berhasil, maka dia akan dipromosikan untuk menjadi pegawai tetap di gallery. Won In minta dibelikan juga. Jae In "Apa itu penting? Kalau aku membawanya, lebih baik kujual lalu uangnya untuk sekolahmu". Won In "Bagiku, oleh-oleh lebih penting!". Jae In tersenyum "Baiklah. Kalau sudah selesai makan, cuci piring!". Won In "Ya. Saat kau kembali kau harus memasakkanku telur goreng!" (maksudnya kembalilah dengan selamat ^^).
Detektif Lee menghampiri Detektif Gwak untuk melaporkan hasil penyelidikannya. Detektif Gwak "Apa kau belum menemukan Hp Choi Sun Young?". Lee "Ya. Kami belum menemukannya baik di kamar maupun di TKP". Gwak "Kau sudah memeriksa semua panggilan telepon?". Lee "Ya". Gwak "Tempat terakhir dia menelepon dekat rumah rumah Hong Tae Sung. Juga mungkin di sana atau pria yang bertengkar dengannyalah yang mengambilnya. Sekarang, seseorang mungkin memungutnya, selidiki itu". Detektif Lee bersedia.
Jae In pulang pagi, saat itu Won In sedang sarapan. Won In bertanya "Kau kemana saja?". Jae In mengaku tadi lembur dan sangat lelah. Won In menyadari Jae In bau alkohol "Katakan yang sebenarnya atau kutelepon ibu". Jae In membela diri "Semua orang dewasa memang begitu". Won In berdiri "Kau berantakan. Aku akan menjodohkanmu dengan seorang pria". Jae In memaksa Won In duduk lagi "Duduk saja lalu pergilah ke sekolah!...Won In, aku akan pergi ke Jepang untuk mendapatkan topeng kaca". Kalau Jae In berhasil, maka dia akan dipromosikan untuk menjadi pegawai tetap di gallery. Won In minta dibelikan juga. Jae In "Apa itu penting? Kalau aku membawanya, lebih baik kujual lalu uangnya untuk sekolahmu". Won In "Bagiku, oleh-oleh lebih penting!". Jae In tersenyum "Baiklah. Kalau sudah selesai makan, cuci piring!". Won In "Ya. Saat kau kembali kau harus memasakkanku telur goreng!" (maksudnya kembalilah dengan selamat ^^).
Detektif Lee menghampiri Detektif Gwak untuk melaporkan hasil penyelidikannya. Detektif Gwak "Apa kau belum menemukan Hp Choi Sun Young?". Lee "Ya. Kami belum menemukannya baik di kamar maupun di TKP". Gwak "Kau sudah memeriksa semua panggilan telepon?". Lee "Ya". Gwak "Tempat terakhir dia menelepon dekat rumah rumah Hong Tae Sung. Juga mungkin di sana atau pria yang bertengkar dengannyalah yang mengambilnya. Sekarang, seseorang mungkin memungutnya, selidiki itu". Detektif Lee bersedia.
Geon Wook sedang packing pakaian untuk pergi ke Jepang. Saat mengambil celananya, sebuah handphone berwarna pink terjatuh. Ternyata itu milik Sun Young. Geon Wook memandangi Hp itu dia teringat kejadian malam itu. Dia mengejar Sun Young "Noona" panggil Geon Wook (Noona : kakak, sekarang terpecahkan siapa Noona yang ditulis Geon Wook di bangau kertas yang dipungut Jae In di episode 1). Sun Young berhenti dan berkata "Geon Wook, tolong bantu aku. Bantu aku! Bantu aku! Akan kukatakan semuanya", lalu dia mau mengetik pesan sms. Geon Wook menghalangi "Kak. Apa yang kaulakukan?". Sun Young "Lepaskan aku!". Geon Wook membentak "Apa kau hilang akal?". Sun Young "Lepaskan!". Geon Wook "Apa kau gila!!!". Sun Young menangis "Tae Sung... Apa yang harus kulakukan? Tae Sung.." lalu memeluk Geon Wook. Geon Wook memegang wajah Sun Young "Jangan panggil aku... Tae Sung. Jangan panggil aku Tae Sung" katanya. Teringat kejadian itu, Geon Wook memandangi Hp Sun Young lalu mengambil sebuah cincin dan memandanginya dengan begitu sedih (Mungkin milik Sun Young).
Sementara itu, Jae In memandangi pena yang dikembalikan Geon Wook sambil tersenyum. Geon Wook masih memandangi cincin itu, tiba-tiba ada telepon dari Jae In "Tae Sung-shi? Apa kau terkejut? Hey! Kalau kau bilang ya, kau akan terbunuh olehku". Geon Wook "Ada apa?". Jae In tersenyum "Shim Geon Wook. Pena yang kau berikan tak bekerja. Apa yang sudah kau lakukan? Itu sangat mahal. Ganti rugi!". Geon Wook "Kalau kau tak suka, kembalikan padaku". Jae In "Aah, kau keterlaluan. Lupakan saja. Kututup ya" lalu menutup teleponnya. Jae In mencoba mencoretkan penanya di kertas ternyata bekerja lagi lalu Jae In mengeluh "Yaaaah, ternyata mau bekerja. (sigh) Aku tidak harus menelepon dia". Lalu Jae In menulis nama Shim Geon Wook di atas kertas.
Sebelum berangkat, Geon Wook mampir ke apartemen Sun Young. Dia memandangi foto Sun Young dan menatapnya dengan sedih. Lalu terdengar suara orang mendekat. Suara itu dari Detektif Gwak membicarakan dengan pengelola apartemen apakah ada orang lain yang berkunjung ke tempat Sun Young. Geon Wook langsung pergi dari situ. Saat Detektif Gwak tiba di kamar Sun Young, dia melihat dupa yang baru terbakar sehingga tersadar ada orang yang baru datang ke sini. Detektif Gwak langsung berlari keluar, tapi tidak ada yang mencurigakan. Hanya ada seseorang bersepeda motor yang melaju dari jauh.
Geon Wook kembali ke apartemennya dan memandangi foto Hong Tae Sung dengan kebencian. Kemudian dia membawa kopernya untuk pergi ke Jepang.
Geon Wook kembali ke apartemennya dan memandangi foto Hong Tae Sung dengan kebencian. Kemudian dia membawa kopernya untuk pergi ke Jepang.
Taera sedang mengobrol di telepon dengan seseorang membicarakan sesuatu. Setelah selesai, Ny. Shin bertanya "Apa dia sudah berangkat?". Taera mengiyakan. Presdir Hong "Bagus. terserah apakah dia membawa Tae Sung kesini atau malah lari karena Tae Sung". Ny. Shin meminta Taera "Kau harus menyiapkan study Mone ke luar negeri secepatnya". Taera menjawab "Baik". Ny Shin bertanya "Bagaimana kau bisa menyukai Shim Geon Wook?". Presdir Hong "Dia terlihat pintar tapi... sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Aku tak tahu apa itu". Di dalam pesawat, Geon Wook memandangi foto Hong Tae Sung lalu merobeknya. Dia tak sadar bahwa Jae In juga di pesawat yang sama.
Tae Sung di Jepang kerjaannya hanya main-main. Dia berjudi pachinko lalu dipukuli berandalan di sana. Kadang dia berteriak marah sendiri. Kadang dia diam menatap laut dengan kesedihan. Geon Wook ternyata sudah menemukan Tae Sung dan diam-diam membuntutinya.
Suatu malam, Geon Wook bertemu dengan seorang (sepertinya berandalan), lalu dia menyerahkan sejumlah uang padanya lalu pria itu pergi. Entah apa yang direncanakan Geon Wook. Seorang pengemis yang tidur di dekat tempat itu minta uang pada Geon Wook "Tuan, ada orang yang mengatakan jika kau ingin uang kau harus kerja keras" ujar Geon Wook dalam bahasa Jepang. Pengemis itu berkata "Jika kau memberiku uang, akan kulakukan apapun". Geon Wook tersenyum lalu berkata dalam bahasa Korea "Lalu..apa kau mau.. membunuh orang juga?".
Suatu malam, Geon Wook bertemu dengan seorang (sepertinya berandalan), lalu dia menyerahkan sejumlah uang padanya lalu pria itu pergi. Entah apa yang direncanakan Geon Wook. Seorang pengemis yang tidur di dekat tempat itu minta uang pada Geon Wook "Tuan, ada orang yang mengatakan jika kau ingin uang kau harus kerja keras" ujar Geon Wook dalam bahasa Jepang. Pengemis itu berkata "Jika kau memberiku uang, akan kulakukan apapun". Geon Wook tersenyum lalu berkata dalam bahasa Korea "Lalu..apa kau mau.. membunuh orang juga?".
Tae Sung sedang minum-minum di sebuah diskotik. Berandalan yang dibayar Geon Wook menghampirinya "Aku hanya mengatakan ini padamu. (menawarkan narkoba) Ini disebut special T. Belum beredar di jalanan" katanya. Tae Sung seperti tidak peduli. Berandalan itu lalu mau pergi tapi Tae Sung menyusulnya dan mau mengambil obat itu. Akhirnya dia meminumnya, tapi tiba-tiba polisi Jepang datang untuk razia. Tae Sung kabur lalu dia lari sambil dikejar-kejar polisi. Namun akhirnya dia tertangkap juga.
Di kantor polisi dia mengomel dengan pengacaranya "Lakukan apa maumu. Deportasi aku atau kirim ke penjara. lakukan yang kalian inginkan tapi aku tidak mau kembali ke Korea. Kirim aku ke USA atau Eropa. Kalian mengerti?.. Kalian mengterti ucapanku?" (Segitunya ga mau ke Korea nih anak ^^. Sepertinya ini rencana pertama Geon Wook membuat Tae Sung pulang).
Tae Sung tiba-tiba dibebaskan. Ternyata obat yang diminumnya bukanlah narkoba melainkan vitamin saja. Mengetahui itu, Tae Sung emosi dan mencari-cari berandalan yang menipunya.
Jae In mengalami kesulitan menemui Ryu-sensei, seniman topeng kaca. Nona Yoko, pegawai disana memberikan undangan pesta seniman Kazama-sensei, sobat dari Ryu-sensei beberapa hari lagi. Sampai hari itu, Jae In mencoba mencari sendiri Ryu-sensei, tapi yang dia punya hanya foto seniman itu "Haruskah aku pergi ke pusat kota? Kudengar dia suka alkohol dan wanita" gumam Jae In.
Di kantor polisi dia mengomel dengan pengacaranya "Lakukan apa maumu. Deportasi aku atau kirim ke penjara. lakukan yang kalian inginkan tapi aku tidak mau kembali ke Korea. Kirim aku ke USA atau Eropa. Kalian mengerti?.. Kalian mengterti ucapanku?" (Segitunya ga mau ke Korea nih anak ^^. Sepertinya ini rencana pertama Geon Wook membuat Tae Sung pulang).
Tae Sung tiba-tiba dibebaskan. Ternyata obat yang diminumnya bukanlah narkoba melainkan vitamin saja. Mengetahui itu, Tae Sung emosi dan mencari-cari berandalan yang menipunya.
Jae In mengalami kesulitan menemui Ryu-sensei, seniman topeng kaca. Nona Yoko, pegawai disana memberikan undangan pesta seniman Kazama-sensei, sobat dari Ryu-sensei beberapa hari lagi. Sampai hari itu, Jae In mencoba mencari sendiri Ryu-sensei, tapi yang dia punya hanya foto seniman itu "Haruskah aku pergi ke pusat kota? Kudengar dia suka alkohol dan wanita" gumam Jae In.
Tae Sung berhasil menemukan berandalan itu dan berlari mengejarnya. Kemudian Tae Sung tak sengaja menabrak Jae In saat menyeberang jalan raya hingga barang-barangnya berjatuhan. Tae Sung berhenti sejenak lalu kembali mengejar berandalan itu. Tali tas Jae In juga lepas, hari ini merupakan hari sial untuknya. Setelah Jae In pergi, undangannya ke pesta Kazama-sensei tertinggal dan seseorang mengambilnya (dilihat dari bajunya sepertinya dia adalah Geon Wook yang sedang mengikuti Tae Sung).
Detektif Gwak dan Detektif Lee sedang mengawasi apartemen Sun Young. Belum ada tanda-tanda orang yang mencurigakan. Di depan mobil mereka lalu melintas seseorang yang memandangi apartemen Sun Young. Mereka lalu berniat menanyainya tapi orang itu malah lari. Mereka berhasil menangkapnya lalu detektif Lee memeriksa identitasnya "Namanya ternyata bukan Tae Sung". Orang yang ternyata bernama Kim Hyung Shik itu lalu berkata "Tae Sung? Bagaimana kalian mengenal Tae Sung?". Detektif Gwak "Aku polisi. Apa hubunganmu dengan Choi Sun Young? Kau kenal Hong Tae Sung?". Hyung Shik bertanya balik "Sesuatu terjadi padanya? Tae Sung masih menjalin komunikasi dengan Kakak?". Detektif Gwak "Hong Tae Sung...kau kenal Hong Tae Sung?". Hyung Shik menjawab "Mereka dulu berada di panti asuhan yang sama". Detektif Gwak bingung "Apa? Tae Sung yatim piatu?". Detektif Lee "Dia itu putra dari Haeshin Group. Wanita yang datang ke kantor polisi dulu mengatakan itu". Hyung Shik berkata "Haeshin Group? Kudengar dia diadopsi lalu malah ditelantarkan oleh Haeshin Group". Detektif Lee "Chief!". Detektif Gwak terdiam. Mereka kini menemukan fakta baru.
Detektif Gwak dan Detektif Lee sedang mengawasi apartemen Sun Young. Belum ada tanda-tanda orang yang mencurigakan. Di depan mobil mereka lalu melintas seseorang yang memandangi apartemen Sun Young. Mereka lalu berniat menanyainya tapi orang itu malah lari. Mereka berhasil menangkapnya lalu detektif Lee memeriksa identitasnya "Namanya ternyata bukan Tae Sung". Orang yang ternyata bernama Kim Hyung Shik itu lalu berkata "Tae Sung? Bagaimana kalian mengenal Tae Sung?". Detektif Gwak "Aku polisi. Apa hubunganmu dengan Choi Sun Young? Kau kenal Hong Tae Sung?". Hyung Shik bertanya balik "Sesuatu terjadi padanya? Tae Sung masih menjalin komunikasi dengan Kakak?". Detektif Gwak "Hong Tae Sung...kau kenal Hong Tae Sung?". Hyung Shik menjawab "Mereka dulu berada di panti asuhan yang sama". Detektif Gwak bingung "Apa? Tae Sung yatim piatu?". Detektif Lee "Dia itu putra dari Haeshin Group. Wanita yang datang ke kantor polisi dulu mengatakan itu". Hyung Shik berkata "Haeshin Group? Kudengar dia diadopsi lalu malah ditelantarkan oleh Haeshin Group". Detektif Lee "Chief!". Detektif Gwak terdiam. Mereka kini menemukan fakta baru.
Jae In menghadiri pesta Kazama-sensei di sebuah kapal pesiar. Nona Yoko memperkenalkan Jae In kepada Kazama-sensei sebagai utusan dari Haeshin Group. Ruapanya nama Haeshin Group cukup terkenal di Jepang. Jae In bertanya "Apa Ryu-sensei juga hadir?". Tuan Kazama mengeluh "Dia bilang ini menjengkelkan. Dasar pria tak punya hati". Jae In lalu berkata "Tak apa. Aku akan mengambil kesempatan ini untuk lebih mengenal orang-orang Jepang" lalu dia pamit. Jae In tak menyadari bahwa dari tadi tae Sung yang juga hadir mengamati Jae In.
Tae Sung menyapa Jae In dengan bahasa Jepang "Permisi. Apa kabar!!". Jae In "Apa kabar?". Tae Sung "Pesta ini membosankan kan?". Jae In "Ah. Ya...". Tae Sung "Tasmu Cute" katanya memuji. Jae In "Ah... tidak ada tempat untuk menitipkannya". Tae Sung menwarkan diri "Aku akan meminta mereka menjagakan tas untukmu" katanya sambil mencoba mengambil tas Jae In. Jae In "Tidak. terimakasih...", tapi lati tas Jae In lepas lagi. Jae In "Oh, ya ampun. bagaimana ini?" katanya dalam bahasa Korea. Tae Sung terkejut "Kau orang korea?". Jae In "Ya, Kau orang Korea?". Tae Sung mengangguk. "Senang bertemu denganmu" kata Jae In. Tae Sung "Disini ribut. kau mau pergi ke tempat yang lebih tenang?". Jae In mau di ajak tae Sung di pinggir dek kapal.
Tae Sung bertanya "Apa kau pelukis?". Jae In "Bukan. Hanya.. aku ada urusan di sini. Bagaimana denganmu?". tae Sung "Aku datang kesini karena diundang. Membosankan sekali..". Jae In berkata "Apa kita pernah kenal? Suaramu tampak tak asing bagiku". Jae In pernah mendengar suara Tae Sung saat di perusahaan Haeshin (episode 2). Tae Sung "Benarkah? Siapa namamu?". Jae In "Moon Jae In. Kalau kau?". Tae Sung mendekat "Sehabis pesta, bagaimana kalau kita berpesiar?". Jae In "Kapal pesiar?". Tae Sung "Kalau kita kesana, maka hanya ada kita berdua di sana". Jae In tertawa "Dengan seseorang yang bahkan belum kutahu namanya. Kurasa aku tak mau pergi ke tempat seperti itu". Tae Sung "Jika kukatakan namau, apa kau mau ikut? Bukankah kau ikut denganku karena menyukaiku?" (Ampuuun deh ni cowok pede banget ^^). Jae In "Tidak. Aku senang karena bertemu sesama orang Korea". Tae Sung "Kau tidak memakai gaun dan kau datang kesini dengan tas tua. Kau datang kesini, bukankah kau ingin mencapai sesuatu?"(Kebiasaan Tae Sung : tak pernah bermulut manis). Jae In mulai emosi "Apa?". Tae Sung "Mungkin laki-laki?". Jae In mengambil tasnya lalu pergi.
Tae Sung menyapa Jae In dengan bahasa Jepang "Permisi. Apa kabar!!". Jae In "Apa kabar?". Tae Sung "Pesta ini membosankan kan?". Jae In "Ah. Ya...". Tae Sung "Tasmu Cute" katanya memuji. Jae In "Ah... tidak ada tempat untuk menitipkannya". Tae Sung menwarkan diri "Aku akan meminta mereka menjagakan tas untukmu" katanya sambil mencoba mengambil tas Jae In. Jae In "Tidak. terimakasih...", tapi lati tas Jae In lepas lagi. Jae In "Oh, ya ampun. bagaimana ini?" katanya dalam bahasa Korea. Tae Sung terkejut "Kau orang korea?". Jae In "Ya, Kau orang Korea?". Tae Sung mengangguk. "Senang bertemu denganmu" kata Jae In. Tae Sung "Disini ribut. kau mau pergi ke tempat yang lebih tenang?". Jae In mau di ajak tae Sung di pinggir dek kapal.
Tae Sung bertanya "Apa kau pelukis?". Jae In "Bukan. Hanya.. aku ada urusan di sini. Bagaimana denganmu?". tae Sung "Aku datang kesini karena diundang. Membosankan sekali..". Jae In berkata "Apa kita pernah kenal? Suaramu tampak tak asing bagiku". Jae In pernah mendengar suara Tae Sung saat di perusahaan Haeshin (episode 2). Tae Sung "Benarkah? Siapa namamu?". Jae In "Moon Jae In. Kalau kau?". Tae Sung mendekat "Sehabis pesta, bagaimana kalau kita berpesiar?". Jae In "Kapal pesiar?". Tae Sung "Kalau kita kesana, maka hanya ada kita berdua di sana". Jae In tertawa "Dengan seseorang yang bahkan belum kutahu namanya. Kurasa aku tak mau pergi ke tempat seperti itu". Tae Sung "Jika kukatakan namau, apa kau mau ikut? Bukankah kau ikut denganku karena menyukaiku?" (Ampuuun deh ni cowok pede banget ^^). Jae In "Tidak. Aku senang karena bertemu sesama orang Korea". Tae Sung "Kau tidak memakai gaun dan kau datang kesini dengan tas tua. Kau datang kesini, bukankah kau ingin mencapai sesuatu?"(Kebiasaan Tae Sung : tak pernah bermulut manis). Jae In mulai emosi "Apa?". Tae Sung "Mungkin laki-laki?". Jae In mengambil tasnya lalu pergi.
Jae In melihat seseorang melompat ke laut. Sontak saja dia melemparkan pelampung. Tae Sung menghampiri tapi dia malah bengong. Jae In berteriak minta bantuan orang di kapal. Jae In "Daripada berteriak, cobalah menolongnya. Cepat!" perintahnya pada Tae Sung (Padahal yang teriak kan Jae In sendiri ^m,^). Tae Sung "Apa yang harus kulakukan?". Jae In panik "Apa? Cepat! Cepat! Seseorang akan mati! Cepat!". Tae Sung teringat kematian Sun Young, juga perkataan detektif Lee bahwa dialah penyebab kematian Sun Young. Tae Sung bergumam "Siapa yang mati?" lalu terjun mencoba menolong orang itu. Sementara orang-orang dari dalam kapal baru saja keluar.
Tae Sung menyelam ke dalam air, tapi dia tidak melihat seorang pun. Tapi saat dia hendak naik ke permukaan. Seseorang berpakaian selam merangkulnya dari belakang dengan erat. Mereka lalu bergumul di bawah air. Tae Sung mencoba melepaskan diri, tapi orang itu terus menahannya dan mencoba menariknya ke bawah. Tae Sung hampir kehabisan nafas. Dia tak bisa melihat wajah orang itu tapi dia sempat melepas kacamata selam milik orang itu dari belakang. Ya.., orang itu adalah Geon Wook...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar