Selasa, 20 Juli 2010

siNopsis DraMa Bad guY "ePisode 5"




Flashback sebelum insiden kapal :
Seteah ditabrak Tae Sung, Jae In berhenti sejenak di pinggir jalan membetulkan tali tasnya yang lepas. Tiba-tiba sebuah mobil lewat dengan ngebut dan hampir menyerempet Jae In. Jae In meneriaki mobil itu "Hey !!!". Mobil itu berhenti di hadapan seorang wanita Jepang (tidak jauh dari Jae In). Wanita itu berkata "Apa? Kau mau menunjukkan sebuah yacht? Kalau begitu aku mau ikut denganmu !!". Rupanya laki-laki dalam mobil itu mengajaknya kencan (Jadi bukan berhenti karena teriakan Jae In...). Jae In hanya menggerutu melihatnya.
Rupanya lelaki yang hampir menyerempet Jae In adalah Hong Tae Sung. Cewek Jepang yang diajaknya begitu kagum saat melihat yacht miliknya "Wow, besar sekali!! Tae Sung-san, dimana kau mendapatkan ini? Bagaimana bisa? Ayo naik !! Cepat!! Besarnya... indah sekali!" katanya dengan suara yang sok imut ala anime (urghhh...~__~). Didalam yacht, wanita itu terus menggoda Tae Sung, lalu mereka menghabiskan malam bersama (Hmmmm... menunjukkan yacht.. Apa cuma segitu cara Tae Sung merayu cewek??).
Jae In menelepon adiknya lalu mengomel karena ternyata Won In makan di luar padahal dia sudah menyiapkan makanan untuk dihangatkan nantinya "Karena itulah kau tak bisa menabung!!". Won In berkilah "Kau kan memberinya untuk dihabiskan. Apa artinya kau menyuruhku untuk menyimpannya? "katanya sambil mengambil minuman kaleng. Jae In "Maksudku kau jangan buang-buang uang... Kau mau minum bir ya?". Won In terkejut lalu melihat sekelilingnya apakah Jae In memasang kamera ^m,^. "Kau terlalu muda" kata Jae In. Won In "Tidak kok!". Jae In "Aku memasukkan 2 bir di kulkas. Jadi saat aku pulang, akan kuperiksa". Won In mengalihkan topik pembicaraan "Oh iya kak, nyonya pemilik apartemen tadi datang menagih uang sewa". Jae In "Tanggal berapa memangnya, hari ini?". Won In "Apa saja yang kau lakukan, lupa ya? Karena kau terlalu senang bepergian untuk bisnis dan shopping, lalu kau lupa yang lain". Jae In "Ya, aku memang terobsesi dengan barang bermerk. Apa kau senang sekarang?". Won In "...apa aku telepon ibu saja untuk mengirimkan uang ke rekeningku?" katanya dengan serius kali ini. Jae In "Jangan, ibu tidak punya uang. Katakan pada ibu pemilik kalau aku akan bayar saat aku pulang... Hey Won In..". Won In "Apa...". Jae In "Pemandangan malamnya sangat indah. Pemandangan malam di kamar hotelku sangat indah". Jae In pamer nih sama Won In ^^, padahal di kamar hotelnya ga ada pemandangan. Maklum hotel murah!!... Apa Ny. Shin orang yang pelit??
Won In tertawa "Kau sedang pamer ya? Apa hotel di Jepang sebagus itu?". Jae In menasihati "Kau harus belajar keras. Jadi kau bisa dapat perjalanan bisnis dan datang ke hotel bagus sepertiku". Won In "Biasanya hotel punya kamar mandi yang bagus. Mandilah dan istirahat! Kututup ya!!". Perbincangan kakak adik yang akrab dan hangat, tapi diakhiri dengan Won In yang meminum bir milik Jae In. Merek birnya sama dengan yang diminum Geon Wook setelah mengantar pulang Jae In. Ni anak segitu pengennya kayak orang dewasa? Sementara itu Jae In sibuk menjahit tali tasnya yang lepas.
Paginya, di Yacht milik Tae Sung. Tae Sung memakai bajunya. Wanita Jepang itu bangun "Kakak kau sudah bangun?". Tae Sung "Pergilah". Wanita Jepang itu bingung "Huh?". Tae Sung memperjelas dengen memberikan uang "Keluar dari sini" lalu dia pergi meninggalkan wanita itu.
Di sebuah halte bus, detektif Gwak dan detektif Lee terus menganalisa kasus Sun Young.
Detektif Gwak "Hong Tae Sung ..." gumamnya
Detektif Lee "Kekasih Choi Sun Young adaah putra dari Haeshin Group. Lakilaki yang bertengkar dengan Sun Young sebelum kematiannya kemungkinan adalah Hong Tae Sung yang diadopsi lalu dibuang oleh Haeshin Group"
Detektif Gwak "Seperti taktir saja.. Sebaiknya kita pergi ke Cheongsawon (panti asuhan)"
Detektif Lee "Tapi Chief, jika aku adalah dia... Jika aku diadopsi dan lalu dibuang karena Hong Tae Sung itu. Dan jika Hong Tae Sung itu telah membuang kakakku (Sun Young) yang kusukai secara menyedihkan, maka aku Detektif mungkin akan membunuh si brengsek itu. Hong Tae Sung dari Haeshin Group"
Detektif Gwak lalu terdiam memikirkan sesuatu.

Tae Sung sedang lari pagi. Saat kembali ke yacht miliknya ternyata dia dihadang oleh sekelompok yakuza bertubuh gembul berambut jadul. "Siapa kalian?" tanya Tae Sung. Yakuza itu lalu menumpahkan cat merah (atau darah ayam?) dan telur mentah (telur busuk?) ke yacht besar milik Tae Sung. "Apa yang kalian lakukan?!" tanya Tae Sung. Lalu wanita yang dikencani Tae Sung tadi malam keluar dari yacht (ternyata ni cewek belum pulang juga!!), lalu dia berseru "Ken-chan! Ken-chan! Ken-chan!" lalu menghampiri pemimpin yakuza itu. Ternyata dia pacarnya. Tak jauh dari sana, Geon Wook mengamati mereka. Sepertinya Geon Wook lah yang memberitahu yakuza itu.
Ken marah "Apa kau yang bermain dengan pacarku?". Tae Sung tersenyum "Dia menyukainya kok. Ya kan?". Ken "Apa benar begitu?". Pacarnya berkata "Tidak benar ! Dia merayuku dengan menunjukkan yachtnya. Tapi cuma kau satu-satunya untukku. Kau kan tahu betapa aku mencintaimu". Ken marah "Kau dengar itu? Kau mempermainkannya". Tae Sung tertawa geli "Kau benar-benar tak bisa berakting. Aku tidak punya urusan dengan kalian, jadi pergilah". Yakuza itu makin marah "Brengsek...!". Tae Sung "Ah, melelahkan sekali". Pacar Ken berkata "Yang kaulakukan ini adalah kriminal" lalu menyuruh pacarnya untuk menuntut Tae Sung. Tae Sung menyangkal "Kau yang datang padaku duluan". Wanita itu meyakinkan pacarnya kalau itu salah. Pemimpin Yakuza itu menyerang Tae Sung tapi gagal (kalah gede he..he..he.. ^^). Tae Sung lalu melemparkan kunci yacht pada Ken "Ambil". Lalu Tae Sung pergi melanjutkan larinya.
Di hotelnya Jae In lalu mencari-cari undangan Kazama-sensei tapi tidak mendapatkannya. Ya, undangan Jae In yang dipegang Geon Wook ternyata dikirimkan Geon Wook untuk Tae Sung lewat resepsionis hotel yang ditinggalinya. Saat Tae Sung kembali ke hotel, Tae Sung sempat berpapasan dengan Geon Wook. Tapi dia tak mengenalinya.Undangan itu akhirnya jatuh ke tangan Tae Sung.
Jae In tetap bisa menghadiri pesta Kazama-sensei di sebuah kapal pesiar tanpa undangan ditangannya karena dia akrab dengan Nona Yoko. Dia berharap dapat bertemu dengan Ryu-sensei, namun berakhir dengan kekecewaan. Beliau memang sulit dicari. Tae Sung hadir walau mendapat undangan dari orang yang tak dikenalnya. Seperti biasa dia mengincar wanita untuk dikencani satu malam, dan yang diincarnya kali ini adalah Jae In.
Tae Sung menyapa Jae In awalnya dengan bahasa Jepang, namun akhirnya ketahuan bahwa mereka sama-sama orang Korea saat Jae In menggerutu tali tasnya yang sudah dijahit lepas lagi. Tae Sung terkejut "Kau orang korea?". Jae In "Ya, Kau orang Korea?". Tae Sung mengangguk. "Senang bertemu denganmu" kata Jae In. Tae Sung "Disini ribut. kau mau pergi ke tempat yang lebih tenang?". Jae In mau di ajak Tae Sung ke pinggir dek kapal.
Dipinggir dek, mereka saling menanyakan nama. Jae In menyebutkan namanya "Moon Jae In. Kalau kau?". Tae Sung mendekat "Sehabis pesta, bagaimana kalau kita berpesiar?". Jae In "Kapal pesiar?". Tae Sung "Kalau kita kesana, maka hanya ada kita berdua di sana". Jae In tertawa "Dengan seseorang yang bahkan belum kutahu namanya. Kurasa aku tak mau pergi ke tempat seperti itu". Tae Sung "Jika kukatakan namaku, apa kau mau ikut? Bukankah kau ikut denganku karena menyukaiku?". Jae In "Tidak. Aku senang karena bertemu sesama orang Korea". Tae Sung "Kau tidak memakai gaun dan kau datang kesini dengan tas tua. Kau datang kesini, bukankah kau ingin mencapai sesuatu?" Jae In mulai emosi "Apa?". Tae Sung "Mungkin... laki-laki?". Jae In marah, mengambil tasnya lalu pergi. Tentu saja Jae In begitu karena ini ketiga kalinya dia merasa direndahkan laki-laki (oleh Kyohan, Geon Wook, lalu Tae Sung).
Baru beberapa langkah meninggalkan Tae Sung, Jae In melihat seseorang melompat ke laut dan mendesak Tae Sung untuk segera menolong orang itu. Jae In panik "Cepat! Cepat! Seseorang akan mati! Cepat!". Tae Sung teringat kematian Sun Young, juga perkataan detektif Lee bahwa dialah penyebab kematian Sun Young. Tae Sung tak ingin lagi ada orang yang mati karena dia tak berbuat apapun "Siapa bilang ada yang akan mati?" lalu terjun mencoba menolong orang itu. Sementara itu orang-orang dari dalam kapal baru saja keluar.
Tae Sung menyelam ke dalam air, tapi dia tidak melihat seorang pun. Tapi saat dia hendak naik ke permukaan. Seseorang berpakaian selam yang tidak lain adalah Geon Wook merangkulnya dari belakang dengan erat. Tae Sung sempat melepaskan diri, tapi Geon Wook merangkul lehernya kembali dan menyeretnya ke bawah laut.
Sementara itu, laki-laki berbaju hitam yang menceburkan diri berhasil meraih pelampung yang dilemparkan. Para penumpang di kapal bertepuk tangan senang, tapi Jae In tetap cemas karena Tae Sung belum muncul. Tae Sung dan Geon Wook bergumul bergumul di bawah air. Tae Sung berhasil melepaskan diri dan mencapai permukaan, tapi Geon Wook mengejarnya dan menarik kakinya. Geon Wook terus menahannya sampai Tae Sung hampir kehabisan nafas. Tae Sung sempat menarik kacamata selam milik Geon Wook, tapi setelah itu dia tak sanggup bergerak lagi. lalu Geon Wook meninggalkannya di bawah air (scary scene TT__TT).
Detektif Gwak dan Lee mengunjungi panti asuhan tempat Sun Young pernah dibesarkan untuk mencari informasi tentang anak bernama Tae Sung. Ibu pengurus panti disana menceritakan "SEorang polisi membawa seorang anak laki-laki yang berkeliaran di jalanan. Anak itu penuh luka. Luka di punggungnya sangat parah. Berantakan sekali". Detektif Gwak "Luka?". Ibu pengurus "Ya, aku bisa mengingatnya karena luka itu. Perlu waktu lama untuk menyembuhkannya hingga masih berbekas". Detektif Gwak "Jadi ada bekas luka parut di punggungnya?". Ibu pengurus panti mengangguk. Detektif Lee "Berapa lama dia tinggal disini?". Ibu pengurus panti "Tidak terlalu lama sejak dia datang, setelah Sun Young diadopsi dia menghilang. Dia hanya mau terbuka dengan Sun Young, tapi sejak Sun Young pergi, dia tak mau di sini lagi". Detektif Gwak bertanya lagi "Apa kau punya foto atau informasi lainnya tentang Hong Tae Sung?". Ibu pengurus panti "Aku menyimpan 1 foto dan beberapa informasi dalam file. Mari kuantar".
Ibu pengurus panti membuka file informasi tentang Tae Sung di ruang kerjanya, tapi ternyata fotonya raib dan informasinya dirobek. Melihat dari robekannya, detektif Gwak berasumsi kalau ini telah dirobek sejak lama lalu dia bertanya lagi apakah ada informasi lainnya. Ibu Panti menjawab "Dia pernah sekolah di SD Nanam" .
Di ruang kesehatan kapal, laki-laki yang menyeburkan diri dan Tae Sung berhasil diselamatkan. Laki-laki itu bangun, ternyata dia adalah berandalan yang beberapa waktu lalu diupah Geon Wook untuk pura-pura menyerahkan narkoba sehingga Tae Sung ditangkap polisi. Dia lalu diam-diam pergi. Tidak jauh dari ruangan itu, Geon Wook melepas baju selamnya dan berganti dengan kemeja biasa. Dia melewati ruang kesehatan, lalu berhenti sejenak melihat Tae Sung yang masih tak sadarkan diri. Sepertinya Geon Wook tidak bermaksud sampai membunuh Tae Sung, tapi mempermainkannya.
Setelah beberapa lama, Tae Sung sadar. Saat dia membuka matanya, yang dilihatnya malah sosok Sun Young yang tersenyum "Tae Sung-ssi, kau tak apa-apa? Aku khawatir". Tapi itu hanya halusinasi Tae Sung, yang dihadapannya bukan Sun Young melainkan Jae In yang menungguinya. "Dimana ini?" tanya Tae Sung. Jae In berkata "Ini ruang kesehatan. Doktor bilang kau baik-baik saja". Tae Sung "Orang itu?". Jae In "Ah, orang yang jatuh dari kapal? Saat aku datang dia sudah tak ada di sini. Kau akan baik-baik saja". Tae Sung dengan wajah lelahnya rabu "Benarkah?". Nona Yoko datang menemui Jae In, sehingga dia permisi dulu sebentar dengan Tae Sung.
Tae Sung mengingat kejadian saat di bawah air. Ini benarbenar membuatnya shock, takut, dan penasaran siapa pelakunya. Lalu ada bunyi telepon dari tas Jae In. Tae Sung merasa terganggu lalu mengangkatnya. Rupanya dari Ny. Shin. Ny. Shin memanggil Jae In "Hallo? Hallo? Jae In-ssi, bisa aku bicara denganmu sekarang?" tapi tak ada jawaban. Tae Sung hanya diam mendengar suara ibu tirinya. Lalu Tae Sung menutupnya hingga membuat Ny. Shin bertanya-tanya.Tae Sung mengambil Hpnya lalu menelepon Ny. Shin.
Ny. Shin "Jae In-ssi?"
Tae Sung "Ini aku"
Ny. Shin "Siapa?....(akhirnya sadar itu Tae Sung) Ada apa denganmu?"
Tae Sung "Siapa Jae In?"
Ny. Shin "Kau tak perlu tahu"
Tae Sung "Apa kau punya putri lain yang kau sembunyikan?"
Ny. Shin "Dia orang yang membantu di gallery. Kenapa kau meneleponku? Buang waktu saja" katanya sinis.
Tae Sung "Aku sedang sakit" katanya dengan suara lemah
Ny. Shin "Benarkah? Kalau begitu temui dokter. Kututup dulu"
Tae Sung "Tunggu sebentar"
Ny. Shin "Kau perlu uang?"
Tae Sung emosi "Seperti yang kautahu, aku punya banyak uang. Aku tutup dulu"
Ny. Shin "Oh, ya...tahan dulu. Apa kau sudah bertemu dengan laki-laki itu"
Tae Sung "Siapa?"
Ny. Shin "Sepertinya kau belum bertemu dengannya. Aku mengirimkan seseorang padamu"
Tae Sung "Begitu? Berapa lama sebelum kau ingin dia kukirim balik untuk pulang?"
Ny. Shin "Seminggu...Bukan.. beberapa hari. Lebih cepat lebih bagus untukku. Atau kau boleh ambil dia untuk selamanya. Aku berharap kau bisa menunjukkan kemampuanmu" (Soalnya dia tak merestui Geon Wook dengan Mone)
Tae Sung tersenyum "Itu pujian kan?"
Ny. Shin "Dalam keluarga kita, satu sampah seperti kau saja sudah cukup. Jadi aku perlu kau jadi berguna untuk keluargamu kali ini"
Tae Sung "Bagaimana kalau kubilang tidak?"
Ny. Shin "Lakukan apa yang kau mau. Aku tak peduli kau hancur atau tidak" lalu menutup teleponnya.
Mendengar itu, membuat mata Tae Sung berair. Dia menangis karena ibu tiri yang membencinya. Tae Sung bangun bermaksud pergi keluar mencari udara segar. Jae In masuk dan menghadapi wajah Tae Sung yang tampak sedih. Tae Sung melewati Jae In tanpa berkata apapun.
Jae In menyusulnya. Saat itu di luar kapal sedang pesta kembang api. Jae In kagum melihat indahnya kembang api di malam itu.
Tae Sung bertanya "Biasanya, jika anak-anak bilang kalau mereka sakit. Apa yang akan dikatakan ibu mereka?"
Jae In "Sakitnya dimana? Apa sakit sekali? Ibuku pasti melakukan itu. Biasanya jika anak sakit, ibu merasakan sakit 10 kali dari itu"
Tae Sung "Benarkah? Jika ibu yang sebenarnya, pasti begitu..."
Jae In "Sun Young itu siapa? Tadi kau memanggilku seperti itu"
Tae Sung "Apa kau sakit? Untukku, dialah orang yang bisa mengatakan itu padaku"
Jae In "Kaena kau tidak meneleponnya saja?"
Tae Sung "Dia tak menjawab teleponku"
Jae In "Kalau begitu, sampai dia menjawab teleponmu, teruslah meneleponnya"
Tae Sung "Dia tetap tidak menjawab". Mata Tae Sung berair lagi, untuk menutupinya dia berkata "Aaah, dingin sekali"
Jae In khawatir "Kau tak membawa jasmu. Tunggu sebentar aku ambilkan dulu"
Tae Sung menahan tangan Jae In supaya tidak pergi lalu mendekati Jae In dan bersandar di bahu Jae In beberapa lama. Jae In terkejut. Sementara itu, Geon Wook melewati mereka dengan pakaian pelayan dan rambut yang masih basah. Dia menoleh sebentar lalu berlalu pergi (kesalkah?? ^m,^). Jae In mencoba lepas dan mendorong Tae Sung pelan, "Maaf ya! Aku merasa bersalah membuatmu jatuh ke laut. Aku masih kepikiran". Tanpa menjawab, Tae Sung langsung mencium Jae In. Jae In marah lalu menampar Tae Sung dan pergi meninggalkannya.
Tae Sung begitu sedih lalu meringkuk di lantai dek kapal. Ternyata selama ini Tae Sung mengharapkan kasih sayang dan perhatian dari ibu tirinya. Makanya dia suka bertingkah bandel untuk mendapat perhatian dari Ny. Shin. Apalagi setelah ditinggal Sun Young, wanita yang mencintainya dengan tulus (tipe Tae Sung sepertinya wanita yang keibuan kayak Sun Young dan Jae In. Maybe he is mother complex ^m,^).
Geon Wook mendapat pesan dari Mone, "Geon Wook Oppa!! Kau mungkin sudah bertemu dengan Kakakku Tae Sung sekarang. Keluargaku bilang dia sering membuat masalah dan hidup dengan sembrono. Tapi dia bukan orang jahat. Mungkin, dia adalah orang yang patut dikasihani dalam keluargaku. Oppa! kau bisa menjadi orang yang baik untuk Kak Tae Sung. Dan pulanglah bersama-sama. Aku merindukanmu, Oppa. Cepatlah dan bawa Kak Tae Sung denganmu. Aku menunggumu".
Geon Wook lari pagi di sekitar pelabuhan, lalu dia mampir ke yacht besar milik Tae Sung yang kotor karena disiram cat dan telur busuk oleh Ken si Yakuza untuk membersihkannya. Setelah itu, Geon Wook mandi di dalam yacht. Saat membuka lemari pakaian, Geon Wook memandangi kemeja milik Tae Sung dengan inisial Hong Tae Sung tersulam di lengan bajunya. Geon Wook mengelus-elus inisial itu, nama yang pernah menjadi identitasnya. Nama Tae Sung yang sejak awal dia miliki tapi tak bisa lagi dia pakai. Shim Geon Wook adalah nama yang terpaksa dia pakai karena dia kehilangan hak untuk menggunakan nama Tae Sung. Dia lalu memakai baju itu, kemudian berjemur di atas yacht.
Seseorang mengetuk pintu kamar Tae Sung dan ternyata dia adalah Geon Wook. Geon Wook lalu memperkenalkan diri "Senang bertemu dengan Anda. Nama saya Shim Geon Wook". Tae Sung sadar "Jadi kau yang mereka kirim?". Geon Wook mengangguk. Geon Wook dikirim sebagai asisten pribadi Tae Sung (Jibsa, seperti dalam drama My Fair Lady). Geon Wook diperlakukan seperti pelayan, dari menjadi kacung memunguti bola saat Tae Sung main tenis, menunggui Tae Sung berenang dan membawakan handuk, bahkan ikut berlari di belakang Tae Sung saat jogging dengan tetap memakai setelan jas. Intinya dia mengikuti Tae Sung kemanapun dia pergi.

Tae Sung sedang sarapan, lalu meminta Geon Wook menuangkan teh untuknya. Tae Sung berkata "Kau pikir kau bisa tahan?",ternyata selama ini Tae Sung berniat menguji ketahanan Geon Wook. Geon Wook tersenyum "Ya". Tae Sung "Baiklah aku akan memberimu sebuah misi. Misi 1.... Ada seseorang yang terus menggangguku hari-hari ini. Dia sepertinya ingin balas dendam padaku. Padahal aku tidak ingat pernah mengenal dia darimana. Aku tidak tahu dia punya masalah apa denganku. Bawalah dia padaku" perintahnya.
Tentu saja Geon Wook menemukan orang itu (karena dia orang suruhannya). Geon Wook membawa Tae Sung serta lalu mengikuti orang itu pulang. Tae Sung ingin menghampiri masuk, tapi Geon Wook mencegah "Tetaplah dimobil. Saya saja". Geon Wook masuk ke dalam lalu dia bertemu dengan orang itu dan melemparkan botol ke dekatnya. Geon Wook membuka jendela menunjukkan siapa yang ada di luar. Laki-laki itu lalu mengerti apa maksud Geon Wook dan tersenyum. Dia keluar seolah-olah kabur dari Geon Wook. Tae Sung mengejarnya dan Geon Wook pura-pura ikut mengejarnya. Tapi mereka gagal mengejar berandalan yang mengganggu Tae Sung itu karena larinya terlalu cepat dan terhalang bus lewat. Tae Sung ingin tetap mengejarnya tapi dicegah Tae Sung. Geon Wook melemparkan stick palstik yang dia isap ke tanah seolah-olah dia kesal karena gagal mengejar orang itu. Ya..., Geon Wook memang sengaja membiarkannya kabur.
Di luar hotel sekitar lapangan golf, Geon Wook menghampiri Tae Sung "Apa anda masih seperti ini karena dia?". Tae Sung "Kita kehilangan tikus yang hampir saja kita dapat. Aku kesal". Geon Wook "Seekor kucing tidak membunuh tikus hanya dengan satu gigitan". Tae Sung "Benarkah? aku baru pertama kali mendengarnya". Geon Wook "Kucing sengaja membiarkannya pergi lalu mempermainkannya". Tae Sung jadi penasaran lalu memegang lengan Geon Wook "Hey teruskan!! Kucing mempermainkan tikus lalu apa?" bujuknya seperti anak kecil yang ingin mendengar dongeng ^^. Geon Wook melanjutkan "Jika dia sudah bosan, maka dia bunuh tikus itu. Lalu meninggalkannya di tempat yang bisa dilihat semua orang". Mendengar itu Tae Sung jadi tersenyum. Geon Wook menatapnya tana disadarinya. Andai tae Sung tahu bahwa dialah yang dijadikan tikus.

Geon Wook menemani Tae Sung main golf. Tae Sung lalu memberikan misi kedua untuk Geon Wook yaitu menemukan yacht miliknya. Geon Wook lalu mengeluarkan kunci yacht "Saat aku mendatangi yacht, ada beberapa orang asing di sana", sepertinya dia berhasil merebutnya dari tangan yakuza. Tae Sung "Uruslah yacht itu. Ah... bukankah itu kotor? ada noda-noda cat disitu". Geon Wook tersenyum "Sudah bersih kok".
Di dalam mobil Tae Sung terbangun kaget dia bermimpi saat hampir ditenggelamkan di laut. Geon Wook "Anda baik-baik saja?". Tae Sung mencoba mengingat lebih dalam dan tersadar bahwa orang yang mencoba menenggelamkannya bukan berandalan yang menipunya itu. Tae Sung sempat melepas kaca mata selam orang itu dan sekilas melihat wajahnya tapi samar-samar. "Hentikan mobilnya... Lihat padaku!! Berbaliklah" kata Tae Sung mulai curiga denga Geon Wook. Geon Wook berbalik. Tae Sung bertanya "Kau.. apa yang kaulakukan hari itu? malam sebelum kau datang menemuiku. Apa yang kaulakukan?". Geon Wook tersenyum kecil "aku lelah membersihkan yacht. Jadi aku tertidur lebih awal". Tae Sung "Kau... Kerjamu terlalu bagus". Geon Wook "Terima kasih. Apa kita bisa pergi sekarang?". Tae Sung tertawa kecil dan bergumam "(sigh) orang yang lucu". Geon Wook tersenyum. Tae Sung kembali memberi tugas misi ketiga untuk Geon Wook "Aku bertemu dengan seorang wanita di pesta. Dia membantu di galery kami. Namanya Moon Jae In. Temukan dia dan cari tahu untuk apa dia datang ke sini" perintahnya.
Jae In menjemput Ryu-sensei dikediamannya "Apa Anda Ryu-sensei? Senang bertemu dengan Anda". Ryu-sensei "Kenapa kau telat datang?". Jae In "Hallo! Nama saya...". Ryu-sensei "Tak perlu perkenalan. Pandu aku!!". Jae In bingung "Kemana?". Ryu-sensei "Ya ruang kelaslah. Bukankah kau mengundangku untuk seminar? Setiap orang datang mengatakan 'Hai' lalu sibuk lagi". Jae In semakin bingung sepertinya ini salah paham karena dia datang untuk ikut seminar saja, tapi belum sempat menjawab, Ryu-sensei berkata "Ayo cepat!". Jae In tersenyum "Baik. Saya mengerti". Untuk mengambil hati Ryu-sensei, Jae In membawakan barangnya.
Sebelum memulai perkuliahan, Ryu-sensei menyuruh Jae In menyiapkan material untuk seminar. Jae In tercengang, karena dia kan datang untuk ikut seminar saja. Tapi Jae In tetap melakukannya, ini demi topeng kaca untuk Ny. Shin. Saat perkuliahan dari Ryu-sensei tentang pembuatan kaca berlangsung, Geon Wook masuk ke dalam ruangan. Jae In yang melihatnya spontan mengangkat tangan memanggil "Geon Wook!" dengan suara nyaring. Terang saja Ryu-sensei dan para mahasiswa disana tercengang melihat Jae In. Geon Wook langsung berpaling pura-pura tak kenal. Ryu-sensei bertanya "Dia kekasihmu?", mahasiswa yang lain tertawa. Jae In malu "bukan". Geon Wook tersenyum geli. Ryu-sensei "Jangan bermimpi di siang bolong dan sebarkan leafletnya!". Jae In "Baik". Selagi menyebarkan leaflet pada mahasiswa, Geon Wook lalu menatap Jae In.
Setelah selesai seminar, Jae In akhirnya berhasil memperkenalkan diri sebagai Moon Jae In dari DIDIN Art Gallery. Ryu-sensei terkejut karena dia mengira Jae In adalah asisten dosen. Jae In "Kupikir anda bisa mengandalkanku". Ryu-sensei tersenyum "Apa yang kauinginkan? Pasti kau perlu sesuatu sampai-sampai kau terus mengikutiku". Jae In "Saya datang untuk karya topeng kaca anda". Ryu-sensei "Begitu ya? Datanglah ke workshop, tapi aku tidak tahu apakah aku mau menjualnya atau tidak". Jae In senang dan sangat berterima kasih. Ryu-sensei "Apa kau membawa soju? Kalau tidak bawa jangan pernah datang ke workshop". Jae In "Tentu saja !!".
Dari belakang Jae In terdengar suara seseorang "Permisi !!". Jae In mengenali suara itu adalah Geon Wook dan dengan senangnya dia menghampirinya. Geon Wook dengan bahasa Jepang berkata "Apa aku bisa dipandu tour keliling kampus?". Jae In "Ooh...kau bisa berbahasa Jepang ya Shim Geon Wook!". Geon Wook "Apa maksudmu?". Jae In "Kenapa kau disini? Aku sampai shock melihatmu di ruang seminar". Geon Wook menatapnya dengan lembut "Aku datang untuk mencari seseorang". Jae In "Siapa? Di kampus ini?". Geon Wook mengangguk. Jae In "Kau sudah bertemu?". Geon Wook mengangguk. Jae In "Wow, kau memang berbakat karena kau dapat job di Jepang". Geon Wook "sama juga denganmu" katanya. Jae In "aku senang bertemu denganmu. Mengagumkan sekali bisa bertemu denganmu disini. Aku harus pergi dulu nih. Apa kau sudah menyelesaikan kerjamu?". Geon Wook "Aku belum selesai tapi tak apa". Jae In "Benarkah? Kau mau pergi bareng?". Geon Wook tersenyum mengangguk. Jae In jalan duluan. Dari belakang Geon Wook terus menatap Jae In dan menghela nafas. Entah apa yangg dia pikirkan.

Jae In membeli tiket kereta ke Gero, Nagoya untuk ke workshop besok. Sesekali dia menatap Geon Wook yang menunggunya. Dia terlihat senang sekali bisa bertemu Geon Wook di Jepang. Geon Wook duduk di dekat stasiun. Jae In mengajaknya makan siang bersama. Geon Wook berkata "Jae In, kenapa Hong Tae Sung?...Kenapa harus Hong Tae Sung". Jae In mengerti maksud Geon Wook "Hey, apa kau tahu apa yang dikatakan Napoleon? Paris bukan dipandang karena kebijakan moralnya tapi karena kereta-kereta kudanya yang menakjubkan. Bukankah itu keren?" katanya tersenyum. Jae In mengajaknya makan. Geon Wook berkata untuk pergi duluan dan nanti akan menyusul.
Geon Wook lalu membeli tiket yang sama dengan Jae In. Tae Sung meneleponnya "Apa kau menemukannya?". Geon Wook "Ya". Tae Sung "Apa tujuannya datang ke sini?". Geon Wook "Dia datang ke sini untuk membeli topeng kaca untuk pameran nanti". Tae Sung "Begitu? Akan menyenangkan untuk mencegahnya" (Lagi-lagi Tae Sung bermaksud mencari perhatian ibu tirinya dengan membuatnya kesal). Geon Wook "Hanya itu?". Tae Sung "Apa?". Geon Wook "Jika kau tertari padanya maka...". Tae Sung memotong "Hey, lakukan saja yang aku perintahkan. Jika sudah selesai kembalilah". Geon Wook "Baik". (Sepertinya Jae In adalah gangguan dalam rencana balas dendam Geon Wook).


Bukannya menghampiri Jae In untuk makan bersama, Geon Wook malah pulang naik taxi. Jae In yang merasa lama menunggunya akhirnya menelepon Geon Wook "Dimana kau?". Geon Wook "Ada urusan". Jae In kecewa "Apa itu? Kenapa tidak meneleponku? Padahal aku menunggumu". Geon Wook "Maaf, nanti kau kutraktir makan". Jae In "Pssh. Bagaimana aku tahu kapan aku bisa ketemu kau lagi? Padahal kupikir aku hari ini tidak harus melewatkan waktu sendirian. Aku bahkan bermaksud pergi ke suatu tempat denganmu. Well, aku tak bisa apa-apa kalau itu masalah pekerjaanmu. Kututup ya!". Geon Wook berkata pelan "Bye". Jae In kecewa harus makan sendirian padahal dia sudah memesan 2 porsi. Akhirnya porsi untuk Geon Wook dibungkus untuk dibawa pulang.
Seperti memang sudah tugas asisten pribadi. Geon Wook terus mengawal Tae Sung sampai malam. Dia bisa istirahat sampai Tae Sung mengizinkannya. Di sebuah warung, Geon Wook terlihat sangat lahap memakan mie. Sepertinya dia belum makan dari siang tadi.
Disebuah klub olahraga, dua orang sedang duel bermain anggar. Salah satunya begitu tangkas dan berhasil mengalahkan yang satunya. Setelah membuka pelindug kepalanya, ternyata yang menang itu adalah Taera dan yang kalah adalah pelatihnya. Pelatih bertepuk tangan "Ah, Hari ini gerakan tanganmu lumayan tajam. Apa ada sesuatu?" pujinya. Taera tersenyum "Ah, tidak. Anda telah berusaha keras". Saat ke ruang ganti, Taera mendapat telepon dari seseorang "Ya, sayang?... Aku sudah selesai... aku akan segera pulang. Ya, sampai ketemu dirumah". Sepertinya dari suaminya karena kalau dari So Dam ekspresinya lebih lembut dan terlihat senang. (Taera kelihatan cantik di scene ini ^^, keliatan lebih muda).
Di stasiun kereta, Tae Sung mengikuti Jae In. Jae In menyadarinya, tapi Tae Sung berlagak tak tahu ^^. Jae In mencoba menjauh, Tae Sung menyusulnya "Kau mau pergi kemana?". Jae In "Bukan urusanmu" katanya enggan. Tae Sung "Sepertinya kau tidak berhasil mendapatkan pria pada malam itu. Buktinya kau sendirian sekarang karena kau meninggalkanku sendirian dan pergi. Kupikir kau sudah mendapatkan pria kaya". Jae In "Aku kan sudah bilang kalau aku bukan orang seperti itu". Tae Sung tertawa "Sikapmu sombong sekali". Jae In menarik lengan Tae Sung "Lihat kesini, sebenarnya aku tak mau bilang soal hal yang terjadi malam itu. Apa kau tak berpikir harus minta maaf padaku?". Tae Sung "Bagaimana mungkin aku melakukan itu?". Jae In "Hari itu, kau memaksaku menciummu". Tae Sung tertawa "Akulah yang ditampar.Apa kau tak berpikir harus minta maaf padaku?". Jae In tak habis pikir "Apa?".
Sementara itu, berandalan yang menipu Tae Sung menampakkan diri di seberang rel dengan wajah tertawa seperti mengolok-olok Tae Sung (sepertinya disuruh Geon Wook lagi). Tae Sung emosi dan ingin mengejarnya, tapi ditarik Jae In karena kereta sedang lewat sehingga bahaya kalau dekat-dekat. Setelah kereta lewat, berandalan itu menghilang. Jae In masih memegangi lengan Tae Sung. Mereka saling berpandangan sejenak. Setelah menyadarinya, Jae In melepaskan tangannya "hati-hati donk. Aku bukan wanita yang mudah jatuh cinta dengan siapapun. Menggaet wanita Jepang dengan cara itu, jangan mempermalukan negara kita. Kau mengerti?" lalu pergi. Tae Sung masih menatapnya lalu tersipu (how cute ^^).
Di ruang tunggu, Tae Sung menyusul Jae In dan duduk disampingnya "Hong Tae Sung" serunya. Jae In menoleh "Apa?". Tae Sung "Kau pernah bilang ingin tahu namaku kan? Namaku Hong Tae Sung". Jae In kaget "Siapa?..Apa kau tahu Haeshin Group?". Tae Sung "Tahu sekali. Semua orang Korea tahu". Jae In ragu dan bergumam "Aaah ya... Bagaimana bisa dia juga punya nama yang sama?". Sepertinya omongan Tae Sung kurang meyakinkan Jae In (sadarlah Jae In, itu Hong Tae Sung beneran!). Tae Sung "Memangnya kau kenal orang lain yang juga dipanggil Hong Tae Sung". Jae In "Tidak, dia bukan kenalanku". Tae Sung "Jadi.., dia bukan aku?". Jae In tertawa "Apa? Walaupun dia ada di Korea ataupun Jepang, kau pasti bukan dia. Lupakan itu". Tae Sung hanya tersenyum diam. Jae In "Mana kopermu? Kau akan pergi ke suatu tempat? Aku tidak lihat kopermu". Tae Sung "koperku? ada di suatu tempat". Jae In lalu permisi pergi untuk naik kereta.
Geon Wook tiba membawa kopernya dan juga milik Tae Sung. Dia melihat Tae Sung, lalu duduk tak jauh dari sana sendirian. Dia memegangi pemantik apinya, lalu melihat keluar jendela dengan wajah yang terlihat sedih. Dia teringat saat pertemuan terakhirnya dengan Sun Young di atap gedung. Teriakan Sun Young "Jangan mendekat!" kepadanya. Dia mencoba menggapai tangan Sun Young. Tapi akhirnya Sun Young malah meninggal. Matanya sembab mengenang wanita yang dipanggilnya kakak (noona) itu.
Jae In dan Tae Sung tertidur. Jae In bersandar di bahu Tae Sung, lalu kepala Tae Sung terantuk Jae In sehingga mereka berdua terbangun. Tampak sekali kalau Tae Sung memandangi Jae In. Dari kursinya, Geon Wook lama menatap mereka berdua (cemburukah? ^^). Geon Wook sengaja lewat di depan mereka. Tentu saja Jae In mengenali Geon Wook dan menyuruhnya duduk bersama. Wajah Tae Sung terlihat kesal dan Geon Wook hanya tersenyum (^m,^ Geon Wook bikin Tae Sung gagal pdkt sama Jae In nih).
Jae In permisi sebentar membeli minuman. Tae Sung lalu berkata pada Geon Wook "Kalian saling kenal? Bagaimana kau kenal dia?". Geon Wook "Dia kenal dengan Mone. Jadi saya sudah bertemu dia beberapa kali". Tae Sung "Kenapa tidak bilang padaku? Jadi, saat kusuruh kau mencarinya. Kau sudah tahu dia?". Geon Wook beralasan "Itu karena Anda tidak tanya. Ngomong-ngomong, Anda mau kucomblangkan dengan dia?". Tae Sung "Mencomblangkan dengan dia?.. Tidak, aku ingin mencegahnya mendapatkan topeng kaca, jadi aku bisa mengganggu Ny. Shin. Kau cukup pura-pura tak tahu". Lalu Tae Sung kembali tidur. (Tae Sung segitunya ingin membuat kesal ibunya ^m,^).
Jae In kembali lalu memberikan minuman kaleng pada Geon Wook (Dia ga membelikan untuk Tae Sung). Jae In memandang keluar "Disini masih bersalju. Hey, Geon Wook ! Apa kau pernah berpikir kenapa para seniman melukis pemandangan alam? Saat aku melihat pemandangan yang indah, aku jadi mengerti kenapa mereka melukis pemandangan alam. Mereka merindukan keindahan yang hilang dan terlewatkan oleh kita, makanya mereka meukis pemandangan alam. Benarkan?" katanya antusias. Sesekali Geon Wook menatap Jae In (penuh cinta) tanpa disadari oleh Jae In. Tae Sung melirik mereka. Sepertinya dia hanya pura-pura tidur dan mendengar percakapan Jae In. Tae Sung lalu berkata "Itukan cuma salju. Kita bisa lihat sepuasnya saat musim dingin". Jae In terpancing "Asal tahu saja, tiap orang punya pemikiran berbeda tentang hal-hal yang indah dan berharga bagi mereka. Lagi pula, aku kan tidak bicara denganmu! Kenapa kau malah memotong pembicaraan kami?". Tae Sung cuek "Memangnya kau mau apa?". Jae In membalas "Kau mau apa kalau kau tahu?". Tae Sung lalu terdiam tak bisa menjawab. Mungkin ini pertama kalinya dia kalah debat dengan cewek.
Geon Wook memulai topik pembicaraan baru "Bagaimana kalau kita saling memperkenalkan diri? Namaku Shim Geon Wook". Tae Sung agak males "Aku Hong Tae Sung". Geon Wook melirik Jae In dan berkata pelan "Hey, dia Hong Tae Sung". jae In merasa terejek "Kenapa kau melihat padaku seperti itu?". Geon Wook tertawa "Ah tidak, aku sudah mendengar sebelumnya... Hong Tae Sung-ssi, Apa kau kaya?". Tae Sung "Huh?". Geon Wook "Apa kau punya banyak uang?". Tae Sung "(sigh) tentu, aku punya banyak uang". Geon Wook melirik Jae In lagi "Ini bagus. Dia kaya lo!". Jae In menyenggol Geon Wook "Hey, kau sedang menyindirku ya? Kau mau mati?". Geon Wook tertawa geli. Melihat keakraban mereka, Tae Sung terlihat makin kesal.
Di depan stasun Tae Sung berkata pada Geon Wook "Karena kita pura-pura tidak kenal, datanglah jika aku memanggilmu. Dimana aku akan menginap?". Geon Wook menyerahkan alamat hotel dan workshop Ryu-sensei juga sebuah bingkisan "Berikan ini ke Ryu-sensei" katanya. Tae Sung mengambilnya lalu berkata dengan agak judes "Kalian berdua terlihat sangat akrab" lalu dia pergi duluan tanpa membawa kopernya. Geon Wook hanya tersenyum. Jae In kemudian datang menghampiri Geon Wook "Ah..akhirnya laki-laki itu pergi juga. Aku tidak tahu kenapa terus terlibat dengannya" katanya sambil melihat Tae Sung dari jauh. Geon Wook menghela nafas "Aku mau pergi ke hotel dulu. kau sudah memesan?". Jae In menggeleng "Belum". Geon Wook "Kalu begitu, kau mau pergi bareng?". Jae In "OK... Kenapa kau punya banyak sekali bawaan?". Geon Wook diam saja. Kali ini tanpa tersenyum.
Saat tiba di hotel, mereka menuju resepsionis untuk memesan kamar. Resepsionis di sana mengira mereka adalah pasangan "Apa kalian sedang bulan madu?". Jae In menyangkal dengan malu. Geon Wook "Pesanlah kamarmu duluan" katanya (lady is first ^^. How gentle you are, Oppa!!). Jae In "Baiklah. Aku pesan kamr yang kecil saja" (hemat nih, ongkos dari Ny. Shin dikit kali ya).
Ryu-sensei berada di workshop-nya membuat kerajinan dari kaca. Salah satu pekerjanya menghampiri membawa kabar ada tamu yang datang. Ternyata yang datang adalah Tae Sung "Senang bertemu dengan Anda...Sensei" katanya. Ryu-sensei "Apa urusanmu?". Tae Sung "Saya datang karena topeng kaca". Ryu-sensei "Sudah ada orang lain yang datang untuk itu". Tae Sung mencoba meyakinkan "Saya tahu. Ada sesuatu yang terjadi, sehingga saya yang datang menggantikan. Dan ini bingkisan untuk Anda" katanya sambil menyerahkan soju yang mahal. Ryu-sensei melihatnya "Soju Korea?". Tae Sung mengangguk tersenyum. Mimik wajah Ryu-sensei seketika berubah dari aura profesor menjadi aura penggemar sake. Dia begitu senang lalu mengajak Tae Sung keluar.
Jae In baru saja mendatangi workshop dan mendapati Ryu-sensei tidak ada di tempat. Padahal dia sudah membawakan soju (tapi sojunya tak semahal punya Tae Sung). Pekerja disana berkata "Orang lain baru saja datang untuk mengambil topeng kaca". Jae In terkejut lalu langsung keluar menyusul Ryu-sensei. Tapi Ryu-sensei dan Tae Sung sudah keburu masuk mobil. Jae In berlari dan berteriak "Ryu-sensei !..Sensei! Sensei!". Tapi mereka keburu pergi.
Jae In mengejar mereka dengan taxi. Saat itu sedang turun salju. Taxi Jae In berhasil menyusul lalu membunyikan klakson berkali-kali hingga Ryu-sensei berhenti. Setelah Ryu-sensei keluar dari mobilnya. Jae In langsung terkejut begitu melihat Tae Sung keluar "Oh.., apa yang kaulakukan disini?". jae In lalu bicara dengan Ryu-sensei "Ee.. Sensei, apa dia yang datang untum membeli topeng kaca?". Ryu-sensei "Bukankah kau rekannya?". Tae Sung "Apa? kau kesini untuk membeli topeng kaca juga?". Jae In terkejut "Ya ampun! Kau juga?". Jae In lalu menghampiri Tae Sung "Ini aneh. Seharusnya cuma aku yang tahu kalau ada topeng kaca". Tae Sung cuek "Aku menemukannya dengan mudah kok. Lagi pula bukan masalah kan. Siapa cepat dia dapat". Jae In tercengang. Ryu-sensei bertanya "Ada apa?". Jae In berbalik "Ah, maaf Ryu-sensei. Ini pasti hanya kesalahpahaman...". Tae Sung memotong "Jual saja pada saya!". Jae In "permisi dulu sensei" lalu mendorong Tae Sung "apa kau ingin membelinya? Apa kau tahu topeng kaca itu apa?". Tae Sung "Memangnya aku harus mempelajarinya?". Jae In "Apa kau dari sebuah gallery?". Tae Sung "Bukan". Jae In "Apa kau sedang bermain-main denganku?". Tae Sung "Kenapa kau begitu serius membelinya?". Tae Sung "Kita bisa membelinya dengan uang kan?". Selagi mereka berseteru, hujan salju makin lebat dan Ryu-sensei kembali ke mobil.
Jae In msih meneruskan omelannya "Apa kau tahu berapa harganya?". Tae Sung "Berapa banyak? Sangat mahal ya? Aku tidak peduli". Jae In tertawa "Itu sangat-sangat mahal....". Kemudian terdengar suara mesin mobil, ternyata Ryu-sensei lelah mendengar ocehan mereka lalu pergi duluan. Begitu sadar, Jae In mengejar mobilnya "Sensei! Sensei! Sensei!". Tae Sung marah "Kalau dia pergi sendirian, apa yang harus kulakukan? Hey !!!!". Sekarang hanya tinggal mereka berdua di jalanan sepi penuh salju. Ryu-sensei pergi, taxi juga pergi....(turut berduka cita).
Sementara itu di Korea, detektif Lee mengunjungi SD NaNam tempat Geon Wook pernah sekolah di sana. Detektif lee bertanya pada kepala sekolah "Kami mencari seseorang yang bernama Hong Tae Sung. Dia mungkin ditransfer ke sekolah lain". Kepala sekolah berkata "Hong Tae Sung? Aku harus mencari di catatan transfer. Tunggu sebentar". Selagi detektif Lee bekerja, Detektif Gwak malah makan permen asam di ayunan taman sekolah "Ah..asam..asam sekali. Kenapa dia lama sekali?" keluhnya tanpa peduli ada anak yang ngiler melihat permennya ^^.
Geon Wook memasuki kamar hotel Tae Sung lalu meletakkan kopernya. Dia memasukkan pakaian Tae Sung ke lemari lalu meletakkan laptop Tae Sung di atas meja. Dia lalu kembali ke kamarnya.
Geon wook lalu duduk sambil memainkan pemantik apinya (sepertinya pemantik api itu punya sejarah tertentu bagi Geon Wook). Kemudian terdengar dering telepon dari Mone "Hallo!" kata Geon Wook. Mone "Oppa! Geon Wook Oppa! Kenapa selalu aku yang meneleponmu duluan? Apa kau sudah makan?". Geon Wook "Mone, apa kau sudah makan?". Mone "Aku sudah makan pasta. Aku berharap kita bisa memakannya bersama...". Geon Wook menurunkan Hp-nya lalu meletakkannya di lantai. Tanpa tahu itu Mone tetap berbicara "Apa yang dilakukan Kak Tae Sung disana sampai-sampai tak mau kembali ke Korea? Aku sangat merindukanmu. Kenapa kau tidak meneleponku balik? Geon Wook Oppa, apa kau mendengarku?". Geon Wook tidak menjawab dan bersandar pada tembok. Dia menghela nafas panjang. Tampak raut kelelahan diwajahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar