Jae In memanggil Tae Sung "Hey !!"Baru saja beberapa langkah, Jae In berbalik lagi dan menghampiri Tae Sung. Dia penasaran kenapa Tae Sung ingin membeli topeng kaca. Tae Sung menjawab "Orang yang kukenal menginginkannya. Setelah mendahuluinya, aku ingin menantang dia (Ny. Shin). Aku juga akan mengganggunya". Jae In heran "hanya untuk membuat orang dalam masalah, kau ingin membeli topeng kaca itu?". Tae Sung "Apa? Memangnya aku perlu alasan besar untuk membelinya? Lalu bagaimana dengan kau?". Jae In "Aku...Seseorang yang sangat kuhormati sedang membuka sebuah gallery. Aku ditugaskan untuk menyiapkan pameran pertama di sana". Tae Sung "Seseorang yang kauhormati?". Jae In menjawab dengan antusias "Haeshin Group. Kau tahukan? Istri presdir Hong yang bernama Shin Myung Won yang sangat terhormat. Beliau itu agak dekat denganku loo.." katanya tersenyum. Mendengar itu Tae Sung jadi kesal "Aaah.., Kupikir dia tidak terlihat sebaik itu". Jae In tertawa remeh "Apa kau kenal dia? walaupun kau tidak kenal beliau dengan baik. Jangan bicara tidak sopan seperti itu" katanya kesal lalu berjalan pergi. Mendengar betapa kagumnya Jae In pada ibu tirinya itu membuat Tae Sung tersenyum lalu mengikuti Jae In. Di SD Nanam, detektif Lee berhasil mendapatkan informasi data anak-anak di sana. Namun data dari Hong Tae Sung tidak memiliki pas foto. Kepala sekolah di sana mengatakan "Dia hanya 6 bulan sekolah di sini. Jadi mungkin saja karena raportnya tertinggal disini, artinya dia tidak ditransfer ke sekolah lain. Sepertinya dia absent dari sekolah tanpa melapor telah keluar. Tapi... apa terjadi sesuatu?". Detektif Lee menjawab "Ah tidak kok. Apa saya bisa bertemu dengan guru yang mengajari Hong Tae Sung?".
Tae Sung "Apa?"
Jae In "Apa kau tahu nomor bagian layanan informasi di Jepang?"
Tae Sung "Memang kenapa?"
Jae In "Haah. Maksudku jadi aku bisa dapat nomor telepon taxi !!!"
Tae Sung "Aku tidak tahu. Kenapa kau mau menelepon layanan informasi daripada menelepon temanmu sendiri? Kenapa kau tidak menelepon temanmu bernama Geon Wook yang di kereta itu?"
Jae In "Aaah dia pasti sedang sibuk. Dia tidak menjawab teleponku" jawabnya kesal. Sia-sia saja dia bertanya pada Tae Sung, lalu dia berbalik berjalan kaki.
Sementara itu, detektif Gwak masih menunggu detektif Lee sambil makan permen. Menyadari seorang anak kecil memandangi permennya, maka dia menawarkan permennya. Tapi anak itu malah lari dan menghampiri gurunya bahwa ada orang aneh yang bicara padanya. Detektif Gwak terpaksa menghampiri mereka dan menjelaskan identitasnya. Detektif Lee kemudian menghampirinya dan sepertinya berhasil mendapatkan sesuatu. Geon Wook bersandar di sebuah tiang koridor hotel. Dia mendapat telepon dari Tae Sung tapi sengaja tak dia angkat. Tae Sung yang semakin kedinginan karena hujan salju jadi kesal "Hah... kenapa dia tidak menjawab teleponnya? Aish !! Dingin banget sih". Sepertinya Geon Wook sangat senang mengusili Tae Sung hingga hal terkecil (he..he.. ^^). Sementara Jae In terus mengawasi kalau-kalau ada mobil lewat.
Untuk telepon yang kedua kalinya, akhirnya Geon Wook mau menngangkat teleponnya "Hallo?". Tae Sung berteriak "Kenapa kau tidak menjawab teleponku??" sampai-sampai membuat telinga geon Wook sakit (^m,^ jadi tahu satu lagi kebiasaan Tae Sung : hobby teriak). Geon Wook "Maaf". tae Sung "Pergilah ke workshopnya Ryu sensei atau apapun itu dan tanyakan padanya dimana dia meninggalkan kami, lalu jemput kami" perintahnya. Geon Wook jadi bertanya-tanya apa maksud Tae Sung dengan "Kami" (dia tidak tahu kalau Tae Sung sedang bersama Jae In). Bukannya lekas-lekas mencari Ryu sensei. Geon Wook malah berkutat pada researchnya tentang Hae Shin Group. Sepertinya dia sedang chat dengan seseorang lewat internet "Aku akan tinggal di Jepang untuk sementara. Untuk sekarang, ini lebih penting untuk membuat Hong Tae Sung mempercayaiku. Di Seoul, aku ingin kau mengerjakan penyelidikan yang kuminta. Kirimkan lewat email" ketiknya. Lalu Geon Wook mendapat telepon "Ya, ini Shim Geon Wook. Mengenai pembangunan pabrik Haeshin Group sudah terdaftar. Bersama dengan informasi management dari cabang di USA. Tolong urus proposalnya.... Ya!".
Dilain tempat, Tae Sung dan Jae In melewati lapangan dengan salju yang tebal. Tae Sung sering terperosok hingga kakinya tenggelam oleh salju dan Jae In menertawakannya ( ^^ ha..ha..ha..).
Akhirnya Geon Wook mendatangi workshop Ryu sensei dan saat itu juga mobil Ryu sensei tiba. Ryu sensei mengenali Geon Wook "Hey tunggu... Apa kau kekasihnya asisten dosen itu?" (Jae In maksudnya ^^). Geon Wook tidak mengerti "Maaf?". Ryu sensei menunjuk Geon Wook "Bukankah kau pacar asisten pengajar yang kulihat di hari itu?". Tapi Geon Wook malah memberi salam "Apa kabar, Ryu sensei". Ryu sensei tertawa "Maaf ya. Aku meninggalkan pacarmu dengan laki-laki lain" lalu beranjak masuk menuju workshop. Geon Wook bingung "laki-laki?" lalu menyusul Ryu sensei.
Ryu sensei menikmati soju pemberian Tae Sung "Bukannya kau seharusnya pergi? Pacarmu sedang bersama laki-laki lain. Disekitar sana juga tidak ada mobil" tanyanya. Geon Wook "Tak apa" katanya biasa saja. Ryu sensei "Tak apa? Kau ini percaya diri sekali!". Geon Wook mengalihkan topik pembicaraan "Dengan siapa Anda menjualnya?". Ryu sensei tak tahu maksudnya "Huh?". Geon Wook menjelaskan "Topeng Kaca". Ryu sensei "Kau juga ingin topeng Kaca? Aku bahkan tidak pernah mengatakan bahwa aku menjualnya tapi aku malah didatangi banyak orang yang tertarik dengannya". Geon Wook "Saya tidak punya uang" katanya sambil membuka-buka buku di workshop itu. Ryu sensei "Ah sayang sekali. Aku ingin tanya satu hal. Apa kaupikir topeng kaca itu ada di dunia ini? Biasanya, sebuah topeng selalu menutupi wajah, tapi yang ini transparan...". Geon Wook mengutip kata-kata Jae In "Seseorang pernah berkata alasan kenapa orang melukis pemandangan adalah untuk menghargainya". Ryu sensei tampak tertarik. Geon Wook melanjutkan dengan kata-katanya "Jika itu adalah seseorang yang hanya tahu tentang kaca, Bukankah orang itu akan membuat apapun yang penting baginya menjadi kaca? Tapi jika itu sebuah topeng...". Geon Wook terdiam sejenak "Maka wajahnya siapa?". Ryu sensei tersenyum "Kupikir bisa juga begitu" katanya.
Ryu sensei menikmati soju pemberian Tae Sung "Bukannya kau seharusnya pergi? Pacarmu sedang bersama laki-laki lain. Disekitar sana juga tidak ada mobil" tanyanya. Geon Wook "Tak apa" katanya biasa saja. Ryu sensei "Tak apa? Kau ini percaya diri sekali!". Geon Wook mengalihkan topik pembicaraan "Dengan siapa Anda menjualnya?". Ryu sensei tak tahu maksudnya "Huh?". Geon Wook menjelaskan "Topeng Kaca". Ryu sensei "Kau juga ingin topeng Kaca? Aku bahkan tidak pernah mengatakan bahwa aku menjualnya tapi aku malah didatangi banyak orang yang tertarik dengannya". Geon Wook "Saya tidak punya uang" katanya sambil membuka-buka buku di workshop itu. Ryu sensei "Ah sayang sekali. Aku ingin tanya satu hal. Apa kaupikir topeng kaca itu ada di dunia ini? Biasanya, sebuah topeng selalu menutupi wajah, tapi yang ini transparan...". Geon Wook mengutip kata-kata Jae In "Seseorang pernah berkata alasan kenapa orang melukis pemandangan adalah untuk menghargainya". Ryu sensei tampak tertarik. Geon Wook melanjutkan dengan kata-katanya "Jika itu adalah seseorang yang hanya tahu tentang kaca, Bukankah orang itu akan membuat apapun yang penting baginya menjadi kaca? Tapi jika itu sebuah topeng...". Geon Wook terdiam sejenak "Maka wajahnya siapa?". Ryu sensei tersenyum "Kupikir bisa juga begitu" katanya.
Tae Sung dan Jae In berhasil menemukan tempat berteduh lalu menyalakan api disana untuk menghangatkan diri. mereka begitu kedinginan hingga uap keluar dari mulut mereka. Jae In mengeluh "Kenapa disini masih musim dingin ya". Tae Sung "Ayo kita mengambil itu" sambil menatap bingkisan Jae In. Jae In tidak mengerti "Apa?". Tae Sung "Soju dalam bungkusan itu". Jae In "Oh, tidak. Jangan yang ini. Ini untuk Ryu sensei" tolaknya. Tae Sung "Aku sudah memberinya juga pada Ryu sensei, jadi kita minum saja ini". Jae In terkejut "Kau sudah memberi soju pada Ryu sensei? Bagaimana kautahu dia suka soju?". Tae Sung "Kau bilang kau tak tertarik padaku. Kenapa kau malah banyak tanya? Ayo minum saja.. Apa kau tidak tahu di negara-negara dingin, mereka minum vodka?" lalu langsung menjangkau bungkusan berisi soju itu, tapi Jae In menahannya. Tae Sung merengek "Disini dingin sekali !!! Apa kita harus saling menghangatkan diri?". Jae In akhirnya berubah pikiran "Ah Baiklah. Nih ambil" katanya menawarkan. Jae In mengeluh kedinginan, Tae Sung berkata "Jae In, kau tak mau minum?". Jae In menjawab "Sebenarnya aku tak suka alkohol" lalu berdiri keluar melihat-lihat apakah ada mobil lewat. Tae Sung bergumam sendiri "Ah... ini bukan gayaku. Aku terjebak di tempat kotor sambil minum soju. Psh...".
Jae In berjalan keluar mencari mobil, ternyata sebuah minitruck tiba lewat sana. Terang saja Jae In langsung melambaikan tangan dan berteriak untuk mencegat mobil itu "Maaf, tapi apa Anda berkenan memberikan tumpangan? Kumohon!". Melihat Jae In, Tae Sung teringat saat pertama kali bertemu Sun Young di Jepang. Saat itu Sun Young juga mencegat mobil Tae Sung untuk minta tumpangan dengan kata-kata yang hampir sama. Tae Sung berkata pada Sun Young "Kau. Apa kau tahu apa artinya saat kau bertanya pada pria yang sedang menyetir sendirian?". Sun Young tidak mengerti "Maaf?".
Orang itu mengijinkan Jae In untuk menumpang "Ah! Terima kasih banyak" serunya senang lalu melihat ke Tae Sung "Hey, Ayo naik !" ajaknya, tapi Tae Sung tetap melamun diam.
Tae Sung teringat kembali, kala Sun Young naik ke mobilnya dia bergumam dalam bahasa Korea "Kau ini bernyali juga". Sun Young terkejut "Hah? Kau orang Korea? Senangnya !!" katanya tersenyum hingga membuat Tae Sung terpesona.
Jae In lari menghampiri Tae Sung "Apa yang kau lakukan? Ayo, pergi!" katanya sambil menarik lengan Tae Sung yang masih setengah melamun.
Jae In berjalan keluar mencari mobil, ternyata sebuah minitruck tiba lewat sana. Terang saja Jae In langsung melambaikan tangan dan berteriak untuk mencegat mobil itu "Maaf, tapi apa Anda berkenan memberikan tumpangan? Kumohon!". Melihat Jae In, Tae Sung teringat saat pertama kali bertemu Sun Young di Jepang. Saat itu Sun Young juga mencegat mobil Tae Sung untuk minta tumpangan dengan kata-kata yang hampir sama. Tae Sung berkata pada Sun Young "Kau. Apa kau tahu apa artinya saat kau bertanya pada pria yang sedang menyetir sendirian?". Sun Young tidak mengerti "Maaf?".
Orang itu mengijinkan Jae In untuk menumpang "Ah! Terima kasih banyak" serunya senang lalu melihat ke Tae Sung "Hey, Ayo naik !" ajaknya, tapi Tae Sung tetap melamun diam.
Tae Sung teringat kembali, kala Sun Young naik ke mobilnya dia bergumam dalam bahasa Korea "Kau ini bernyali juga". Sun Young terkejut "Hah? Kau orang Korea? Senangnya !!" katanya tersenyum hingga membuat Tae Sung terpesona.
Jae In lari menghampiri Tae Sung "Apa yang kau lakukan? Ayo, pergi!" katanya sambil menarik lengan Tae Sung yang masih setengah melamun.
Mereka menumpang di belakang minitruck itu. Ternyata diam-diam Geon Wook mengamati mereka dari belakang. Sepertinya Geon Wook yang menyuruh minitruck itu. Tae Sung masih diam dan meminum sojunya. Geon Wook terus mengamati mereka, kemudian Geon Wook teringat saat Jae In sengaja menabraknya karena mengira dia adalah Hong Tae Sung dan berniat memikatnya. Dia teringat saat mengusili Jae In untuk mencucikan bajunya, juga pertengkarannya dengan Jae In saat Jae In tahu identitas Geon Wook sebenarnya "Bahkan hanya dalam sekejab, aku hampir sangat menyukai orang seperti kau. Aku begitu marah pada diriku yang menyedihkan" ungkap Jae In waktu itu. Juga saat mereka kencan sambil foto bersama dan juga tertawa minum soju bersama. Jae In mulai mengganggu pikirannya. (That is a sign of love, Oppa ! ^^).
Tak tahan dingin Jae In akhirnya minum soju juga. Karena jalanan yang tidak mulus, Jae In dan Tae Sung jadi terguncang di atas mobil dan tentu saja saling bersentuhan. Seperti kencan saja jika dilihat dari pandangan orang lain (Geon Wook khususnya).
Tak tahan dingin Jae In akhirnya minum soju juga. Karena jalanan yang tidak mulus, Jae In dan Tae Sung jadi terguncang di atas mobil dan tentu saja saling bersentuhan. Seperti kencan saja jika dilihat dari pandangan orang lain (Geon Wook khususnya).
Mereka akhirnya tiba di kota dan masih menggigil kedinginan. Jae In menunggu taksi. "Ah dinginnya! kau tidak kedinginan? Kenapa kita tidak menghangatkan diri saja dulu?" kata Tae Sung. Akhirnya Jae In ikut juga lalu mereka memesan minuman hangat di sebuah restoran yang dilengkapi dengan kolam air hangat untuk merendam kaki dan duduk berdampingan tentunya. Tae Sung lalu bertanya "Kau tidak kelupaan sesuatu?". Jae In "Hah? Tidak ada tuh". Tae Sung lalu mengeluarkan syal merah milik Jae In yang tertinggal di mobil dari dalam jasnya, lalu mengalungkannya di leher Jae In "Tak perlu berterima kasih" katanya (how sweet ^^!). Jae In malah bereaksi "Tentu saja. Ini kan milikku". Tae Sung "(sigh) Apa kau merasa senang?". Jae In "Apa?". tae Sung tidak menjawab. Jae In "Seharusnya aku tidak bicara".
Tae Sung lalu mendapat telepon. Ternyata dari Geon Wook di suatu tempat "Kau dimana? aku sudah mencari kemana-mana. Kemana aku harus pergi?". Tae Sung melihat Jae In "Tak apa. Tak perlu datang. Aku bisa sendiri" katanya pada Geon Wook. Jae In bertanya "Kau kenal seseorang disini?". Tae Sung "Tidak" jawabnya. Sepertinya tempat Geon Wook menelepon tidak jauh dari sana, karena dia minum minuman hangat yang sama dengan yang diminum Jae In dan Tae Sung. Jadi, apa tujuan Geon Wook menelepon? Apakah untuk memperlihatkan seolah-olah dia mengkhawatirkan Tae Sung atau karena tidak suka Jae In dan Tae Sung bersama lebih lama?
Tae Sung lalu mendapat telepon. Ternyata dari Geon Wook di suatu tempat "Kau dimana? aku sudah mencari kemana-mana. Kemana aku harus pergi?". Tae Sung melihat Jae In "Tak apa. Tak perlu datang. Aku bisa sendiri" katanya pada Geon Wook. Jae In bertanya "Kau kenal seseorang disini?". Tae Sung "Tidak" jawabnya. Sepertinya tempat Geon Wook menelepon tidak jauh dari sana, karena dia minum minuman hangat yang sama dengan yang diminum Jae In dan Tae Sung. Jadi, apa tujuan Geon Wook menelepon? Apakah untuk memperlihatkan seolah-olah dia mengkhawatirkan Tae Sung atau karena tidak suka Jae In dan Tae Sung bersama lebih lama?
Geon Wook berendam sendirian di sebuah onsen (pemandian air panas). Tiba-tiba Hpnya berbunyi, ternyata dari Masaru, berandalan yang dia suruh untuk mengganggu Tae Sung (menjual obat palsu, dan pura-pura tenggelam) "Apa kau tiba dengan selamat? Aku pergi ke stasiun untuk menjemputmu. tapi aku tidak melihatmu" katanya tertawa. Geon Wook "Bukankah kubilang jangan menghubungiku sebelum aku menghubungimu?". Masaru berkata "Aku ingin pergi denganmu. Bukankah kau ingin memberiku tugas? Aku kekurangan uang cash juga nih...". Geon Wook tidak menjawab, dan malah menutup teleponnya hingga membuat Masaru kesal.
Di apartemen Taera, dia sedang menyiapkan makan malam. Pembantunya dengan antusias berkata "Tuan jaksa akan pulang lebih awal hari ini. Nyonya, anda pasti senang. Beliau selalu sibuk dan ini makan malam keluarga pertama setelah sejak lama". Taera hanya diam entah enggan atau tidak bisa menjawab. Tiba-tiba bel pintu berbunyi, tapi yang datang bukan suami Taera melainkan Mone yang sedang emosi.
Mone memanggil dengan nada suara tinggi "Kakak!!". Taera terkejut "Mone?". Mone "Kakak, apa yang sedang kaucoba lakukan? Kau mengirimku pergi study ke luar negeri?". Taera bingung "Apa? Apa yang sedang kaubicarakan?". Mone marah "Jangan berlagak tidak tahu. Kaupikir aku tak akan tahu? Memangnya aku bodoh?". Taera menghela nafas "Kau sedang bicara apa? Aku tidak tahu apa yang sudah kau dengar. Berhenti bertindak berlebihan! Jelaskan padaku satu per satu". Mone menjelaskan "Kudengar Ibu telah membicarakan itu pada dekan fakultas. Mereka akan mengirimku ke Amerika! Siapa yang memutuskan itu? Siapa yang mengirimku ke luar negeri?" teriaknya.
Taera masih tenang "Jangan emosi dulu". Mone "Kaupikir aku bisa tenang sekarang? Pasti, untuk menjauhkanku dari Geon Wook Oppa. Kau, ibu, dan ayah pasti sudah mengaturnya bahwa aku akan dikirim ke amerika, dan Geon Wook oppa dikirim ke Jepang". Taera "Bukan seperti itu. Aku akan pergi travel denganmu". Mone "Jangan bohong. Kakak sama dengan ibu. Itu bohong kan? Pasti semuanya bohong!!". Taera "Apa kau akan terus begini?". Mone "Bagaimana kakak tahu apa yang kurasakan? Apa kakak tahu apa itu cinta? Walaupun kakak menikah dengan pria yang diputuskan oleh orang tua, apa aku juga harus menikah dengan orang seperti itu? Karena kakak menikah tanpa cinta, apa aku juga harus melakukannya?". Taera "Mone!!", Mone mulai menyinggung perasaan Taera. Mone "Katakan dengan jujur! Kakak, apa kau mencintai suamimu?"
Tiba-tiba suami Taera datang "Adik ipar datang kesini ya?". Taera "Kau sudah pulang rupanya". Suami Taera "Mone, lama tak jumpa. Mari makan malam bersama! Tunggu aku sebentar ya" katanya tersenyum lalu pergi ke kamar. Mone lalu melanjutkan omelannya "Aku muak dan capek" lalu dia pergi dan membanting pintu. Tapi Mone tak langsung pergi, di balik pintu dia mengomel "Kakak tunggu saja. Aku akan menikah dengan Geon Wook oppa. Apapun yang kakak katakan aku pasti akan menikah dengannya!!" teriaknya hingga terdengar suami Taera.
Taera memanggil suaminya karena makan malam sudah siap. Suaminya menjawab "Baiklah...Ehm, sayang! Hari minggu ini, direktur mengundang kita makan malam. kau ada waktu?". Taera menjawab tanpa memandang mata suaminya "Ya, aku bisa".
Mone memanggil dengan nada suara tinggi "Kakak!!". Taera terkejut "Mone?". Mone "Kakak, apa yang sedang kaucoba lakukan? Kau mengirimku pergi study ke luar negeri?". Taera bingung "Apa? Apa yang sedang kaubicarakan?". Mone marah "Jangan berlagak tidak tahu. Kaupikir aku tak akan tahu? Memangnya aku bodoh?". Taera menghela nafas "Kau sedang bicara apa? Aku tidak tahu apa yang sudah kau dengar. Berhenti bertindak berlebihan! Jelaskan padaku satu per satu". Mone menjelaskan "Kudengar Ibu telah membicarakan itu pada dekan fakultas. Mereka akan mengirimku ke Amerika! Siapa yang memutuskan itu? Siapa yang mengirimku ke luar negeri?" teriaknya.
Taera masih tenang "Jangan emosi dulu". Mone "Kaupikir aku bisa tenang sekarang? Pasti, untuk menjauhkanku dari Geon Wook Oppa. Kau, ibu, dan ayah pasti sudah mengaturnya bahwa aku akan dikirim ke amerika, dan Geon Wook oppa dikirim ke Jepang". Taera "Bukan seperti itu. Aku akan pergi travel denganmu". Mone "Jangan bohong. Kakak sama dengan ibu. Itu bohong kan? Pasti semuanya bohong!!". Taera "Apa kau akan terus begini?". Mone "Bagaimana kakak tahu apa yang kurasakan? Apa kakak tahu apa itu cinta? Walaupun kakak menikah dengan pria yang diputuskan oleh orang tua, apa aku juga harus menikah dengan orang seperti itu? Karena kakak menikah tanpa cinta, apa aku juga harus melakukannya?". Taera "Mone!!", Mone mulai menyinggung perasaan Taera. Mone "Katakan dengan jujur! Kakak, apa kau mencintai suamimu?"
Tiba-tiba suami Taera datang "Adik ipar datang kesini ya?". Taera "Kau sudah pulang rupanya". Suami Taera "Mone, lama tak jumpa. Mari makan malam bersama! Tunggu aku sebentar ya" katanya tersenyum lalu pergi ke kamar. Mone lalu melanjutkan omelannya "Aku muak dan capek" lalu dia pergi dan membanting pintu. Tapi Mone tak langsung pergi, di balik pintu dia mengomel "Kakak tunggu saja. Aku akan menikah dengan Geon Wook oppa. Apapun yang kakak katakan aku pasti akan menikah dengannya!!" teriaknya hingga terdengar suami Taera.
Taera memanggil suaminya karena makan malam sudah siap. Suaminya menjawab "Baiklah...Ehm, sayang! Hari minggu ini, direktur mengundang kita makan malam. kau ada waktu?". Taera menjawab tanpa memandang mata suaminya "Ya, aku bisa".
Keesokannya, Jae In berjalan menuju onsen sambil mengetik sms sehingga tak melihat ke depan. Lalu ada seseorang menghalangi langkahnya "permisi" katanya mau lewat. Walaupun ke kanan maupun ke kiri orang itu tetap menghadangnya. Ternyata dia adalah Geon Wook "Geon Wook !". Geon Wook tersenyum "Apa kau sudah bersenang-senang?". Jae In tak mengerti "Apa?". Geon Wook diam saja lalu pergi membuat Jae In bingung "Hey, apa? Kenapa dia seperti itu?". Jae In tidak sadar kalau Geon Wook sedang menyindirnya karena kemarin seharian bersama Tae Sung (Jealous ya oppa? ^^).
Geon Wook ternyata sedang memegang handuk dan menunggui Tae Sung yang sedang berendam di onsen. Ternyata tempat mandi tae Sung bersebelahan dengan Jae In. Saat itu Jae In sedang ngobrol dengan Won In lewat telepon dengan suara keras. Tentu saja suaranya kedengaran. Jae In tertawa "Hah? Benarkah? Apa itu terjadi kemarin? (tertawa) Ya, di musim semi yang panas. Hey, air di sini sangat jernih lo. Apa kau iri padaku?". Won In "Kau mulai pamer lagi. Kenapa kau tidak tinggal di sana saja?". Jae In "Aku menceritakannya padamu supaya kau termotivasi". Tae Sung yang mendengar itu jadi tertawa pelan. Geon Wook melihat itu dan warna mukanya tampak berubah (kesalkah?).
Jae In melanjutkan "Hey, apa kau belum belajar karena aku tidak di sana?". Won In menjawab "Aku heran. Kenapa kau bertanya seperti itu?". Jae In "Kupikir keajaiban mungkin terjadi. Tutuplah! Jika Hp-nya basah, bisa rusak. Aku jadi harus mengganti Hp".
Tae Sung lalu mengambil handuknya lalu meninggalkan Geon Wook. Geon Wook memandang ke arah tembok pembatas itu dan teringat saat dia melihat Jae In dan Tae Sung bertabrakan di peyebrangan jalan hingga tasnya rusak. Dan juga tak sengaja melihatnya di mall. Saat itu Geon Wook sedang mempas kacamata hitam, dan melihat Jae In sedang memandangi tas-tas mewah. Geon Wook melihat tali tasnya yang rusak. Geon Wook menyadari sisi matrealistis Jae In.
Jae In melanjutkan "Hey, apa kau belum belajar karena aku tidak di sana?". Won In menjawab "Aku heran. Kenapa kau bertanya seperti itu?". Jae In "Kupikir keajaiban mungkin terjadi. Tutuplah! Jika Hp-nya basah, bisa rusak. Aku jadi harus mengganti Hp".
Tae Sung lalu mengambil handuknya lalu meninggalkan Geon Wook. Geon Wook memandang ke arah tembok pembatas itu dan teringat saat dia melihat Jae In dan Tae Sung bertabrakan di peyebrangan jalan hingga tasnya rusak. Dan juga tak sengaja melihatnya di mall. Saat itu Geon Wook sedang mempas kacamata hitam, dan melihat Jae In sedang memandangi tas-tas mewah. Geon Wook melihat tali tasnya yang rusak. Geon Wook menyadari sisi matrealistis Jae In.
Siangnya, Geon Wook mendatangi Tae Sung "Apa kau juga akan pergi ke workshop hari ini?". Tae Sung menjawab "Tidak. Aku harus pergi ke suatu tempat selama aku di sini. Aku akan melakukannya sendiri. Kau cari saja dompetku. Kau tahukan kemana aku pergi kemarin?" (dompet Tae Sung hilang di hari hujan salju kemarin). Geon Wook "Ya" lalu permisi pergi. Tapi Tae Sung memanggilnya lagi untuk meminta uang. Baru saja Geon Wook mengeluarkan dompetnya, Tae Sung dudah merebutnya lalu hanya menyisakan 1000 Yen untuk Geon Wook. Geon Wook ya pasrah saja.
Taera datang ke rumah keluarga Hong karena Ny. Shin memanggilnya. Ternyata Ny. Shin cemas karena belum kembali dari rumah dari kemarin. Ny. Shin bertanya "Dia pergi ke rumahmu kemarin. Apa yang dia katakan di sana?". Taera menjelaskan "Sepertinya dia mendengar apa yang ibu bicarakan dengan dekan fakultas. Dia tahu bahwa dia akan dikirinm ke Amerika untuk belajar di sana". Ny Shin heran "Bagaimana bisa dia mendenar itu?". Taera "Dia sangat marah, mengatakan dia tak akan pergi ke sana. Apa ayah tahu tentang ini?". Ny. Shin "Kubilang dia pergi kuliah pagi-pagi. Jika dia tahu ini, dia akan sangat marah". Taera bermaksud pergi untuk mencari Mone, tapi salah satu pelayan di sana melapor "Nyonya, kami mendapat telepon dari hotel". Ny. Shin "Hotel? Kenapa?". Pelayan itu berkata "Mone sedang tinggal di suite room. Dia check in tadi malam" (Ampuun deh Mone, kalau minggat ya jangan ke hotel punya sendiri donk! @___@).
Ny. Shin marah sambil berteriak "Kenapa mereka mengatakan ini baru sekarang? Orang-orang ini benar-benar..."(Anggota keluarga Hong yang hobby berteriak : Ny. Shin, Tae Sung, Mone). Taera ingin pergi ke sana tapi Ny Shin malah berkata "Biarkan dia sendiri. Dia tak bisa seenaknya sendiri karena disana banyak orang. Dia benar-benar menyusahkanku". Taera tetap bermaksud untuk menemui Mone, tapi kali ini Ny. Shin mencegahnya dan menyuruhnya duduk untuk membicarakan masalah suami Taera.
Ny. Shin marah sambil berteriak "Kenapa mereka mengatakan ini baru sekarang? Orang-orang ini benar-benar..."(Anggota keluarga Hong yang hobby berteriak : Ny. Shin, Tae Sung, Mone). Taera ingin pergi ke sana tapi Ny Shin malah berkata "Biarkan dia sendiri. Dia tak bisa seenaknya sendiri karena disana banyak orang. Dia benar-benar menyusahkanku". Taera tetap bermaksud untuk menemui Mone, tapi kali ini Ny. Shin mencegahnya dan menyuruhnya duduk untuk membicarakan masalah suami Taera.
Ny. Shin "Jaksa Park tampaknya bertemu dengan ayahmu kemarin"Di hotel, Mone ingin pergi tapi dicegat petugas hotel "Nona, anda sebaiknya tunggu dulu. Kami akan menyediakan mobil". Tapi Mone tak peduli dan ingin segera pergi. Tapi Taera keburu datang "Mone, ayo pergi!". Mone "Aku tidak mau. Aku tidak minggat kok. Aku akan pergi ke Jepang. Aku sudah dapat tiket". Taera "Mone!". Mone "Aku pergi ke Jepang untuk menemuai Geon Wook Oppa". Mendengar itu, Taera langsung merebut paksa tas Mone, mengambil kartu kreditnya dan tiket ke Jepang. Mone "Apa yang kaulakukan?". Taera melemparkan dompet itu ke Mone "Sekarang kau tak bisa ke Jepang. Ayo pergi". Akhirnya Mone menyerah dan terpaksa pulang.
Taera tak tahu "Kenapa? Ayah?"
Ny. Shin "Sepertinya terjadi sesuatu pada keluarga suamimu. Jadi suamimu meminta ayahmu untuk meminjamkan uang. Apa bisnis mertuamu mungkin tak berjalan lancar? Saat beliau sedang di posisi yang bagus, dia bisa saja pernah mendapat suap". (sepertinya Geon Wook juga tahu tentang ini)
Taera "Berapa banyak?"
Ny. Shin "Kaupikir ayahmu mau menceritakan hal tentang itu? Dia bilang jangan dipikirkan... Bukankah seharusnya kautahu apa yang terjadi dengan keluarga suamimu? Apa kau sering mengobrol dengan Jaksa Park? Kaliankan bukan orang asing. Kalian menikah".
Taera terdiam sambil menggenggam tasnya erat lalu permisi pergi.
Geon Wook mencari-cari di sepanjang jalan yang dilalui Tae Sung kemarin dan akhirnya berhasil menemukan dompet Tae Sung yang tertinggal di tempat dia dan Jae In berteduh. Padahal cuaca di sana masih sangat dingin. Kemudian Mobil Ryu sensei lewat dan mengenali Geon Wook "Kau sedang apa?" tanyanya.
Jae In mendatangi workshop Ryu sensei bermaksud untuk mendapatkan topeng kaca tapi beliau tak ada di tempat. Pekerja di sana berkata "Sensei keluar untuk mengambilnya. Aku yakin, sesei akan kembali jam 3 tepat". Jae In mengerti dan berkata dia akan kembali lagi. Untuk mengisi waktu luang, Jae In menonton pertunjukkan seni Jepang (seperti wayang ^^). Setelah itu, Jae In nongkrong menghabiskan waktu membaca dan melihat Tae Sung berjalan keluar terburu-buru "Oh! Kau mau kemana?". Tae Sung tak juga berhenti. Jae In "Kau mau bertemu Ryu sensei ya? Aku ikut!!" lalu mengejar Tae Sung sambil menenteng sepatunya.
Ryu sensei rupanya mengajak Geon Wook ke sebuah pemakaman. Geon Wook tidak mengerti untuk apa dia dibawa kesini. Ryu sensei berhenti di sebuah makam dan Geon Wook lalu duduk tak jauh dari situ sambil memainkan pemantik apanya. Ryu sensei memandangi makam itu dalam diam. Geon Wook melihat nisan itu bertuliskan nama wanita membuatnya teringat altar Sun Young.
Ryu sensei mengambil sebuah kunci dari bajunya dan membuka sebuah kotak kayu di makam itu. Pandangan Geon Wook seketika teralih pada isinya dan langsung berdiri. Ya, itu adalah topeng kaca yang diinginkan banyak orang. Geon Wook "Orang ini adalah...?". Ryu sensei mengambil topeng kaca itu "Kalau aku memakainya, apakah aku bisa melihat dunia yang orang ini lihat?" katanya dalam. Sepertinya itu adalah makam wanita yang Ryu sensei cintai. Dan wanita itu adalah model dari topeng kaca yang dia buat. Geon Wook tak bisa menjawab. Lalu Ryu sensei memakai topeng itu lalu melihat langit. Tiba-tiba seorang laki-laki datang membawa bunga dan tertegun melihat mereka, begitu pula Ryu sensei. Mereka sepertinya saling kenal.
Ryu sensei mengambil sebuah kunci dari bajunya dan membuka sebuah kotak kayu di makam itu. Pandangan Geon Wook seketika teralih pada isinya dan langsung berdiri. Ya, itu adalah topeng kaca yang diinginkan banyak orang. Geon Wook "Orang ini adalah...?". Ryu sensei mengambil topeng kaca itu "Kalau aku memakainya, apakah aku bisa melihat dunia yang orang ini lihat?" katanya dalam. Sepertinya itu adalah makam wanita yang Ryu sensei cintai. Dan wanita itu adalah model dari topeng kaca yang dia buat. Geon Wook tak bisa menjawab. Lalu Ryu sensei memakai topeng itu lalu melihat langit. Tiba-tiba seorang laki-laki datang membawa bunga dan tertegun melihat mereka, begitu pula Ryu sensei. Mereka sepertinya saling kenal.
Tae Sung dan Jae In sampai di sebuah kedai mie dengan taxi. Jae In heran "Apa kau janjian bertemu dengan Ryu sensei disini?". Tae Sung diam saja dan memandangi kedai itu. Jae In bertanya "Kau tidak masuk? Kalau begitu aku saja yang ketemu Ryu sensei" dan masuk duluan. Tae Sung tampak berat, juga gugup dan untuk menutupinya dia memasukkan tangannya ke kantong lalu masuk.
Wanita pemilik kedai itu menyambut dengan ramah. Jae In memandang ke luar jendela kalau-kalau ada Ryu sensei, sementara Tae Sung memandangi sesuatu di dinding kedai itu.
Wanita pemilik kedai itu menyambut dengan ramah. Jae In memandang ke luar jendela kalau-kalau ada Ryu sensei, sementara Tae Sung memandangi sesuatu di dinding kedai itu.
Ryu sensei dan Geon Wook duduk di teras rumahnya. Geon Wook bertanya "Siapa laki-laki itu?". Ryu sensei mengambil topeng kaca itu dan tersenyum "Dia adalah laki-laki yang dia cintai. Di mata seseorang yang sedang jatuh cinta, Dia hanya melihat orang yang dia cintai saja. Di dunianya hanya ada orang yang dia cintai... Bahkan topeng ini, hanya melihat ke arah orang yang yang dia cintai" katanya sambil memandangi topeng itu.
Jae In memakan mienya dengan lahap, sementara Tae Sung diam sejenak memandangi mie itu kemudian perlahan memakannya. Ibu pemilik kedai sibuk memotong daun bawang dan merebus mie tepat di hadapan Tae Sung. Tae Sung memandanginya, matanya mulai berkaca. Dia teringat saat kecil, ibunya menitipkannya di suatu tempat. Ya, ibunya itu adalah wanita pemilik kedai di hadapannya. Waktu itu, sambil menangis ibunya berkata "Ibu... akan kembali menjemputmu". Tae Sung kecil menangis "Kapan?". Ibunya menjawab "Ibu akan segera kembali". Tae Sung "Ibu, aku tidak mau. Ibu, jangan tinggalkan aku! Kumohon jangan pergi! Ibu!!!" sambil memandang ibunya yang pergi menjauh menahan tangis. Tae Sung kecil terus berteriak "Ibu harus kembali! Ibu! Aku akan menunggumu, Ibu! Ibu!" katanya sambil menangis.
Tae Sung memandangi ibunya yang tak mengenalinya itu. Ibu pemilik kedai itu menyadarinya "Kau perlu sesuatu?". Tae Sung langsung menunduk dan memakan mienya. Tapi kali ini dia makan sambil menangis dan Jae In melihatnya. Merasa tak tahan, Tae Sung langsung lari keluar.
Tae Sung memandangi ibunya yang tak mengenalinya itu. Ibu pemilik kedai itu menyadarinya "Kau perlu sesuatu?". Tae Sung langsung menunduk dan memakan mienya. Tapi kali ini dia makan sambil menangis dan Jae In melihatnya. Merasa tak tahan, Tae Sung langsung lari keluar.
Jae In menyusulnya. Tae Sung memuntahkan makanannya dan tersedak. Jae In yang khawatir langsung menepuk punggungnya "Kau tak apa-apa? Kau baik-baik saja? Tae Sung-shi?". Ibu tae Sung keluar membuang sampah dan melihat mereka. Tae Sung menyadarinya. Tak sanggup melihatnya, Tae Sung langsung berbalik memeluk Jae In dengan erat "Ah, ada apa denganmu? Hey!" seru Jae In terkejut. Ibu Tae Sung tersenyum dan mengira mereka hanya sepasang kekakih lalu kembali masuk ke kedai.
Setelah terdengar suara pintu tertutup "Apa dia sudah masuk?". Jae In berkata dengan pelan "Ya". Tae Sung melepaskan dekapannya dan berkata "Terima kasih" lalu berjalan pergi dengan langkah gontai. Jae In yang tak mengerti apa yang terjadi memandangi Tae Sung dari belakang. Sementara itu ibunya tetap bekerja tanpa tahu apapun, dan di salah satu dinding kedai itu tergantung foto lamanya dengan Tae Sung kecil. Foto yang dipandangi Tae sung saat di dalam kedai tadi.
Setelah terdengar suara pintu tertutup "Apa dia sudah masuk?". Jae In berkata dengan pelan "Ya". Tae Sung melepaskan dekapannya dan berkata "Terima kasih" lalu berjalan pergi dengan langkah gontai. Jae In yang tak mengerti apa yang terjadi memandangi Tae Sung dari belakang. Sementara itu ibunya tetap bekerja tanpa tahu apapun, dan di salah satu dinding kedai itu tergantung foto lamanya dengan Tae Sung kecil. Foto yang dipandangi Tae sung saat di dalam kedai tadi.
Jae In mendatangi workshop Ryu sensei sendirian. Sambil menunggu, Jae In memikirkan kejadian tadi. Dia penasaran kenapa Tae Sung menangis. Lalu Ryu sensei datang. Jae In berkata "Ryu sensei! Selamat Siang! Saya datang ke snini untuk topeng kaca". Ryu sensei menjawab "Kalau soal topeng kaca. Aku tidak memilikinya lagi. Aku menyerahkannya pada orang lain". Jae In terkejut "Apa?". Ryu sensei "Dia kenalanmu kok. Kau harus meminta padanya untuk memberikannya padamu" lalu dia kembali bekerja. Jae In bingung siapa maksud Ryu sensei.
Geon Wook masuk ke kamar Tae Sung membawa sebuah kotak lalu membukanya dan isinya adalah topeng kaca milik Ryu sensei. Geon Wook mengambilnya lalu memandanginya dan yang teringat di benaknya adalah Jae In. Dia teringat saat bertemu Jae In di tempat seminar Ryu sensei. Wanita yang dia pandang secara jujur. (Akhir-akhir ini Geon Wook jadi sering teringat Jae In).
Geon Wook mendapat telepon dari Tae Sung untuk menjemputnya di parkiran Isayuka. Sementara itu, Masaru berusaha menelepon Geon Wook tapi tak diangkat. Tapi rupanya Masaru sedang mengikuti mobil Geon Wook.
Di lain tempat, Detektif Gwak dan Lee mengawasi kediaman keluarga Hong sambil makan es krim. Detektif Lee mengungkapkan pendapatnya bahwa ini tempat terbaik untuk menemukan Hong Tae Sung dari Haeshin Group. Tiba-tiba seorang polisi mengetuk kaca pintu mobil mereka karena mendapat komplain tentang adanya mobil asing yang berkeliaran di sini lalu meminta kartu identitas dari para detektif. Detektif Gwak menunjukkan kartu identitasnya "Kita ini Teman! Teman! Ayolah..". Polisi itu mengerti lalu pergi. Detektif Gwak menggerutu ke arah rumah keluarga Hong "Tsk... orang kaya selalu begitu!" (^m,^).
Di rumah keluarga Hong, Mone mengendap-ngendap ingin keluar rumah. Tapi dia malah bertemu dengan kepala pelayan di sana "Nona?". Mone langsung memberi isyarat tutup mulut dan memohon agar tidak ada yang tahu dia mau keluar rumah. Kepala pelayan itu menurut saja dengan nona 'kecil'.
Saat Mone keluar, dia dicegat oleh detektif Gwak dan Lee. Detektif Lee "Apa anda punya waktu sebentar?". Mone menuduh "Kalian siapa? Kakakku yang menyuruh kalian?" Apa kalian ingin mengikutiku?". Detektif Lee menyangkal dan menunjukkan kartu namanya lalu bertanya "Anda mengenal Hong Tae Sung?". Mone "Ya. Kenapa?". Detektif Lee "Bagaimana anda mengenal Hong Tae Sung?". Mone "Dia kakakku. Kau siapa?". Detektif Lee "Kalau begitu bolehkah kami tahu nomor kontaknya di Jepang?". Mone menjawab ringan "Aku tidak tahu". Detektif Lee "Apa ada anggota keluarga lain yang tahu nomor kontaknya?". Mone "Diantara anggota keluarga yang lain? Tak ada tuh..... Ah, tunggu sebentar" katanya mengambil handphone karena teringat sesuatu.
Di lain tempat, Detektif Gwak dan Lee mengawasi kediaman keluarga Hong sambil makan es krim. Detektif Lee mengungkapkan pendapatnya bahwa ini tempat terbaik untuk menemukan Hong Tae Sung dari Haeshin Group. Tiba-tiba seorang polisi mengetuk kaca pintu mobil mereka karena mendapat komplain tentang adanya mobil asing yang berkeliaran di sini lalu meminta kartu identitas dari para detektif. Detektif Gwak menunjukkan kartu identitasnya "Kita ini Teman! Teman! Ayolah..". Polisi itu mengerti lalu pergi. Detektif Gwak menggerutu ke arah rumah keluarga Hong "Tsk... orang kaya selalu begitu!" (^m,^).
Di rumah keluarga Hong, Mone mengendap-ngendap ingin keluar rumah. Tapi dia malah bertemu dengan kepala pelayan di sana "Nona?". Mone langsung memberi isyarat tutup mulut dan memohon agar tidak ada yang tahu dia mau keluar rumah. Kepala pelayan itu menurut saja dengan nona 'kecil'.
Saat Mone keluar, dia dicegat oleh detektif Gwak dan Lee. Detektif Lee "Apa anda punya waktu sebentar?". Mone menuduh "Kalian siapa? Kakakku yang menyuruh kalian?" Apa kalian ingin mengikutiku?". Detektif Lee menyangkal dan menunjukkan kartu namanya lalu bertanya "Anda mengenal Hong Tae Sung?". Mone "Ya. Kenapa?". Detektif Lee "Bagaimana anda mengenal Hong Tae Sung?". Mone "Dia kakakku. Kau siapa?". Detektif Lee "Kalau begitu bolehkah kami tahu nomor kontaknya di Jepang?". Mone menjawab ringan "Aku tidak tahu". Detektif Lee "Apa ada anggota keluarga lain yang tahu nomor kontaknya?". Mone "Diantara anggota keluarga yang lain? Tak ada tuh..... Ah, tunggu sebentar" katanya mengambil handphone karena teringat sesuatu.
Rupanya Mone menelepon Geon Wook. Merasa terganggu dengan bunyi telepon, Tae Sung menyuruh Geon Wook agar cepat menjawab teleponnya "Hallo?". Wajah Mone langsung cerah "Hallo? Geon Wook oppa! Bagaimana kabarmu? Kau tidak masuk angin kan? Apa kak Tae Sung memperlakukanmu dengan baik?...". Detektif Gwak memotong pembicaraan dan mencoba mengambil teleponnya "Apa aku bisa bicara dengannya?". Mone tidak langsung mau "Oppa, seseorang ingin bicara dengan Kak Tae Sung".
Detektif Gwak "Hallo?". Geon Wook menjawab "Hallo?". Detektif Gwak mengira dia sedang berbicara dengan Tae Sung "Ah, Hong Tae Sung-shi... Saya detektif Gwak In Hwan....Hallo? Apa ini Hong Tae Sung?". Geon Wook terdiam sejenak dan berkata "Tunggu sebentar" kemudian menyerahkannya pada Tae Sung. Setelah tahu yang menelepon adalah detektif Gwak, Tae Sung bertanya "Kenapa meneleponku?". Geon Wook mengamati dari kaca spion. Detektif Gwak "anda sempat diinvestigasi atas kasus kematian Choi Sun Young kan? Ada yang ingin kutanyakan padamu tentang malam itu. Sekarang kami mengulang penyelidikan". Tae Sung emosi "Itu kan semua salahku. Apa yang ingin kau selidiki?" lalu meletakkan handphone itu. "Aaah, kok terputus?" keluh detektif Gwak. Mone langsung merebut handphonenya dan mengomel "Paman, kenapa kau menutup teleponnya? Kan sudah kubilang serahkan padaku!", lalu Mone mencoba menelepon Geon Wook lagi tapi tidak dijawab dan mengomel lagi "Tuh kan, dia tidak mengangkatnya". Detektif Gwak hanya tersenyum menunduk minta maaf.
Detektif Lee lalu meminta nomor Hp Tae Sung, dengan judes Mone menjawab "Tidak mau !! Aku tak akan beri tahu. Kan kalian yang menutup teleponnya". Detektif Lee "Kami tidak menutupnya, tapi.... (melihat ke detektif Gwak) Chief!". Detektif Gwak membela diri "Memangnya aku yang menutupnya? Kalau begitu beri dia nomor Hpmu". Detektif Lee lalu menyerahkan kartu namanya jika Mone sudah dapat menghubungi Tae Sung, sementara Mone masih berusaha menelepon Geon Wook. Kemudian mereka pergi.
Ny. Shin pulang ke rumah "Kenapa kau disini? Mana supir Kang?". Rencana Mone untuk keluar gagal total sehingga Mone beralasan "Aku baru saja mau masuk kok. Ayo, ibu!!"
Detektif Gwak "Hallo?". Geon Wook menjawab "Hallo?". Detektif Gwak mengira dia sedang berbicara dengan Tae Sung "Ah, Hong Tae Sung-shi... Saya detektif Gwak In Hwan....Hallo? Apa ini Hong Tae Sung?". Geon Wook terdiam sejenak dan berkata "Tunggu sebentar" kemudian menyerahkannya pada Tae Sung. Setelah tahu yang menelepon adalah detektif Gwak, Tae Sung bertanya "Kenapa meneleponku?". Geon Wook mengamati dari kaca spion. Detektif Gwak "anda sempat diinvestigasi atas kasus kematian Choi Sun Young kan? Ada yang ingin kutanyakan padamu tentang malam itu. Sekarang kami mengulang penyelidikan". Tae Sung emosi "Itu kan semua salahku. Apa yang ingin kau selidiki?" lalu meletakkan handphone itu. "Aaah, kok terputus?" keluh detektif Gwak. Mone langsung merebut handphonenya dan mengomel "Paman, kenapa kau menutup teleponnya? Kan sudah kubilang serahkan padaku!", lalu Mone mencoba menelepon Geon Wook lagi tapi tidak dijawab dan mengomel lagi "Tuh kan, dia tidak mengangkatnya". Detektif Gwak hanya tersenyum menunduk minta maaf.
Detektif Lee lalu meminta nomor Hp Tae Sung, dengan judes Mone menjawab "Tidak mau !! Aku tak akan beri tahu. Kan kalian yang menutup teleponnya". Detektif Lee "Kami tidak menutupnya, tapi.... (melihat ke detektif Gwak) Chief!". Detektif Gwak membela diri "Memangnya aku yang menutupnya? Kalau begitu beri dia nomor Hpmu". Detektif Lee lalu menyerahkan kartu namanya jika Mone sudah dapat menghubungi Tae Sung, sementara Mone masih berusaha menelepon Geon Wook. Kemudian mereka pergi.
Ny. Shin pulang ke rumah "Kenapa kau disini? Mana supir Kang?". Rencana Mone untuk keluar gagal total sehingga Mone beralasan "Aku baru saja mau masuk kok. Ayo, ibu!!"
Handphone Geon Wook berbunyi lagi, mengira itu dari detektif Gwak lagi, Tae Sung mengomel "Tidak ada yang bisa kukatakan selain kenapa kau terus menggangguku??". "Akhirnya kau menjawab teleponku. Apa kau tidak keterlaluan?" kata seseorang yang ternyata adalah Masaru, dan dia mengikuti mobil Tae Sung dari belakang. Tae Sung bingung dan memandang Geon wook lalu menyuruhnya berhenti menyetir. Tae Sung bertanya "Siapa kau?"
Geon Wook lalu keluar dari mobil (sepertinya disuruh Tae Sung). Masaru yang melihatnya lalu berkata "Hah? Jangan-jangan kau orang yang jatuh ke laut itu? (tertawa) Kita sudah bertemu di stasiun". Tae Sung terkejut "Kau si brengsek yang menjual obat itu?". Masaru tertawa "Kau punya ingatan yang bagus". Tae Sung "Kenapa kau menelepon ke Hp ini?". Masaru "memangnya aku mau mengatakannya dengan gratis?". Tae Sung "Apa yang kau inginkan?" lalu dia menatap Geon Wook di luar lalu menyadari sesuatu "Kalian berdua.. saling kenal?". Masaru "Pura-pura untuk tidak kenal...". Tae Sung "Apa yang kau inginkan dariku?". Masaru "Apa kau pura-pura tidak tahu? Yang kuinginkan adalah UANG" katanya tertawa. Tae Sung masih memandang Geon Wook "Aku mengerti" lalu keluar dan menghampiri Geon Wook. Masaru mengamati dari mobilnya.
Geon Wook lalu keluar dari mobil (sepertinya disuruh Tae Sung). Masaru yang melihatnya lalu berkata "Hah? Jangan-jangan kau orang yang jatuh ke laut itu? (tertawa) Kita sudah bertemu di stasiun". Tae Sung terkejut "Kau si brengsek yang menjual obat itu?". Masaru tertawa "Kau punya ingatan yang bagus". Tae Sung "Kenapa kau menelepon ke Hp ini?". Masaru "memangnya aku mau mengatakannya dengan gratis?". Tae Sung "Apa yang kau inginkan?" lalu dia menatap Geon Wook di luar lalu menyadari sesuatu "Kalian berdua.. saling kenal?". Masaru "Pura-pura untuk tidak kenal...". Tae Sung "Apa yang kau inginkan dariku?". Masaru "Apa kau pura-pura tidak tahu? Yang kuinginkan adalah UANG" katanya tertawa. Tae Sung masih memandang Geon Wook "Aku mengerti" lalu keluar dan menghampiri Geon Wook. Masaru mengamati dari mobilnya.
Tae Sung "Hey!" pada Geon Wook. Tae Sung teringat kejadian saat dia mau ditenggelamkan di laut dia curiga bahwa itu adalah Geon Wook "Kapan kau datang ke Jepang? Apa benar kau datang ke sini karena Mone? Apa yang kau kerjakan di Seoul? Apa kerjaanmu sebelum datang kesini" tanyanya penuh selidik. Geon Wook tersenyum "Kenapa kau penasaran tentang itu?". Tae Sung "Katakan saja". Geon Wook "...Stuntman". Tae Sung "Stuntman? Kalau begitu pasti kau tahu cara berenang". Geon Wook diam saja. Tae Sung "Kenapa tidak membunuhku? Di laut itu adalah kau kan? Pasti kau yang mencoba membunuhku di laut. Kali ini, aku akan memberimu satu kesempatan. Jadi bunuh aku!". Geon Wook masih diam. Tae Sung tersenyum "Kenapa? Setelah aku menyuruh kau membunuhku dihadapanmu, kau jadi takut? Apa kau takut? Coba bunuh Aku !!!" teriaknya.
Geon Wook menghampirinya tapi dia ternyata hanya mendorong Tae Sung untuk minggir. Yang dia hampiri bukan Tae Sung melainkan Masaru yang berdiri di belakang Tae Sung lalu menghajarnya hingga tersandar di sisi jembatan. Geon Wook menarik baju Masaru "Apa yang kaulalukan disini?" bisiknya marah. Masaru "Sepertinya kau sudah tahu. Jika kau memberiku uang sekarang, aku bisa mengatasinya". Geon Wook memandang Tae Sung, lalu menyeret Masaru lebih jauh agar pembicaraan mereka tak terdengar "Lakukan saja. Terserah kau" lalu memukul Masaru hingga terlempar. Masaru mengambil bongkahan salju, melemparkannya ke wajah Geon Wook, kemudian memukulnya hingga terjatuh dan mulutnya menyemburkan darah.
Masaru tertawa lalu menghampiri Tae Sung "kenapa kau melakukan ini? Bukankah dia yang menyuruhmu?" tanya tae Sung. Masaru "Aku kan sudah bilang. Semuanya karena uang. Kalau kau ingin tahu kenapa aku melakukan itu padamu? Maka, kau harus bayar dulu" katanya tertawa. Tae Sung menarik baju Masaru "Aku bisa saja mengirimmu ke kantor polisi. Cepat katakan!!" teriaknya. Masaru "Kau terlihat sangat penasaran ya". Tae Sung makin emosi dan mencoba memukul Masaru tapi meleset. Masaru balik menyerang dengan wajah senang kemudian menendang kaki Tae Sung hingga Tae Sung terjatuh tak bisa berdiri, "rasakan itu" kata Masaru.
Geon Wook bangkit kemudian kembali menyerang Masaru dan berhasil menguncinya. Kali ini Masaru terjepit lalu mengambil bongkahan es yang besar dan tajam, lalu memukulkannya ke perut Geon Wook. Geon Wook sempat kesakitan, tapi dia tidak melonggarkan pegangannya. Geon Wook memegang wajah Masaru dan berbisik "Jika kau menampakkan diri lagi dihadapanku, maka yang pertama akan mati adalah kau. Jadi enyahlah dengan tenang". Masaru ketakutan melihat Geon Wook seperti melihat iblis saja, lalu dia berlari dengan kencang. Nyalinya langsung hilang.
Geon Wook bangkit kemudian kembali menyerang Masaru dan berhasil menguncinya. Kali ini Masaru terjepit lalu mengambil bongkahan es yang besar dan tajam, lalu memukulkannya ke perut Geon Wook. Geon Wook sempat kesakitan, tapi dia tidak melonggarkan pegangannya. Geon Wook memegang wajah Masaru dan berbisik "Jika kau menampakkan diri lagi dihadapanku, maka yang pertama akan mati adalah kau. Jadi enyahlah dengan tenang". Masaru ketakutan melihat Geon Wook seperti melihat iblis saja, lalu dia berlari dengan kencang. Nyalinya langsung hilang.
Tae Sung menghampiri Geon Wook dengan kaki pincang "Kau tak apa?". Geon Wook "Ya". Tae Sung "Apa yang terjadi? Si brengsek itu meneleponmu tadi". Geon Wook "Jadi kau menuduhku?. Dia meneleponku sebelumnya. Apa kau mengkonsumsi narkoba sebelumnya? Dia berkata dia bisa membuatmu seperti itu lagi. Dia minta uang karena itu. Sepertinya dia dendam lama denganmu. Kau harus hati-hati dengan orang seperti itu" katanya memberi alasan. Tae Sung "Itu sudah lama. Dan bukan hanya narkoba yang dia jual padaku". Geon Wook "Ayo pergi". Tae Sung menahan Geon Wook dan bertanya lagi "kau baik-baik saja?". Geon Wook "Aku baik-baik saja" (misi mendapatkan kepercayaan Tae Sung berhasil). Geon Wook balik bertanya "kau juga tak apa-apa? Kau harus menemui dokter". Tae Sung "Ini tidak serius kok. bagaimana dengan lukamu? Bukankah kau harus ke dokter". Geon Wook membuka jasnya, dan memperlihatkan hanya ada noda darah kecil "Bukan masalah besar. Ayo pergi dan istirahat". Tae Sung berjalan duluan, dari belakang Geon Wook memegang lukanya dan terlihat dia menahan rasa sakit.
Mereka berdua kembali ke hotel, Jae In melihat Tae Sung yang berjalan agak pincang dan langsung menghampirinya (tanpa menyadari Geon Wook juga terluka). "Kau terluka?" tanyanya khawatir. Tae Sung "Tidak serius kok". Jae In "Kau tak-apa-apa?" lalu membantu menuntun Tae Sung berjalan. Tae Sung gengsi "Sudah kubilang aku tak apa-apa" tapi tak keberatan dituntun Jae In ^^. Jae In melihat kaki Tae Sung "Bagaimana bisa kau jadi begini? hati-hati".
Geon Wook memandangi mereka dari belakang, tersenyum kemudian menghela nafas panjang. Geon Wook berjalan sendirian di koridor sambil memegang pinggangnya. Kadang dia berpegangan di dinding menahan rasa sakitnya. (Seharusnya dialah yang perlu dipapah TT_TT).
Geon Wook memandangi mereka dari belakang, tersenyum kemudian menghela nafas panjang. Geon Wook berjalan sendirian di koridor sambil memegang pinggangnya. Kadang dia berpegangan di dinding menahan rasa sakitnya. (Seharusnya dialah yang perlu dipapah TT_TT).
Tae Sung tertidur di sofa, Jae In kemudian mamandanginya untuk memastikan dia benar-benar tertidur. Jae In melihat-lihat kamar Tae Sung, lalu pandangannya terhenti pada sebuah kotak yang berisi topeng kaca Ryu sensei. Lalu handphone Jae In berbunyi, ternyata dari Ny. Shin "Ini karena kau belum menghubungiku. Bagaimana dengan topeng kaca?". Jae In "Ah, ya. Saya sudah bertemu Ryu sensei. Saya akan mendapatkannya bagaimanapun juga dan membawanya". Ny. Shin "Aku yakin kau bisa handle itu dengan baik, Jae In-shi. semuanya akan baik-baik saja?". Jae In "Ya, saya juga berencana untuk kembali ke Seoul besok". Ny. Shin "Baiklah. Karena kau bakalan lelah saat kau kembali. Ayo bertemu besok lusa...".
Tiba-tiba Mone datang dan merebut teleponnya "Kak Jae In". Jae In "Ah! Mone ya". Mone "Kenapa Kakak tidak bilang pergi ke Jepang?". jae In tersenyum "Maaf". Jae In "Geon Wook oppa juga pergi ke Jepang". Jae In "Ah! Geon Wook... Geon Wook-shi?" tanyanya seolah-olah belum tahu. Mone "Geon Wook oppa pergi ke Jepang untuk bertemu Tae Sung oppa. Jae In terkejut "Oh...". Mone "Kakak, apa kau sempat bertemu Geon Wook oppa? Geon Wook oppa pergi ke Jepang untuk menemui Tae Sung oppa". Jae In tersadar "Tunggu sebentar, dengan siapa dia bertemu?". Mone "Tae Sung oppa, kakak laki-laki kedua".
Jae In seketika teringat saat Tae Sung memperkenalkan diri. Mone memanggil Jae In "Kakak?...Kakak, apa kau dengar? kak Jae In?". Jae In teringat lagi saat Geon Wook menyinggung soal Tae Sung di kereta. Jae In menghampiri Tae Sung yang sedang lelap. Sekarang dia tahu bahwa orang di hadapannya benar-benar Hong Tae Sung. Dan menyadari siapa orang yang akan diganggu Tae Sung untuk mendapatkan topeng kaca "Jadi, kau putranya Ny. Shin" katanya tertawa pelan.
Tiba-tiba Mone datang dan merebut teleponnya "Kak Jae In". Jae In "Ah! Mone ya". Mone "Kenapa Kakak tidak bilang pergi ke Jepang?". jae In tersenyum "Maaf". Jae In "Geon Wook oppa juga pergi ke Jepang". Jae In "Ah! Geon Wook... Geon Wook-shi?" tanyanya seolah-olah belum tahu. Mone "Geon Wook oppa pergi ke Jepang untuk bertemu Tae Sung oppa. Jae In terkejut "Oh...". Mone "Kakak, apa kau sempat bertemu Geon Wook oppa? Geon Wook oppa pergi ke Jepang untuk menemui Tae Sung oppa". Jae In tersadar "Tunggu sebentar, dengan siapa dia bertemu?". Mone "Tae Sung oppa, kakak laki-laki kedua".
Jae In seketika teringat saat Tae Sung memperkenalkan diri. Mone memanggil Jae In "Kakak?...Kakak, apa kau dengar? kak Jae In?". Jae In teringat lagi saat Geon Wook menyinggung soal Tae Sung di kereta. Jae In menghampiri Tae Sung yang sedang lelap. Sekarang dia tahu bahwa orang di hadapannya benar-benar Hong Tae Sung. Dan menyadari siapa orang yang akan diganggu Tae Sung untuk mendapatkan topeng kaca "Jadi, kau putranya Ny. Shin" katanya tertawa pelan.
Sementara itu, Geon Wook dikamarnya sedang membalut lukanya sendirian. Tampaknya dia luka parah. Kemudian seseorang mengetuk pintu, Geon wook lekas-lekas memakai kemejanya agar lukanya tak ketahuan. Jae In langsung masuk karena pintu tak terkunci. Geon Wook langsung menyingkirkan perban dan obat luka ke lantai. Jae In yang tak sadar dengan luka Geon Wook langsung mengomel
Jae In "Mari bicara sebentar. Kenapa kau tak menjawab teleponmu? makanya aku datang langsung kesini".
Geon Wook "Aku meninggalkannya di mobil".
Jae In "Kenapa kau tak mengatakannya padaku?".
Geon Wook "Hal apa?"
Jae In "kau pikir aku tak akan tahu? Apa kau tak suka kalau aku bertemu dengannya? Benar kau tak suka?"
Geon Wook "Tidak"
Jae In "Bagaimana bisa kau tidak mengatakannya padaku?"
Geon Wook "Bukankah dia sudah mengatakannya bahwa dia adalah Hong Tae Sung dengan mulutnya sendiri"
Jae In meninggikan suaranya "Seharusnya kau mengatakannya padaku bahwa dia adalah kakak Mone"
Geon Wook "Apa itu penting?"
Jae In "Apa katamu?"
Geon Wook menyindir "Kurasa Hong Tae Sung menjadi spesial sekarang. Begitukan? dia adalah putra orang kaya, apa dia terlihat lebih keren sekarang? (memandang Jae In) Apa kau mulai menyukainya?"
Jae In "Berhenti memojokkan orang seperti itu. Memang benar. Aku iri dengan keluarga seperti itu. Mereka yang menghabiskan banyak uang untuk barang seni yang mereka suka. Bahkan membuka gallery sendiri. Menjalani kehidupan yang mewah. Aku iri dengan orang-orang seperti itu. Aku...aku mengetahui...ada putra tersembunyi yang belum menikah di rumah itu. Aku ingin tahu dia orang seperti apa. Aku ingin tahu. Itu hanya rasa penasaran saja"
Geon Wook "Disamping rasa penasaran, sepertinya masih ada lagi. Apa kau ingat kau pernah salah mengira aku adalah dia?"
Jae In terdiam sejenak lalu bersandar di dinding dan menghela nafas "Ngomong-ngomong, apa kau menceritakan itu padanya?"
Geon Wook diam dan meminum tehnya.
Jae In "Apa kau menceritakannya?"teriaknya, "Aku sedang bertanya, kenapa kau tak menjawab?".
Dari jendela tampak dimulainya pesta kembang api. Jae In melihatnya lalu bergumam pelan "Kembang api (tertawa), sejak berada di Jepang aku jadi sering melihat kembang api" (sebelumnya di kapal pesiar saat bertemu Tae Sung). Geon Wook tidak melihat itu, dia nampak menahan sakit lagi dilukanya dan memegangi pinggangnya dengan erat. Jae In "Kau tak akan mengatakan itu padanya. Benarkan?" katanya dengan tenang kali ini. Geon Wook diam. Jae In "Kuharap kau tak akan" lalu mengambil tasnya dan pergi.
Setelah Jae In pergi, Geon Wook membuka kembali bajunya dan duduk di dekat jendela. Dia melanjutkan membalut lukanya sambil menahan rasa sakit (noda darahnya makin lebar TT__TT).
Setelah Jae In pergi, Geon Wook membuka kembali bajunya dan duduk di dekat jendela. Dia melanjutkan membalut lukanya sambil menahan rasa sakit (noda darahnya makin lebar TT__TT).
Jae In berjalan di koridor membawa koper, dia akan pulang kembali ke Korea. Lalu dia berpapasan dengan Geon Wook yang sedang membawa setelan jas. Jae In memanggilnya "Geon Wook!", Geon Wook pun berhenti. Jae In "Aku akan pulang". Geon Wook seolah tak peduli "begitu ya" kemudian mau pergi. Jae In "Apa kau akan kembali ke Korea?". Geon Wook berbalik menyindir "Siapa? aku? atau orang itu?". jae In menghampiri "Hey, aku kan sudah bilang jangan berbicara seperti itu", lalu Jae In menatap barang yang dibawa Geon Wook. Geon Wook menjelaskan "Ini pakaian Hong Tae Sung". Jae In "Kenapa kau membawa pakaiannya?". Geon Wook "Aku pelayan pribadi Hong Tae Sung". Jae In "pelayan pribadi? Bagaimana dengan stuntman?". Geon Wook "Aku berhenti. Aku harus pergi sekarang", dia memegang bahu Jae In lalu berjalan pergi. Jae In memanggilnya lagi. Geon Wook berbalik "Ada yang ingin kaukatakan lagi?". Jae In tersenyum "...tidak". Geon Wook "pergilah" katanya berlalu pergi. Jae In menatapnya dari belakang.
Di kamarnya, Hong Tae Sung menemukan surat Jae In yang ditinggalkan tadi malam. Isinya tertulis bernada sindiran "Usaha memberontak terhadap orang itu (NY. Shin) sukses, selamat ya telah mendapatkan topeng kaca itu". Tae Sung tertawa membacanya. Di lain tempat, Jae In sedang membeli cenderamata untuk di bawa ke Korea.
Tae Sung memandang ke luar jendela. Dia merenungkan sesuatu. Tae Sung melihat kearah jendela. Dia teringat detektif yang meneleponnya kemarin tentang penyelidikan kembali kasus Sun Young. Tae Sung lalu menelepon Mone untuk meminta nomor kontak detektif itu.
Tae Sung memandang ke luar jendela. Dia merenungkan sesuatu. Tae Sung melihat kearah jendela. Dia teringat detektif yang meneleponnya kemarin tentang penyelidikan kembali kasus Sun Young. Tae Sung lalu menelepon Mone untuk meminta nomor kontak detektif itu.
Geon Wook mengunjungi workshop Ryu sensei. Saat itu Ryu sensei sedang membuat sesuatu (mungkinkah untuk Geon Wook?). Geon Wook duduk terdiam sambil memainkan pemantik apinya. Dia teringat kembali Jae In yang menanyakan apa dia akan kembali ke Korea. Pemantik api Geon Wook lalu terjatuh, saat mengambilnya dia teringat detektif yang menelepon Tae Sung atas kasus Sun Young dan mulai menyelidiki lagi. Geon Wook merasakan adanya ancaman besar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar