Rabu, 22 Desember 2010

~episode 5~ bread, Love, and Dream

Nyonya Seo mengejar Manager Han, mereka berdua shock melihat nenek di hadapan mereka. Nenek murka pada mereka berdua, Nyonya Seo yang takut rahasianya terbongkar memohon memelas pada nenek untuk mendengarkan penjelasannya, tapi nenek tidak mau tahu dan langsung keluar dari rumah itu.
Di bawah guyuran hujan, Nyonya Seo masih mencoba membujuk nenek, tapi nenek tetap tak bergeming, nenek mau melangkah pergi tapi Nyonya Seo menarik-narik tangan nenek agar tidak pergi.
Manager Han meminta Nyonya Seo untuk segera berhenti dan menarik tangan Nyonya Seo yang fatalnya menyebabkan nenek terhengkang jatuh ke belakang karena tidak seimbang dan kepalanya membentur tanah dengan keras. Akhirnya nenek jatuh tak sadarkan diri dalam hujan.
Nyonya Seo dan Manager Han tambah shock untuk sesaat mereka terpaku, Nyonya Seo memanggil-manggil nenek dan sangat ketakutan, dia masih mencoba membangunkan nenek, tapi tak berhasil. Manager Han yang berpikir cepat, menenangkan Nyonya Seo agar tidak panik.
Manager Han meminta Nyonya Seo untuk melupakan kejadian malam itu dan menganggapnya tidak pernah terjadi,” Tak ada apapun, jangan lakukan apapun!! Kau tidak pernah ke sini malam ini. Kau tidak pernah melihatku. Kau tidak pernah melihatnya (nenek). Tidak terjadi apapun. Jadi, Jadi… kembali ke kamarmu sekarang. Jangan panik, anggap tidak pernah terjadi apapun dan tidurlah”, perintah Manager Han. Nyonya Seo terkejut mendengar perkataan Manager Han, dia tidak habis pikir bagaimana bisa Manager Han mengatakan semua itu pada orang yang sudah merawatnya. Manager Han meyakinkan Nyonya Seo kalau dia melakukan semua itu untuk keselamatan Nyonya Seo dan Ma Jun, akhirnya Nyonya Seo mengerti dan mereka pelukan.
Manager Han mengendap-endap masuk ke dalam rumah untuk memastikan keadaan aman, setelah yakin semua penghuni rumah sudah tidur, dia mengantar Nyonya Seo ke kamar. Di kamarnya, Nyonya Seo masih belum percaya apa yang terjadi. Manager Han membersihkan barang bukti, baca: mengepel lantai yang basah. Manager Han melihat pintu kamar nenek terbuka dan lampunya menyala, lalu dia mematikan lampu dan menutup pintu kamar nenek. Setelah itu dia kembali ke rumah terlarang untuk memastikan dia tidak meninggalkan jejak apapun di rumah itu.
Di luar rumah Manager Han belutut di hadapan nenek yang masih pingsan, “Maafkan aku, karena membuatmu mati dengan cara seperti ini, kesalahan ini, akan aku bayar di neraka”, kata Manager Han. Lalu dia dengan sangat teganya meninggalkan tubuh nenek begitu saja, tanpa dia sadari bahwa mereka sudah meninggalkan barang bukti yang begitu penting, gelang Nyonya Seo yang jatuh di dekat tangan nenek.
Presiden yang masih merenung di ruang kerjanya heran, ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya tapi tak ada jawaban ketika dia bertanya. Presiden keluar untuk melihat dan tidak ada siapapun di sana, dia melihat pintu kamar ibunya yang terbuka dan mengeceknya, ternyata kamar itu kosong. Presiden lalu mencari nenek ke semua penjuru, tapi tak ketemu juga, sampai di rumah terlarang, dia sangat shock mendapati ibunya tergeletak pingsan di tengah hujan. Presiden mencoba untuk menyadarkan nenek tapi nenek tidak juga bangun.
Paginya, Tak Gu dan ibunya buru-buru ke rumah sakit, sampai di rumah sakit, mereka melihat semua keluarga dan Manager Han berkumpul di depan ruang perawatan nenek. Mi Sun terhenti, Presiden menoleh ke arah mereka. Tak Gu dan ibunya memberi hormat, Mi Sun menyuruh Tak Gu untuk pergi sendiri. “Bagaimana denganmu bu? kau tidak ikut denganku?”, tanya Tak Gu. Mi Sun menjelaskan pada anaknya bahwa itu bukan tempatnya dan dia tidak berhak, Tak Gu mengerti dan dengan perlahan berjalan mendekati ayah dan keluarga tirinya.
Semua melihat ke arah Tak Gu, Tak Gu memberi salam, tak ada yang respon. Nyonya Seo mencoba menutupi pergelangan tangannya yang merah terluka. Dokter keluar dari ruang perawatan dan Presiden bergegas menanyakan kondisi ibunya.
Dokter menjelaskan kalau luka dalam yang dialami nenek sangat parah, ditambah lagi usianya yang sudah tua dan terlalu lama kehujanan. Dokter meminta presiden dan keluarga untuk bersiap menerima kenyataan terburuk. Presiden sangat sedih dan terpukul, Nyonya Seo hanya diam. Presiden masuk ke ruang perawatan nenek dan memegang lembut tangan nenek, Presiden memanggil-manggil ibunya, mencoba menyadarkan nenek dari ketidaksadarannya
Presiden menangis dan terus bicara pada ibunya yang terbaring,”Kau tidak bisa pergi begitu saja,jika kau pergi tanpa melihatku, apa yang harus anakmu ini lakukan? Jika kau tidak bicara, aku mohon bukalah matamu ibu..meskipun hanya sekali, tolong lihatlah aku ibu… meskipun hanya sekali ibu….ibu…”. Akhirnya, nenek menunjukkan reaksi, tangannya bergerak, Presiden kaget dan senang ibunya sudah bangun. Di luar ruangan, Manager Han dan Nyonya Seo kaget mendengar bahwa nenek sudah sadar, mata mereka bertatapan, merasa tidak aman. Nenek membuka matanya pelan-pelan dan mencoba melihat orang-orang yang ada di ruangan itu satu per satu, ketika pandangannya sampai ke Ma Jun, Ma Jun berpaling, tidak berani melihat mata nenek. Ja Kyung yang melihat reaksi Ma Jun merasa ada yang ganjil dengan adiknya itu. Nenek menatap Tak Gu lama. Tangan nenek menggapai-gapai ingin menyentuh Tak Gu, cucu kandung laki-lakinya, nenek berkata dengan susah payah dan nafas tersengal-sengal,”cucuku…cucuku…”. Akhirnya tangan nenek terkulai dan nafasnya berhenti, nenek meninggal!.
Presiden menangis keras, memanggil ibunya dan memeluk jenazah nenek. Nyonya Seo dan Manager Han yang ada di luar terkejut mendengar teriakan Presiden. Nyonya Seo masih panik dan takut, dia berjalan dan hampir limbung, Manager Han memegang tangannya tapi langsung ditepis sama Nyonya Seo. Ma Jun menoleh sebentar pada ibunya. Sampai di lantai bawah, Nyonya Seo mendekati Mi Sun dan tersenyum sinis,”Akhirnya, takdir berpihak padaku, mengerti?”. Perasaan Mi Sun campur aduk, dia lalu melihat ke arah ruangan nenek.
Saat upacara kematian nenek, semua keluarga menunjukkan muka sedih. Ma Jun keluar dari rumah dan mendengar pelayan bergosip tentang kejadian aneh di malam sebelum nenek meninggal. Ma Jun lalu melihat Manager Han dan ibunya, dia mengingat.

Flashback

Ketika Manager Han menenangkan Nyonya Seo yang ketakutan karena nenek jatuh, Ma Jun mendengar semua percakapan mereka. Dia bersembunyi di balik pohon.
Ma Jun menggigil antara kedinginan dan shock. Setelah Manager Han dan Nyonya Seo pergi, Ma Jun mendekati tubuh nenek dan memungut gelang milik ibunya yang terjatuh. Nenek akhirnya sadar, dia mengerang kesakitan, tapi tidak sanggup untuk bangun, Ma Jun kaget dan mau kabur, tapi dia berubah pikiran, lalu mendekati nenek, “Kau pikir kau bisa bangun? Nenek? apa kau bisa bangun? Aku akan membantumu, tapi kau harus berjanji padaku. Tolong maafkan ibuku. Ibuku sudah melakukan kesalahan, tolong maafkan dia. Maafkan semuanya. Jadi, aku akan menolongmu. Aku akan menyelamatkan hidupmu. kau harus menepati janji, mengerti? ya?”, ungkap Ma Jun. Nenek hanya melihat Ma Jun lemah dan tidak bisa menjawab apa-apa.
Ma Jun mengantongi gelang ibunya dan bangkit untuk menolong nenek, tapi dia tidak bisa menggeser tubuh nenek sedikitpun karena nenek berat. Ma Jun berusaha keras, dia tidak berhasil. Lalu Ma Jun lari ke dalam rumah, membuka lebar-lebar pintu kamar nenek dan menghidupkan lampunya. Kemudian, menggedor-gedor pintu ruangan kerja Presiden. Presiden bertanya dari dalam, “Siapa itu? Aku tanya siapa itu?”. Ma Jun tidak siap terlihat ayahnya, dia lari sembunyi. Presiden keluar dan tidak melihat seorangpun di luar. Presiden memanggil-manggil ibunya, tapi tidak ada jawaban.
Ma Jun yang duduk sembunyi di tangga, ketakutan dan melihat lagi gelang ibunya. Ja Kyung yang mungkin memang belum tidur, heran melihat adiknya basah kuyup dan dia sekilas melihat gelang itu. Dia menegur Ma Jun, Ma Jun kaget dan langsung menyembunyikan gelang ibunya, lalu lari tanpa menghiraukan Ja Kyung. Ja Kyung mendengar ayahnya teriak-teriak mencari nenek, Ja Kyung menoleh ke bawah dan presiden tanya apakah nenek sedang di atas. Ja Kyung menggeleng dan bilang bahwa nenek tidak ada. Presiden menyuruh Ja Kyung untuk melihat di kamar mandi dan balkon, Ja Kyung berpikir. Bibi Gong datang dan bersama presiden mencari nenek lagi.Flashback end
Kembali ke upacara kematian nenek. Ja Kyung ternyata menyusul Ma Jun keluar dan menginterogasi adiknya itu, “Apa yang terjadi? Malam itu, kau bersama nenek, benar kan? iya kan?”, tanya Ja Kyung. Ma Jun diam saja, Ja Kyung tahu adiknya itu tahu sesuatu dan dia menyimpan rahasia, Ja Kyung terus mendesak Ma Jun untuk jujur padanya. Ma Jun kesal terus dipojokkan, akhirnya dia balik tanya dengan ketus,” Lalu kenapa? Apa kau penasaran? Apa yang ingin kau tahu?”. Ja Kyung kaget dengan reaksi adiknya. Ma Jun terus ngelantur, Ja Kyung menyadarkan Ma Jun. Ma Jun terdiam dan menatap Ja Kyung lama, Ja Kyung khawatir melihat adiknya. Ma Jun lalu pergi meninggalkan Ja Kyung.
Tak Gu mendengar Ma Jun batuk-batuk, dia mendekati Ma Jun dan menepuk-nepuk punggungnya dan bertanya khawatir. Tapi Ma Jun langsung menepis tangan Tak Gu dan mengusirnya. Tak Gu tidak pergi dan mengira Ma Jun sangat sedih dan merasa kehilangan karena nenek meninggal, padahal selama ini Tak Gu kira Ma Jun itu tidak dekat dengan nenek. Tak Gu menasehati Ma Jun untuk berhenti menangis. karena nenek tidak akan pergi dengan tenang jika Ma Jun terus menangis. Tak Gu menepuk-nepuk punggung Ma Jun lagi, Ma Jun kesal dan langsung berdiri, dia berteriak kesal pada Tak Gu yang sok tahhu,” Bagaimana orang sepertimu bisa mengerti? Jangan bertingkah seperti kau tahu segalanya!! Kau pikir siapa kau?! Siapa kau?!” . “Apa maksudmu? Kau berpikir siapa aku? Aku adalah hyung-mu (kakak). Tanggung jawab seorang hyung adalah untuk menjaga adiknya ketika adiknya kesusahan, mengerti?”, jawab Tak Gu perhatian. Ma Jun berkaca-kaca mendengar kata-kata Tak Gu, hatinya tersentuh oleh ketulusan Tak Gu, tapi saat itu Ma Jun sedang labil. Tak Gu meyakinkan Ma Jun bahwa dia adalah hyung-nya, meskipun mereka berbeda ibu, tapi mereka satu ayah, jadi mereka sedarah. Ma Jun jadi kesal lagi karena Tak Gu menyinggung-yinggung bahwa mereka sedarah, padahal dia sudah mengetahui kenyataan yang tidak pernah dia harapkan dan bayangkan bahwa orang yang selama ini dipanggilnya ayah selama 12 tahun, ternyata bukan ayah kandungnya.
Ma Jun menumpahkan semua kekesalannya pada Tak Gu, dia memukul-mukul dada Tak Gu. Ma Jun sudah tidak tahan, air matanya mengalir, dia menangis sedih, lalu kembali duduk dan menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan gundah hatinya. Ja Kyung melihat kedua adiknya itu dari kejauhan, dia khawatir pada kondisi (psikis) Ma Jun.
Mi Sun datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada nenek, tapi dia tidak berani masuk dan hanya melihat poto nenek dari jauh. Mi Sun melangkah pergi, tapi dia terhenti ketika bertemu Ja Kyung. Ja Kyung melengos, Mi Sun mendekati Ja Kyung dan menanyakan keadaan Tak Gu. Mi Sun bilang kalau sebenarnya dia sudah ingin datang ketika nenek meninggal, meskipun dia tahu dia tidak seharusnya datang. Mi Sun akan bicara lagi ketika Ja Kyung dengan ketus memotong kata-katanya dan menyuruh Mi Sun untuk tidak lagi datang ke rumah karena keberadaannya dan Tak Gu membuat keluarganya merasa tidak nyaman. Lagipula, nenek sudah meninggal dan tidak akan ada lagi orang yang berpihak pada Mi Sun. Mi Sun terkejut mendengar kata-kata Ja Kyung. Ja Kyung berjalan pergi dan terhenti kaget melihat ayahnya ada di luar dan mendengar perkataannya pada Mi Sun. Mi Sun menoleh juga ke arah presiden dan memberi hormat, Presiden menghela nafas.
Mi Sun masuk ke dalam dan memberikan penghormatan di depan pigura nenek. Mi Sun menangis terisak-isak, kehilangan orang yang dihormati dan disayanginya. Nyonya Seo dan Duo Ja (Ja Kyung dan Ja Rim) muak mendengar tangisan Mi Sun. Dua adik kakak itu akhirnya pergi. Nyonya Seo melihat ke arah suaminya dengan sinis, tiba-tiba Tak Gu datang dengan menggendong Ma Jun yang pingsan.
Nyonya Seo dan Manager Han terkejut, Nyonya Seo sangat khawatir pada Ma Jun, Tak Gu menjelaskan kalau Ma Jun sedang sakit, dan badannya panas. Nyonya Seo membentak Tak Gu dan mengira Ma Jun sakit gara-gara Tak Gu. Tak Gu menyangkalnya, dia juga khawatir pada Ma Jun, lalu Tak Gu mencoba memegang dahi Ma Jun, tapi langsung ditepis dengan kasar oleh Nyonya Seo. Tak Gu dan Mi Sun kaget. Presiden menyuruh istrinya untuk tidak teriak-teriak karena mereka sedang di tempat berkabung. Nyonya Seo menjelaskan kalau anak mereka sedang sakit, dan Ma Jun demam. Nyonya Seo seperti tidak percaya kalau suaminya tidak khawatir pada Ma Jun. Presiden lalu menyuruh Manager Han untuk mengurus dan menjaga Ma Jun dan bila perlu membawanya ke rumah sakit. Manager Han mengerti, lalu menggendong Ma Jun. Nyonya Seo menatap sinis pada Mi Sun dan Presiden dan menghina Tak Gu dengan kata-kata kotor. Presiden dan Mi Sun terkejut. Tak Gu melihat Mi Sun dan mencoba tersenyum, Mi Sun tersenyum untuk anaknya.
Ibu anak itu kemudian ngobrol di taman dan Mi Sun menanyakan tentang Ma Jun. Tak Gu menjelaskan kalau Ma Jun itu 3 bulan lebih muda darinya, jadi Ma Jun adalah dongsaengnya. Tak Gu berharap Ma Jun baik-baik saja karena Presiden sudah mengalami hari yang berat karena kepergian nenek, jika Ma Jun juga sakit, maka Presiden juga tambah khawatir. Mi Sun terharu senang mendengar perkataan Tak Gu, dia tidak mengira Tak Gu sangat baik hati. Tak Gu tersenyum, Mi Sun mengusap lembut kepala anaknya. Lalu menasehatinya,” Kau harus terus hidup seperti itu (dengan kebaikan dan ketulusan hati), meskipun kau merasa keadaan menentangmu sekarang dan kau jadi down. Tunggu dan lihat saja. Dalam kehidupan ini, orang yang hidup dengan kebaikan dan kebenaran, maka dialah yang akan menang. Itulah kunci kehidupan. Mengerti?” Tak Gu mengangguk mengerti. Mi Sun bangkit dan beranjak pergi, Tak Gu merasa berat, dia lalu memanggil ibunya dan bertanya apakah dia bisa tinggal dengan ibunya lagi di Cheongsan. Mi Sun diam, Tak Gu mengerti bahwa hal itu tidak mungkin. Mi Sun pura-pura marah mendengar pertanyaan Tak Gu, “Berhenti mengatakan hal yang tidak mungkin dan cepat masuk ke dalam. Jika kau benar-benar ingin hidup denganku, setelah kau dewasa. ketika kau punya posisi yang bagus, lalu datang dan tinggallah denganku. Tidak sekarang, tapi ketika kau sudah tumbuh dewasa, ketika kau menjadi orang yang sukses. Sebelum itu terjadi, tidak akan ada kesempatan, jangan pernah bermimpi tentang hal itu! Mengerti? Mengerti?”, pinta Mi Sun. Tak Gu menjawab mengerti dengan lesu, Mi Sun tidak puas dan meminta Tak Gu sungguh-sungguh. Tak Gu meminta ibunya hati-hati dan menjaga diri, Mi Sun pergi. Tak Gu hanya bisa memandangi punggung ibunya.
Di kamar Ma Jun, Manager Han dan Nyonya Seo menjaga Ma Jun. Nyonya Seo merasa tidak kuat lagi dan ingin menyerah. Dia masih merasa bersalah atas kematian nenek, dan juga dia akan sangat marah dan muak jika Tak Gu tinggal bersama mereka di rumah itu. Nyonya Seo mengajak Manager Han untuk berhenti dan keluar dari rumah itu, lalu hidup bahagia bertiga dengan Ma Jun di rumah mereka sendiri. Tapi Manager Han memotong kata-kata Nyonya Seo dan menanyakan apakah dia akan bisa hidup tenang dengan seperti itu, dan apakah Nyonya Seo tidak akan menyesali keputusannya. Manager Han menguatkan Nyonya Seo.
Nyonya Seo menitikkan air mata, Manager Han menghela nafas dan kembali menguatkan Nyonya Seo agar tidak menyerah karena dia adalah ibu Ma Jun, dan yang bisa diandalkan oleh Ma Jun, jadi dia harus kuat. Manager Han rela menjadi bayangan yang akan terus mengikuti dan juga melindungi mereka, dia lalu memeluk Nyonya Seo. Ma Jun ternyata tidak tidur, dia mendengarkan percakapan dua orang itu.
Esoknya, Presiden masuk ke kamar mendiang ibunya, memandangi pigura ibunya dan mengingat kata-kata ibunya pada Tak Gu untuk yang terakhir kali, Presiden berkaca-kaca, air matanya mengalir, lalu dia tersenyum, sudah memutuskan sesuatu. Nyonya Seo termenung mengingat kata-kata Manager Han tadi malam dan juga memutuskan bahwa dia tidak akan menyerah.
Nyonya Seo ingat gelangnya yang hilang, lalu dia pergi ke halaman depan rumah terlarang untuk mencari gelangnya itu. Ja Kyung yang jalan-jalan sambil baca buku melihat ibunya sedang mencari-cari sesuatu. Nyonya Seo sangat terkejut melihat Ja Kyung. Nyonya Seo tanya apa yang dilakukan Ja Kyung di tempat itu. Ja Kyung bilang kalau dia sedang mencari udara segar. Ja Kyung tanya balik, apa yang dilakukan ibunya. Nyonya Seo mengutip jawaban Ja Kyung. Nyonya Seo salting dan memegang pergelangan tangannya, yang justru membuat Ja Kyung jadi tambah penasaran dengan rahasia dalam keluarganya itu. Nyonya Seo pergi, Ja Kyung memanggil ibunya ingin bertanya, tapi dia kemudian mengurungkan niatnya.
Di Cheongsan, Pak Shin (ayah Yu Kyung) sudah keluar dari penjara. Manager Han sudah menunggunya di luar. Dia ingin bicara dengan Pak Shin. Yu Kyung yang ingin menjemput ayahnya melihat ayahnya itu bicara dengan Manager Han. Manager Han memberikan amplop uang pada Pak Shin, dia menyuruh Pak Shin untuk mmencelakai Mi Sun. Yu Kyung mengikuti kedua orang itu dan menguping pembicaraan mereka.
Dengan tergesa-gesa Yu Kyung pergi ke kantor pos untuk mengirim telegram pada Tak Gu, memberitahu Tak Gu bahwa ibunya ada dalam bahaya. Petugas kantor pos kasian melihat Yu Kyung menyerahkan uang recehan yang dia punya, dan bilang kalau itu tidak cukup untuk mengirim telegram. Tapi akhirnya Yu Kyung bisa juga mengirim telegram untuk Tak Gu dengan hanya 7 kata ” Ibumu krisis di Ulmokjae”.
Ma Jun melihat bibi Gong yang menyerahkan telegram pada Tak Gu. Tak Gu terkejut membaca isinya, dia memberikan telegram itu pada Presiden, berharap Presiden bisa membantunya. Presiden mengingat nama Shin Yu Kyung dan dia adalah anak orang yang sudah memukul Tak Gu, tapi Tak Gu membela Yu Kyung bahwa Yu Kyung tidak seperti ayahnya, dia adalah gadis yang baik dan jujur.
Tak Gu ingin pergi dan melihat ibunya, tapi Presiden menyuruh Tak Gu untuk tidak khawatir karena Presiden yang akan mengurus semuanya. Tak Gu hanya perlu belajar. Tak Gu berkeras, Presiden mengatakan semua akan dia urus. Dan lagi, Presiden juga bilang kalau setelah masa berkabung selesai, dia akan memasukkan Tak gu secara resmi dalam keluarganya. Presiden: Kau tidak perlu lagi hidup sebagai Kim Tak Gu. Tak Gu jelas aja bingung,”Tetapi, meskipun begitu, aku masih tetap Kim Tak Gu. Kim Tak Gu tidak hidup sebagai Kim Tak Gu, jadi kehidupan macam apa sebenarnya?”, tanya Tak Gu pada Presiden. Presiden menjawab,”Mulai sekarang, kau akan hidup sebagai anak laki-laki tertua di keluarga kita, Gu Hyung Jun. Kelak, namamu bukan lagi Kim Tak Gu, tapi Gu Hyung Jun. Jadi, mulai detik ini, lupakan semua hari-harimu sebagai Kim Tak Gu. Lupakan namamu dan juga…lupakan tentang ibumu. Kau harus melakukannya, ini adalah hal yang benar untuk dilakukan”.
“Presiden!!”, teriak Tak Gu kesal. Presiden menjelaskan kalau Tak Gu tidak boleh lagi memanggil Presiden, tapi Tak Gu harus memanggilnya “Ayah” karena Tak Gu adalah Gu Hyung Jun, anak laki-lakinya yang tertua. Tak Gu terdiam. Ma Jun menguping pembicaraan mereka berdua dari luar, dia tersenyum sinis mendengar kata-kata Presiden.
Di Cheongsan, ayah Man Hee pulang ke rumah dan manggil-manggil Mi Sun, Ibu Man Hee dan Mi Sun heran, ayah Man Hee menjelaskan kalau dia hanya diutus oleh Presiden untuk memastikan keadaan Mi Sun baik-baik saja, Ibu Man Hee tambah heran,”Presiden?” sedangkan Mi Sun tersipu malu mendengar presiden khawatir padanya. Ayah Man Hee lalu pamit untuk kembali ke pabrik karena ternyata Mi Sun baik-baik saja, tanpa mereka ketahui bahwa Pak Shin sedang memata-matai Mi Sun. Pak Shin ingat Manager Han yang memberinya uang modal membuka toko dan permintaannya untuk membunuh Mi Sun. Pak Shin sebenarnya tidak mau membunuh orang, tapi dia tergiur oleh uang lebih yang dijanjikan Manager Han.
Tak Gu berencana kabur, malam hari dia mengendap-endap menuruni tangga, tapi dia bingung bagaimana caranya kabur karena Manager Han sedang berjaga bersama sekuriti. Tiba-tiba, Ma Jun mengagetkannya dari belakang dan Tak Gu lebih kaget lagi karena Ma Jun akan membantunya kabur dan menemaninya ke Cheongsan. Kedua bocah itu mengendap-endap melewati pos keamanan dan berhasil ke luar dari rumah. Tak Gu berterima kasih pada Ma Jun yang sudah membantunya kabur, lalu dia menyuruh Ma Jun untuk segera kembali ke rumah karena jika Ma Jun juga kabur, Tak Gu takut presiden dan Nyonya Seo akan khawatir pada Ma Jun. Ma Jun tidak mau kembali ke rumah, karena dia akan mengikuti Tak Gu ke Cheongsan, lagipula sejak nenek meninggal, Ma Jun menganggap dia tidak lagi punya ayah dan ibu (kasiaan Ma Jun…).
Tak Gu terkejut mendengar kata-kata Ma Jun. Dia menyentuh dahi Ma Jun dan mengira Ma Jun sedang mengigau dengan mata terbuka. Ma Jun juga bilang kalau dia tidak akan pernah kembali ke rumah itu, jika memang Tak Gu tidak mau membawanya ke Cheongsan, Ma Jun akan nekat pergi sendirian entah ke mana. Tak Gu akhirnya mengiyakan permintaan Ma Jun, tapi dengan syarat, Ma Jun harus selalu bersamanya dan pulang kembali ke rumah. Jika mereka pergi bersama, maka mereka juga harus pulang bersama. Tak Gu mendesak Ma Jun untuk berjanji. Ma Jun tidak habis pikir, bagaimana Tak Gu bisa memikirkan segala cara untuk membawanya kembali ke rumah, padahal tanpa kehadirannya di rumah itu, akan membuat Tak Gu bisa menguasai ayah dan rumah mereka. Tak Gu menjawab pertanyaan Ma Jun dengan polosnya,” Karena Presiden akan cemas. Dan, tahukah kau, hal apa yang paling sulit bagi seorang pria? yaitu melakukan sesuatu yang bisa membuat orang tua cemas. Apa kau mengerti?”. Ma Jun terpana mendengar penjelasan Tak Gu. Akhirnya Tak Gu melangkah dan mengajak Ma Jun untuk segera pergi, tapi Ma Jun masih diam di tempat dan terus melihat Tak Gu. Tak Gu mengajak Ma Jun bergegas, Ma Jun sadar dan mengikuti Tak Gu. Kedua anak itu saling berpandangan dan Tak Gu tersenyum
Bibi Gong menemui Presiden dan menyerahkan memo yang ditinggalkan Tak Gu di kamarnya untuk ayahnya itu,”Maafkan aku. Aku harus pergi ke Cheongsan”. Bibi Gong bilang dia menemukan memo itu ketika akan memberitahu Tak Gu makan malam, bibi Gong menambahkan kalau Ma Jun juga pergi dari rumah. Presiden terkejut, tiba-tiba terdengar teriakan Nyonya Seo memanggil bibi Gong. Presiden dan bibi Gong bergegas ke kamar dan mendapati brankas terbuka dan sudah amburadul. Nyonya Seo menjelaskan kalau perhiasan dan uangnya hilang, lalu dia menuduh Tak Gu yang sudah mencurinya. Nyonya Seo menyuruh bibi Gong untuk segera memanggil Tak Gu. Bibi Gong bingung bagaimana memanggilnya, dia mengatakan pada nyonyanya itu kalau Tak Gu dan Ma Jun kabur, ada kemungkinan mereka pergi bersama. Nyonya Seo kaget tidak percaya, lalu menyuruh bibi Gong untuk segera memanggil polisi. Presiden marah karena istrinya sudah menuduh Tak Gu macam-macam dan melarang manggil polisi karena masalah keluarga harus diselesaikan dalam keluarga. Nyonya Seo masih cemas akan keselamatan Ma Jun, Presiden memintanya untuk tenang karena dia yakin Tak Gu dan Ma Jun akan baik-baik saja. Dia juga akan menyuruh orang mencari anak-anak itu. Nyonya Seo memperingati suaminya,” Jika terjadi sesuatu pada Ma Jun, aku tidak akan pernah memaafkan dia. Tidak peduli apakah itu Tak Gu atau wanita itu, aku yakinkan tidak akan membiarkan mereka begitu saja. Aku bersumpah akan membuat mereka membayar semuanya. Apa kau tahu?”. Presiden menoleh sekilas pada Nyonya Seo lalu pergi ke ruang kerjanya dengan kesal. Presiden membaca lagi pesan telegram Yu Kyung.

Mi Sun sedang menjahit dan kelelahan, dia tersenyum melihat poto Tak Gu dan dirinya, lalu ingat sesuatu dan mengambil bungkusan yang dia sembunyikan di bawah meja. Bungkusan itu berisi cincin, stempel dan buku.

Flashback

Nenek mengunjungi Mi Sun di Cheongsan dan memberikan cincin garakkjinya pada Mi Sun. Mi Sun menolaknya, dia tidak bisa menerima pemberian nenek yang begitu berharga, nenek kekeuh minta Mi Sun untuk menerimanya sebab dia tidak semata-mata memberikan barang itu pada Mi Sun. Nenek bilang kalau hatinya akan lebih tenang jika Mi Sun yang memilikinya, dia merasa bersalah pada Mi Sun karena meskipun tauh hubungan Mi Sun dengan Il Jung, dia malah memilih In Sook sebagai istrinya Il Jung. Nenek sungguh menyesal. Mi Sun bilang kalau itu bukan salah nenek dan justru dia sangat berterima kasih pada nenek, ketika orang tuanya meninggal, neneklah yang merawat dan membiayai sekolahnya hingga dia punya sertifikat suster. Nenek tersenyum mendengar kata-kata Mi Sun. Nenek tetap memberikan cincinnya yang berharga untuk dimiliki Mi Sun sebagai ungkapan rasa bersalahnya, nenek juga berpesan pada Mi Sun untuk hidup bahagia, Mi Sun berkaca-kaca. Flashback end
Mi Sun akan menyimpan kembali bungkusan itu ketika dia mendengar suara ribut-ribut di dapur. Dia mengantongi bungkusannya dan pergi untuk memeriksa dapur. Pak Shin muncul, perlahan mendekati Mi Sun dari belakang dan tiba-tiba saja lampu mati, Mi Sun sangat kaget melihat Pak Shin, Lalu….. Tak Gu dan Ma Jun sudah sampai di Ulmokjae, tapi Ma Jun heran karena tak ada apapun di sana.
Tak Gu mengendus-endus dan dia bilang pada Ma Jun kalau malam itu akan turun hujan. Ma Jun tanya bagaimana Tak Gu bisa mengetahuinya. Tak Gu bilang kalau dia tahu dari mencium baunya saja, bau angin bercampur hujan.Yu Kyung membuntuti ayahnya yang membekap dan membawa kabur ibu Tak Gu, dia sangat cemas. Yu Kyung berlari-lari mendekati Tak Gu, dia bingung bagaimana menjelaskan pada Tak Gu, lalu…
Pak Shin membawa Mi Sun ke suatu gubuk dan membuka penutup mulutnya. Mi Sun ketakutan dan memohon pada Pak Shin untuk melepaskannya, Mi Sun menangis. Anak-anak itu lari dengan cepat, menyusuri sungai, melewati bebatuan dan menyeberangi sungai. Manager Han di kantornya menunggu berita, teleponnya berdering. Presiden di ruang kerjanya juga merenung. Nyonya Seo terbangun dari tidurnya, dia bangkit dengan gelisah dan tiba-tiba dia menoleh… terdengar teriakan keras Mi Sun.
Pak Shin mencoba ngapa-napain Mi Sun. Dan datanglah seorang laki-laki yang yang memiliki tato kincir angin di pergelangan tangan kirinya, dia memukul Pak Shin hingga pingsan. Mi Sun yang sangat ketakutan menanyakan siapa laki-laki itu dan memohon untuk menyelamatkannya.
Tiba-tiba, laki-laki misterius itu mengeluarkan pisau dari sakunya. Manager Han selesai menerima telepon. Presiden mengecek jamnya. Tak Gu berlari kencang sendirian dan berteriak keras : “Jangan, aku tidak bisa!! Jangan ibuku!! Aku tidak bisa hidup tanpa ibuku!! Jadi kumohon padamu!! Tolong lepaskan ibuku yang malang?!! Ibu… Ibu…”. Akhirnya Tak Gu sampai di gubuk tempat ibunya disekap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar