Orang-orangpun tidak kalah terkejut melihat seorang anak yang teriak-teriak, mereka semua menatap penasaran pada Tak Gu, tak terkecuali presiden dan istrinya. Ma Jun mengenali Tak Gu dan bergumam, “apa yang dilakukan anak itu di sini?”.
Manager Han berkata pada orang-orang : “Mohon jangan khawatir, bukan apa-apa” dan langsung menarik Tak Gu. Tapi presiden memerintahkan Manager Han untuk berhenti dan tanya ada masalah apa dan kenapa bocah itu (Tak Gu) bisa ada di tempat ini. Manager Han meyakinkan presiden, dia bisa mengatasi anak itu (Tak Gu) dan menarik Tak Gu (lagi..!!) dan kali ini Tak Gu langsung ngomong (teriak) sama presiden : “presiden, tolong selamatkan ibuku, laki-laki ini membawa ibuku”. Manager Han tidak tahan lagi dan kemudian menutup mulut Tak Gu, yang langsung disuruh oleh presiden untuk berhenti.
Mi Sun menunggu dengan cemas di pos keamanan dengan dijaga oleh 2 penjaga tadi, Mi Sun mendengar Tak Gu memanggilnya. dan berlari menyongsong anaknya. Tak Gu berkata dengan ceria : “ibu..ibu…itu presiden”. Mi Sun terkejut melihat presiden datang dengan rombongan batalionnya
Dengan percaya diri Mi Sun melangkah maju menghampiri rombongan keluarga itu. Setelah melihat dari dekat Nyonya Seo langsung shock melihat Mi Sun. Mi Sun menyapa dan basa-basi lalu menunduk hormat pada presiden dan Nyonya Seo. Presiden hanya bisa bengong. Mi Sun lalu menyuruh Tak Gu untuk menyapa presiden, dia mengatakan kalau presiden itu adalah ayahnya. Tak Gu dan juga Trio Goo (Ja Kyung, Ja Rim dan Ma Jun) shock mendengar pengakuan Mi Sun. Nyonya Seo masih tidak percaya Mi Sun berani menampakkan mukanya dan mengakui Tak Gu sebagai anak suaminya.
Bibi Gong memberitahu nenek kalau Mi Sun datang ke rumah membawa seorang anak laki-laki, nenek kaget tapi senang. dia tersenyum. Di ruang tamu, Tak Gu merasa canggung dipandangi terus oleh Trio Goo dan Nyonya Seo. Lalu nenek datang dan Mi Sun berdiri menyapa nenek. Nenek melihat Mi Sun, lalu tersenyum melihat Tak Gu yang menghormat kepadanya. Nyonya Seo hanya diam saja, terlihat sangat tidak senang.
Di kantornya, presiden meminta penjelasan pada Manager Han. Presiden marah pada Manager Han yang menutupi masalah itu darinya dan membohonginya. Manager Han berkilah, dia hanya mencoba untuk menjaga harmoni dan ketentraman di rumah (keluarga ) presiden. Presiden berteriak marah, urusan harmoni dan ketentraman keluarganya diputuskan olehnya, bukan Manager Han. Presiden hanya meminta loyalitas Manager Han dan bukan pemikirannya (ni presiden kalo lagi marah ngeri juga). Manager Han mengerti. “Jika kau ingin menyembunyikan sesuatu dariku, lakukan dengan benar. Artinya, jangan lakukan apapun (karena presiden pasti juga akan tahu). Dan jika kau berusaha mencampuri urusan keluargaku lagi, aku tidak akan membiarkannya, meskipun itu kau!”, tegas presiden.
Nenek terus memandangi Tak Gu dan bilang kalau Tak Gu sangat mirip dengan ayahnya ketika dia kecil. nenek menanyakan nama Tak Gu. Mi Sun menegur Tak Gu karena Tak Gu diam saja dan tidak menjawab pertanyaan nenek. Tak Gu bersuara “namaku Kim Tak Gu”, nenek heran “Tak Gu?” (Tak Gu dalam bahasa korea artinya pintar bermain tenis meja, mian kalo salah ^^) Tak Gu menjelaskan pada nenek, ” Tak untuk high dan Gu untuk save, jadi namaku Kim Tak Gu”. Ja Rim tertawa mendengar penjelasan Tak Gu dan langsung diam ketika yang lain melihatnya dengan dingin, Mi Sun menjelaskan kalau nama Tak Gu diberikan oleh presiden, dan nama keluarganya mengikuti dirinya. Nenek mengerti.
Nyonya Seo bertanya dengan sinis, “jadi apa alasanmu menbawa anak ini kemari dan membuat orang-orang tidak senang? apa yang kau inginkan dengan datang kemari secara dramatis?” (eits… yang ga senang kan cuma beberapa saja, presiden, nenek dan Bibi Gong seneng ko dengan kedatangan Mi Sun dan Tak Gu). ” Alasan apa yang diperlukan anak untuk bertemu dengan ayahnya?”, bela nenek. Nyonya Seo kesal dan teriak pada nenek, “anak? anak siapa yang kau maksud?”.
Presiden datang dan menegur istrinya yang tidak sopan, dia lalu menyuruh Trio Goo untuk naik ke kamar mereka, ketiganya berjalan dengan enggan. Presiden menanyakan maksud kedatangan Mi Sun ke rumah, dia menuduh Mi Sun datang karena uang, Mi Sun membantah, dia tidak datang untuk uang, tapi dia datang meminta tanggung jawab presiden sebagai ayah Tak Gu dengan mengijjinkan Tak Gu tinggaal di rumahnya sebagai anaknya. Tak Gu kaget dengan kata-kata ibunya. Nyonya Seo tersenyum sinis tidak percaya.
Trio Goo ternyata mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan Mi Sun dari lantai atas, mereka kaget. Presiden dengan enteng menjawab: “jadi itu yang kau inginkan?”. Mi Sun mengangguk. Nenek juga setuju Tak Gu tinggal bersama mereka tapi Nyonya Seo langsung protes, dia tidak akan mengijinkan anak rendahan masuk ke keluarganya. Nenek berkeras, Tak Gu berhak tinggal karena dia adalah anak laki-laki presiden dengan Mi Sun, dia punya keterikatan darah dengan keluarga itu. Nyonya Seo tetap tidak terima, anak laki-lakinya hanya satu yaitu Ma Jun, tidak ada yang lain. Nenek bertanya diplomatis : “jika kau tidak setuju, apa kau mau presiden punya dua keluarga?”. Nyonya Seo tidak bisa menjawab. “Tidak ada pilihan lain, tidak bisa tidak kau harus menerima Tak Gu, karena jika kau menolak, maka presiden akan tinggal dalam dua keluarga (keluarga Nyonya Seo dan keluarga Mi Sun). Jika itu pilihanmu, kau tidak perlu menjaga Tak Gu”, lanjut nenek mendesak menantunya itu. Presiden lalu meminta ibunya untuk berhenti berdebat karerna presiden sudah memutuskan akan menjaga Tak Gu jika memang itu yang diinginkan ibunya.
Nyonya Seo tentu saja kesal dan tidak terima. Presiden meminta semuanya untuk memenuhi keinginan ibunya. Nenek puas, nenek juga minta presiden untuk segera kembali ke pesta ulang tahunnya karena tidak sopan tuan rumah meninggalkan tamunnya lama-lama. Presiden lalu pamit pergi diikuti oleh Manager Han. Nyonya Seo yang kesal langsung beranjak menuju kamarnya untuk minum-minum menghilangkan stress
Nenek memanggil Mi Sun “Tak Gu eomma..”(ibu Tak Gu) dan menyuruhnya untuk ikut ke kamar. Tak Gu akan ikut tapi nenek meminta Tak Gu untuk menunggu di situ dan menyuruh Bibi Gong untuk menyiapkan cemilan buat Tak Gu. Tak Gu menoleh pada ibunya, dan Mi Sun meyakinkan anaknya, dia baik-baik saja. Ditinggal sendirian, Tak Gu memandang ke seluruh rumah dan melihat Trio Goo di lantai atas.
Mi Sun meminta maaf pada nenek karena telah berani datang ke rumah dan meminta mereka untuk menjaga Tak Gu. Mi Sun menangis, dia berkata jujur pada nenek kalau dia membawa Tak Gu kemari karena dia sudah tidak sanggup lagi membesarkan Tak Gu sendirian. Nenek mengerti dan mengatakan kalau Mi Sun sudah melakukan hal yang benar, semua itu juga untuk kebaikan Tak Gu nantinya. Meskipun Mi Sun tidak mengatakannya, tapi nenek tau kesulitan hidup yang dihadapi Mi Sun selama ini dengan melahirkan dan membesarkan Tak Gu sendirian. Mi Sun terisak, dia terharu dengan pengertian nenek.
Tak Gu duduk di ruang tamu bersama Trio Goo, Bibi Gong mengantarkan cemilan dan minuman untuk Tak Gu lalu dia bilang kalau setelah melihat dari dekat, ternyata Tak Gu itu tampan dan sangat mirip dengan presiden. Ja Kyung dan Ma Jun tidak senang mendengar omongan bibi, Ja Kyung menegur bibi: “ahjumma! kembalilah, kerjakan apa yang seharusnya kau kerjakan”. Bibi Gong mengerti, lalu pergi sambil terus tersenyum pada Tak Gu. Tak Gu memandang Ja Kyung dan Ma Jun yang terlihat jelas sangat tidak menyukainya.
Ja Rim lalu tanya “kau bilang namamu Tak Gu, berapa umurmu? “. “12 tahun”, jawab Tak Gu. Ja Rim : “benarkah? jadi umurmu sama dengan Ma Jun, kapan ulang tahunmu?” Tak Gu: “tanggal 1 Mei”. Ja Rim : “benarkah? ulangtahun Ma Jun bulan September. jadi kau adalah kakak Ma Jun”, seru Ja Rim ceria.
Ma Jun tidak mau menjadi adik dari Tak Gu, tapi Ja Rim tidak mau kalah, dia bilang kalau Tak Gu lahir lebih dulu daripada Ma Jun, jadi Tak Gu adalah kakak Ma Jun. Ma Jun tetap tidak mau mengganggap Tak Gu sebagai kakak. Ma Jun menyuruh Tak Gu untuk segera pergi dari rumah itu karena dia tidak suka pada Tak Gu. Ma Jun menghina Tak Gu dengan kata-kata kotor, Tak Gu tersinggung, dia memandang Ma Jun dengan marah dan mengepalkan tangannya.
Belum sempat membela diri, Mi Sun keluar dari kamar nenek dan Tak Gu langsung mengajak ibunya untuk cepat pulang. Mi Sun melihat Tak Gu dan jalan menuju kamar Nyonya Seo untuk berpamitan. Di dalam kamar, Nyonya Seo memecahkan vas bunga dan minum-minum (Nyonya Seo merasa frustrasi karena dia takut posisinya tersaingi dengan kehadiran Mi Sun dan Tak Gu). Mi Sun minta maaf pada Nyonya Seo karena sudah membuat keributan, tapi dia memohon pada Nyonya Seo untuk menjaga Tak Gu. Tak Gu kaget dengan perkataan ibunya, dia minta ibunya untuk tidak bicara omong kosong dan minta ibunya cepat membawanya pulang. Ibunya tidak mau, dia mengatakan pada Tak Gu kalau mulai hari ini, Tak Gu akan tinggal di rumah ini, karena ini adalah rumah ayah Tak Gu, jadi ini rumah Tak Gu juga. Tak Gu harus tinggal dan tidur di rumah ini mulai sekarang. Tak Gu juga akan makan di sini dan pergi ke sekolah dari rumah ini. Tak Gu tidak suka dan tidak mau tinggal di rumah itu, dia ingin tinggal di rumah di Cheongsan, tidur dan makan di sana, juga sekolah di Cheongsan
Kedua ibu anak itu beradu mulut, Tak Gu kesal pada ibunya yang terus memaksanya dan mengira ibunya sudah lelah menjaga Tak Gu. Mi Sun menjelaskan kalau dia melakukan semua itu untuk Tak Gu, bukan karena dia lelah menjaga Tak Gu. (Padahal dia memang merasa berat menjaga Tak Gu sendirian, dia merasa tidak menjadi ibu yang baik selama ini karena tidak bisa mencukupi kebutuhan Tak Gu, makanya dia merelakan Tak Gu untuk tinggal bersama ayahnya yang kaya, dengan begitu kebutuhan Tak Gu akan tercukupi).
Mi Sun tau Tak Gu ingin menjadi orang yang sukses, jadi jika Tak Gu tinggal di rumah ini bersama presiden, Tak Gu bisa menjadi orang yang sukses seperti presiden. karena ayah Tak Gu akan membukakan jalan untuk Tak Gu. Nenek dan Trio Goo memperhatikan Tak Gu dan ibunya yang masih berkeras satu sama lain.
Tak Gu : “aku tidak perlu menjadi orang sukses, aku hanya ingin menjadi anakmu!! (Tak Gu menangis) ibu… aku akan jadi anak yang baik, aku janji aku tidak akan berkelahi lagi dengan Ki Won dan aku tidak akan mencuri roti lagi dan aku juga tidak akan nakal, jadi jangan pergi sendirian dan meninggalkan ku di sini bu… jangan meninggalkanku di sini…” Tak Gu semakin terisak. Mi Sun berkaca-kaca, tapi dia menguatkan Tak Gu dan memegang lembut bahu Tak Gu. “Kau seorang pria bukan?” tanya Mi Sun, Tak Gu mengangguk, Mi Sun melanjutkan, “ketika kau menjadi pria, kau dapat bertahan dari rintangan bukan? jika kau bersembunyi di balik ibumu seperti ini, kapan kau bisa menjadi seorang pria? harapan terbesar ibumu ini adalah melihat anak laki-lakinya menjadi orang sukses yang sesungguhnya. tidakkah kau mau mewujudkan impian ibumu ini? hah?”.Tak Gu mengangguk melihat ibunya. Mi Sun senang, “Aku tau kau akan setuju. anakku benar-benar yang terbaik”. Mi Sun lalu membelai lembut kepala Tak Gu yang masih menangis. “jangan kelaparan, jangan menyerah! tidak peduli bagaimanapun susahnya di masa mendatang, kau harus dapat menghadapinya dengan senyuman, seperti pria sejati. apakah kau mengerti?” pesan Mi Sun pada Tak Gu. Mi Sun sebenernya juga tidak tega, tapi dia menguatkan dirinya sendiri agar air matanya tidak jatuh dan tidak membuat Tak Gu menjadi orang yang lemah, Mi Sun berusaha tegar di hadapan Tak Gu meskipun hatinya sakit.
Setelah yakin Tak Gu mencerna perkataannya dengan baik, Mi Sun lalu pergi meninggalkan Tak Gu dan rumah itu. Tak Gu mau mengejar ibunya tapi dihalangi oleh Bibi Gong. Tak Gu meronta, menangis memanggil-manggil ibunya, tapi Mi Sun tidak menoleh. Mi Sun menangis dan menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Tak Gu dan terus berlari. Nenek dan pelayannya ikut sedih melihat Tak Gu menangis. Nyonya Seo masih minum-minum dan dia mendengar suara tangisan Tak Gu dari dalam kamar.
Setelah di luar rumah, Mi Sun berjalan pelan. ternyata Manager Han juga sudah menunggunya. tanpa ba bi bu, Manager Han langsung bertanya sinis pada Mi Sun: “kau pikir kau akan selamat dengan melakukan ini?
Manager Han: “jadi kau membawa anakmu sendiri masuk ke kandang harimau?” Mi Sun: “bukankah tempat yang paling aman untuk anak harimau adalah kandang harimau?” Manager Han: “kau akan menyesali tindakanmu hari ini. aku akan memastikannya” Mi Sun tidak takut “kita lihat saja Manager Han. seorang ibu bisa melakukan apapun untuk anaknya. Jika kau berani menyentuh Tak Gu-ku sedikitpun. aku tidak akan pernah memaafkanmu!! “. Mi Sun akhirnya pergi.
Nenek meminta Tak Gu untuk berhenti menangis karena jika Tak Gu terus menangis, hati ibunya juga akan sakit. Tak Gu sangat sedih ditinggal ibunya, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Nenek mengeluarkan sapu tangan dan mengusap air mata Tak Gu dengan lembut (keliatan banget, kalo nenek sayang sama Tak Gu, aku juga jadi sayang ama nenek ^^).
Nyonya Seo tambah stress mendengar tangisan Tak Gu yang tak berhenti-berhenti, dia keluar kamar lalu menampar Tak Gu. Nenek shock, “menantu!!”, pekik nenek. Nyonya Seo berteriak dan marah-marah pada Tak Gu karena berisik. Tak Gu memegangi pipinya yang sakit. Nenek membela Tak Gu. Di bawah pengaruh alkohol, Nyonya Seo berani melawan ibu mertuanya, dia mengeluarkan semua uneg-uneg kekesalannya pada nenek selama ini karena mengijinkan Mi Sun mengandung dan melahirkan anak, dan juga mengijinkan Tak Gu masuk ke rumah (keluarga) mereka. Nyonya Seo kalap dan membentak-bentak nenek
Nenek shock dengar menantu satu-satunya itu berani membentaknya, nenek berteriak balik : “apa kau minum? kau berani mabuk di depan ibu mertuamu?”. Nyonya Seo : “benar! aku mabuk! tanpa alkohol, aku tidak akan bisa menerima semua kenyataan ini. kenapa? apakah aku tidak bisa melakukan sedikit saja yang kuinginkan?”. Nenek kesal dan menyuruh Bibi Gong untuk mengantar menantu (durhaka)nya kembali ke kamar untuk istirahat. Sebelum pergi, Nyonya Seo mengancam nenek : “tunggu dan lihat saja bagaimana aku akan memperlakukan anak ini kelak. Ibu, masalah yang kau ciptakan ini, tunggu apa yang akan terjadi, aku akan segera membuatmu mengerti”. Tak Gu menatap Nyonya Seo ketakutan.
Ternyata Nyonya Seo tidak kembali ke kamarnya, tapi malah pergi ke pesta di kebun dan berjalan sempoyongan. Tamu-tamu melihat Nyonya Seo dengan aneh. Dia meracau di depan suaminya, dia setuju untuk mengijinkan Tak Gu tinggal di rumah mereka, tapi dengan satu syarat. Dia tidak mengijinkan suaminya untuk memberikan nama keluarga mereka pada Tak Gu. Lalu Nyonya Seo menyuruh Manager Han untuk segera menyiapkan mobil, karena dia ingin pergi ke Cheongpyeong.
Di dalam rumah, Tak Gu duduk sendirian, termenung memikirkan sesuatu. Di kamarnya nenek juga sedang memikirkan pembicaraannya dengan Mi Sun tadi.
Flashback Nenek memberikan amplop berisi uang kepada Mi Sun sebagai kompensasi atas penderitaan yang dialami Mi Sun selama ini, nenek juga akan membelikan rumah untuk Mi Sun dan menjamin masa depan Mi Sun. Tapi Mi Sun menolak semua pemberian nenek, dia hanya berharap nenek mengijinkannya untuk bertemu dengan Tak Gu sekali atau dua kali dalam setahun. Hal itu sudah cukup untuk Mi Sun. Nenek memaksa Mi Sun untuk menerima pemberian nenek, tapi Mi Sun tetap menolak karena dia tidak ingin menjadi wanita dan ibu yang jahat yang melahirkan anak hanya karena uang. Jika dia menerima uang pemberian nenek, dia takut kelak tidak bisa bertemu Tak Gu lagi dengan kepala tegak. Nenek melihat Mi Sun dengan sayang dan terharu sekaligus bangga dengan budi pekerti Mi Sun yang luhur, meskipun Mi Sun tidak mengenyam pendidikan yang tinggi. Flashback end..
Nenek menyesal dan berharap jika saja menantunya, Nyonya Seo memiliki setengah saja kebaikan budi Mi Sun, lalu nenek menghela nafas.
Mi Sun pulang ke Cheongsan, dia berpapasan dengan Yu Kyung, Yu Kyung menyapa Mi Sun, tapi karena tidak konsentrasi, Mi Sun tidak menyadari kehadiran Yu Kyung.
Bapak Ibu Man Hee melihat Mi Sun dengan cemas karena Mi Sun terlihat pucat dan bertanya kenapa Mi Sun pulang sendirian, tidak bersama Tak Gu. Ibu Man Hee bingung ketika Mi Sun bilang bahwa Mi Sun meninggalkan Tak Gu di rumah ayahnya di Seoul. Mi Sun jatuh terduduk di bangku, menangis dan memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sakit. Mi Sun merasa setengah bagian jiwanya terpisah dari dirinya, Mi Sun terus memukul-mukul dadanya yang sesak. Hatinya terluka, sakit, bagaaimanapun juga dia adalah seorang ibu yang menyayangi anaknya, dan demi anak yang disayanginya itu, dia rela mengorbankan kebahagiannya sendiri dan berpisah dari Tak Gu demi kesuksesan Tak Gu. Mi Sun menangis meraung dan terus bertanya pada dirinya sendiri, “kenapa begitu sakit? kenapa sangat menyakitkan?”
Yu kyung mengintip Mi Sun dari balik pintu depan rumah dan merasa sedih. Ketika mau pergi, Yu Kyung kaget, ternyata ayahnya juga mengintip ke rumah Tak Gu, ayahnya tanya apa anak yang membuat kepalanya sakit itu tinggal di rumah itu, Yu Kyung menggelengkan kepalanya, melindungi Tak Gu dari ayahnya, lalu bergegas pergi. Ayahnya masih penasaran dan mengintip lagi.
Presiden masuk ke dalam rumah, dan melihat Tak Gu yang sedang terduduk diam, presiden mengingat pertemuannya dengan Tak Gu ketika Tak Gu mencuri roti di pabrik dan ingat pembicaraannya dengan Mi Sun tentang arti tak gu. Tak Gu bergumam, bertanya-tanya: “bagaimana bisa ibu meninggalkan anaknya di sini? dia sungguh tidak bertanggung jawab”. Tak Gu masih kesal pada ibunya yang bisa-bisanya meninggalkan dia di rumah presiden. Presiden mendengar gumaman Tak Gu dan menegurnya “apa yang kau lakukan di sana?”. Tak Gu menoleh karena ada yang berbicara, dia kaget dan langsung berdiri, Tak Gu tidak menyadari dari tadi presiden terus memperhatikannya. Presiden mengulang pertanyaannya dan Tak Gu menjawab “hanya sedang memikirkan sesuatu”. Presiden heran, “berfikir?” Tak Gu bilang bahwa dia belum siap hidup terpisah dari ibunya, dia tidak tau bagaimana akan hidup mulai sekarang, jadi dia memikirkan semua itu dengan cermat. Presiden tersenyum mendengar perkataan Tak Gu dan bilang kalau Tak Gu tidak perlu memikirkan hal yang tidak berguna seperti itu. Tak Gu hanya perlu mengambil manfaat dari semua ini dan rumah (presiden) ini akan memberikan semua yang Tak Gu perlukan. Tapi Tak Gu masih bingung karena masih ada hal yang belum jelas baginya seperti, bagaimana tiba-tiba presiden bisa menjadi ayahnya, dan dia tidak tau bagaimana akan memanggil presiden sekarang.
Presiden ingin menjawab pertanyaan Tak Gu, tapi tiba-tiba ada yang memanggilnya, presiden menoleh dan melihat Ma Jun yang datang memberitahukan bahwa sudah waktunya makan malam. Presiden menoleh pada Tak Gu, tersenyum lalu meninggalkan Tak Gu (ih, bapaknya gimana sih, kok Tak Gu nya ga diajak makan malam juga). Ma Jun mendekati Tak Gu dan berkata dengan sinis pada Tak Gu untuk tidak bermimpi menjadi anak presiden dan memiliki rumah mewah ini, karena hal itu tidak mungkin. Ma Jun menyuruh Tak Gu untuk menghilang dan pergi dari rumah ini segera. mereka berdua berhadapan dan muka Ma Jun hanya beberapa senti dari muka Tak Gu, Ma Jun melanjutkan “jika kau terus tinggal di sini, aku tidak bisa menjamin kau tidak akan mati di sini karena ibuku tidak akan pernah memaafkanmu. Sebelum dia menendangmu keluar dari sini, sebaiknya kau lari dan sembunyi di pelukan ibumu”. Tak Gu marah, dia mengepalkan tangannya, tapi dia berusaha untuk menahan emosinya karena dia sadar posisinya saat itu. Untung saja, Bibi Gong datang dan mengajak mereka untuk makan malam.
Tak Gu sampai di ruang makan, semua orang memandangnya, lalu nenek menyuruh Tak Gu untuk duduk di sebelahnya. Nenek heran karena kursi Nyonya Seo masih kosong dan tanya di mana Nyonya Seo. Ja Kyung menjawab bahwa ibunya pergi ke Cheongpyeong untuk menenangkan diri dan akan kembali besok. Suasanya jadi tidak enak dan nenek meminta mereka untuk segera makan. Tak Gu menatap Ma Jun dan ingat ancaman Ma Jun, lalu menatap Ja Kyung yang cuek dan kursi kosong Nyonya Seo dan ingat tamparan Nyonya Seo padanya.
Tak Gu tidak berselera untuk makan meskipun semua makanannya terlihat enak, tapi dia ingat pesan ibunya untuk tidak kelaparan dan tidak menyerah. Dalam kegelapan, Mi Sun juga bilang pada Tak Gu dari jauh untuk tidak lapar dan jangan menyerah, tidak peduli bagaimana sulitnya masa depan, Tak Gu harus menghadapinya dengan senyuman seperti pria sejati. Setelah mengingat semua nasehat ibunya itu, Tak Gu lalu makan dengan rakus (tapi sedih) dan menyuapkan banyak makanan ke mulutnya sampai penuh. Tak Gu mengunyah makanannya dengan pahit, air matanya mengalir mengingat ibunya dan penderitaan mereka selama ini. Semua memandang Tak Gu dengan aneh, kecuali Ma Jun yang melihatnya dengan jijik. Nenek menegur Ma Jun karena mencela Tak Gu dan nenek memberikan daging ke piring Tak Gu. Tak Gu makan sambil terus menangis, Mi Sun juga menangis ingat Tak Gu.
Di Cheongpyeong, Nyonya Seo murka pada Manager Han, dia marah karena Manager Han membiarkan Mi Sun menampakakan diri lagi di depan dia dan membiarkan Tak Gu masuk ke rumahnya. dia benar-benar marah pada Manager Han yang membiarkan anak Mi Sun lahir dan hidup di dunia. Manager Han membela diri, dia tidak tega membunuh Mi Sun dan anaknya yang masih berlumuran darah sehabis melahirkan waktu itu. Nyonya Seo tertawa sinis, “Jadi, kau membiarkan mereka pergi karena kasihan?, hanya karena dia menyedihkan, kau membiarkan dia pergi dengan mudahnya? “. Manager Han bilang lagi “Waktu itu dia sudah kuperingatkan dan mendapat cukup pelajaran, dan dia sangat tahu resikonya dan tidak akan pernah menampakakan diri lagi”. Nyonya Seo menangis sedih dan melayangkan tangannya ingin menampar Manager Han, tapi dia menahan tangannya di udara karena tidak bisa melakukan itu pada ayah dari anaknya. Manager Han juga sedih melihat wanita yang dicintainya itu terluka, untuk menenangkan Nyonya Seo dia lalu menarik Nyonya Seo ke dalam pelukannya dan minta maaf. Nyonya Seo membalas pelukan Manager Han dan bilang “Di dunia ini tidak ada seorangpun yang mendukungku, tidak seorangpun yanng memahamiku, selain kau, tidak ada yang lain, apa kau tahu?”. Manager Han mengangguk mengerti dan minta maaf lagi, dia berjanji tidak akan membiarkan Nyonya Seo terluka lagi seperti ini. Nenek merenung di kamarnya dan merasa sedih, presiden juga duduk memikirkan sesuatu. Mi Sun berbaring di samping bantal Tak Gu dan mengucapakan selamat malam pada bantal Tak Gu. Sedangkan Tak Gu duduk di kursi taman malam-malam, masih berpikir.
Beberapa hari kemudian, Ibu Man Hee berteriak memanggil-manggil Mi Sun: “Tak Gu eomma!! Tak Gu eomma!! kau dapat surat, Tak Gu mengirimimu surat”. Mi Sun terkejut senang, di bangku depan, dia merobek surat Tak Gu dengan tergesa-gesa. Tak Gu mengawali suratnya, “Ibu, apakah kau hidup dengan baik? aku baik-baik saja”. Mi Sun tersenyum dan senang mengetahui Tak Gu baik-baik saja. Tak Gu : “Aku makan dan tidur dengan baik. dan aku juga melakukan yang terbaik di sekolah baruku. Guruku sangat baik dan teman sekelasku juga mudah bergaul”. ” Aku juga menghabiskan waktu bersama dengan keluarga di Seoul” (padahal aslinya ketika Tak Gu pulang dari sekolah, dia kesepian, rumah itu besar, tapi orang-orangnya pada sibuk sendiri).
“Kak Ja Kyung setiap hari membantuku mengerjakan PR sekolah”
“Ja Rim selalu menceritakan padaku hal-hal yang lucu”.
“Ma Jun yang seumuruan denganku, memintaku untuk bermain sepak bola bersamanya setiap hari”. “Bu, setiap hari aku sangat sibuk dan juga meskipun nyonya tidak menunjukkannya, aku tau dia peduli padaku”. Tak Gu menyapa Nyonya Seo dan bilang bahwa dia hanya ingin minum karena haus, tapi Nyonya Seo cuek saja dan berlalu pergi.
Ketika Nyonya Seo melewati Tak Gu, Tak Gu menungkupkan kedua tangannya menutupi pipinya karena takut kena tampar Nyonya Seo lagi. Meskipun sebenarnya Tak Gu tidak betah dan tidak suka tinggal di rumah itu karena Nyonya Seo dan Trio Goo tidak menyukainya dan dia selalu kesepian, tapi dia berusaha bertahan dengan mengingat semua pesan ibunya agar ibunya tidak khawatir. Tak Gu membohongi Mi Sun bahwa dia hidup dengan baik agar Mi Sun tidak cemas dan dia meminta pada ibunya untuk tidak mengkhawatirkannya karena dia makan teratur dan tidur nyenyak. Tak Gu berjanji akan menulis surat untuk ibunya lagi. Mi Sun membaca surat tak gu dengan tangis bahagia dan bangga. Ibu Man Hee meyakinkannya bahwa Tak Gu baik-baik saja. Mi Sun lalu memeluk surat Tak Gu dengan erat dan mengusap air matanya.
Tak Gu heran, Ja Kyung menggedor-gedor pintu kamarnya dan melihat Trio Goo berdiri de depan kamarnya. Ja Kyung bertanya apakah Tak Gu mengambil pensil mekanik yang ada di mejanya. tak Gu bingung, dia tidak tau apa itu pensil mekanik. Ja Rim menjelaskan bahwa ayahnya membeli pensil itu ketika dia ada urusan bisnis di Jepang, pensil itu bentuknya mirip seperti bolpoin. dan sekarang pensil itu hilang. Tak Gu baru mengerti, tapi dia bilang tidak pernah melihat pensil itu. Ma Jun langsung bilang kalau Tak Gu itu pembohong. dia melihat Tak Gu kembali dari kamar Ja Kyung beberapa waktu lalu. Tak Gu membenarkan kalau dia pergi ke kamar Ja Kyung, dia ke sana karena ingin bertanya tentang pr matematikanya pada Ja Kyung, tapi dia melihat kakaknya itu sedang sibuk makanya Tak Gu pergi. Ma Jun terus menuduh Tak Gu berbohong, tapi Tak Gu membela diri, kenapa dia harus berbohong. Untuk membuktikannya, Ja Kyung minta Tak Gu mengijinkannya masuk ke kamar Tak Gu, tanpa menunggu jawaban Tak Gu, Ja Kyung langsung masuk kamar Tak Gu dan membuka-buka laci Tak Gu dan mencari ke segala sudut, tapi dia tidak menemukan pensil mekaniknya. Ja Kyung kesal, akhirnya Ma Jun masuk dan langsung membuka laci meja belajar Tak Gu dan dengan cepat dan tepat menemukan pensil mekanik Ja Kyung.
Ma Jun bilang : “aku menemukannya, ini pensilmu kan kak? ini adalaah pensil mekanik kakak yang hilang. aku benar. aku bilang dia pasti mencurinya”. Tak Gu shock pensil itu ada di lacinya, dia langsung membantah, “aku tidak berbohong!! aku tidak mencurinya!! ini benar, percayalah padaku”. Ja Kyung berpikir, Ma Jun terus mendesak Tak Gu, jika bukan Tak Gu yang mengambil kenapa juga itu pensil ada di lacinya. Tak Gu tidak tahu hal itu karena dia tidak melakukannya. “Bagaimana aku tau kalau itu di sana? ah…aku tidak bisa mengeluarkan hatiku untuk menunjukkannya padamu agar kau percaya…” Tak Gu menepuk-nepuk dadanya “aaahhh,,, aku akan gila”, gumam Tak Gu. Ma Jun malah ngejek Tak Gu dan bilang “Meskipun kau gila, tidak ada seorangpun di sini yang akan percaya kata-katamu dan juga kau sangat ahli mencuri sebelumnya. Pertama kali aku melihatmu di Pabrik Cheongsan, bukankah kau tertangkap basah mencuri roti? pertama roti, kemudian pensil mekanik kak Ja Kyung. lalu apa selanjutnya? apa yang akan kau curi besok? apa kau juga akan mencuri posisiku?”.
Tak Gu menatap Ma Jun tajam dan mengepalkan tangannya. Ma Jun masih terus menghina dan memojokkan Tak Gu. Tak Gu tidak tahan lagi dan mencengkeram kerah baju Ma Jun “Jika kau terus menghinaku dengan kata-kata kotor seperti itu, aku akan membungkam mulutmu!”, ancam Tak Gu. Ja Kyung dan Ja Rim kaget dengan reaksi Tak Gu. Ma Jun nantang balik, “Apa yang kau lakukan jika aku tidak diam?”.
Tak Gu benar-benar kesal dan sudah akan melayangkan tinjunya di muka Ma Jun kalau saja nenek tidak datang dan melerai mereka. Nenek marah melihat cucu-cunya berkelahi. Di kamar nenek, Ma Jun bilang pada nenek kalau Tak Gu mencuri pensil mekanik Ja Kyung. Nenek terkejut, Tak Gu meyakinkan nenek kalau dia tidak pernah mencuri pensil Ja Kyung dan dia sumpah dia berkata jujur. Tapi Ma Jun bilang lagi kalau dia yakin, dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Nenek meragukan Ma Jun : “Kau melihat Tak Gu mencuri sesuatu, apa kau yakin?” Ma Jun meyakinkan nenek, “Lalu apakah aku yang berbohong? nenek juga melihatnya, dia akan memukulku. Kebohongannya terbongkar, jadi dia menggunakan kekerasan. Tapi nek, apakah kau akan membelanya?”, tanya Ma Jun. Tak Gu benar-benar sangat kesal pada Ma Jun, diam-diam dia mengepalkan tangannya lagi. Nenek bingung, lalu bertanya pendapat Ja Kyung yang bilang kalau sebenarnya dia tidak yakin pensilnya dicuri oleh Tak Gu, tapi fakta bahwa pensilnya ditemukan di laci Tak Gu tidak bisa disangkal lagi. Nenek tanya pada Tak Gu apa itu benar, dan dijawab Tak Gu kalau itu benar, tapi Tak Gu tetap bilang dia tidak tau kenapa pensil Ja Kyung bisa ada di lacinya.
Tak Gu minta orang-orang percaya padanya. Trio Goo terlihat tidak percaya dengan ucapan Tak Gu. Nenek akhirnya mengambil keputusan dan menyuruh Tak Gu untuk tetap tinggal sedangkan Trio Goo pergi istirahat. Ma Jun tersenyum menang pada Tak Gu.
Nenek mengambil rotan dan menyuruh Tak Gu untuk berdiri. Tak Gu berdiri dengan enggan, nenek memukul kaki Tak Gu lima kali. Ternyata Trio Goo belum pergi, mereka mencuri dengar apa yang terjadi di dalam kamar nenek. Ma Jun mendengar pukulan rotan nenek untuk Tak Gu dan tersenyum puas. Ja Kyung merasa aneh dan curiga sesuatu, dia memanggil Ma Jun. Ja Kyung memperingatkan Ma Jun untuk tidak melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu lagi. Dia tahu kalau Tak Gu tidak mencuri pensilnya dan Ma Jun lah yang berbohong. Ma Jun mencoba menyangkal tapi Ja Kyung sadar Ma Jun yang merencenakan semua itu jadi dia tau persis letak pensil mekanik Ja Kyung di laci tengah meja Tak Gu,Ja Kyung bilang kalau dia juga tidak menyukai Tak Gu, tetapi dia membenci cara yang kekanakan. Dia akan memaafkan Ma Jun kali ini, karena Ma Jun adiknya, tapi dia tidak akan melepaskan Ma Jun lain kali. Ja Rim juga kesal pada Ma Jun yang kekanak-kanakan, tapi Ma Jun tidak peduli dengan pendapat Ja Rim. Ma Jun lalu masuk kamarnya dengan kesal dan langsung menghempaskan diri di kasur.
Tak Gu sudah selesai menerima hukumannya, nenek tanya apa Tak Gu menyesal sekarang, apakah Tak Gu marah. Nenek menasehati Tak Gu bahwa akan lebih banyak lagi hal seperti itu kelak. Orang lain akan menuduhmu melakukakan hal yang tidak kau lakukan. Kebaikanmu juga akan dimanfaatkan orang jahat. Ada beberapa orang di dunia ini yang menyayanginya tapi akan lebih banyak lagi yang akan mencoba menjatuhkannya. “Ketika kau mengalami kejadian buruk, kau akan merasa diperlakukan dengan tidak adil dan menjadi marah, tapi bagaimanapun juga kemarahan tidak bisa menyelesaikan masalah. Pukulanmu (kekerasan) tidak berguna untuk masa depanmu”, kata nenek. Tak Gu mendengarkan nasehat nenek dengan baik, tapi dia tanya,”Kau bilang tidak bisa selalu marah dan menggunakan kekerasan, lalu apa yang harus aku lakukan?”. Nenek menjawab, “Kau tidak boleh goyah, jika kau benar-benar tidak bohong. maka kau tidak boleh goyah sedikitpun. Tidak peduli jika itu kesalahpahaman atau sudah direncanakan, kau harus bertahan. Bagaimanapun juga kebenaran yang akan menang”.
Tak Gu tidak percaya perkataan nenek karena dia benar-benar tidak mencuri tapi nenek menghukumnya. Nenek mengangguk mengerti, tapi Tak Gu masih bingung, lalu kenapa nenek menghukumnya. Nenek bilang kalau dia tidak menghukum Tak Gu, tapi dia sedang mendidik Tak Gu. Jika nenek membela Tak Gu di hadapan Trio Goo, mungkin mereka akan semakin membenci Tak Gu dan tidak membiarkan Tak Gu hidup tenang. Tak Gu masih polos, dia tidak terlalu mengerti nasehat-nasehat nenek.
Tak Gu duduk di kursi taman dan memegangi kakinya yang perih, lalu Ja Rim mendatanginya dan membawakan obat untuk Tak Gu. Ja Rim tanya apakah nenek juga memberikan pengertian pada Tak Gu, Ja Rim cerita kalau nenek punya kebiasaan unik, setiap kali habis menghukum orang nenek selalu bilang, Aku tidak menghukummu, tapi aku sedang mendidikmu. Ja Rim menirukan kata-kata nenek yang diucapkan juga kepada Tak Gu. Tak Gu mengangguk mengerti. Ja Rim juga tanya apakah Tak Gu memutuskan akan berdiri di pihak nenek, Tak Gu bingung, mereka adalah keluarga kenapa harus ada siapa yang berpihak pada siapa. Ja Rim menjelaskan kalau keluarganya memang seperti itu, ayah memihak nenek, Ma Jun berpihak pada ibunya, dan Kak Ja Kyung memihak dirinya sendiri.
Tak Gu lalu tanya Ja Rim ada di pihak siapa, di jawab Ja Rim, kalau dia tidak memihak siapa-siapa, dia netral. Karena dia tidak terlalu tertarik dengan urusan seperti itu, itulah sebabnya nenek dan ibunya juga tidak terlalu menyukai Ja Rim. Ja Rim menasehati Tak Gu sebagai teman untuk memilih netral sebagai pilihan terbaik. Menurutnya ibu dan nenek itu tidak terlalu berbeda. sepertinya mereka tidak terlalu mencintai anak-anaknya karena mereka lebih mementingkan kekuasaan. Tak Gu heran, kenapa Ja Rim mengatakan semua hal itu padanya. Ja Rim bilang kalau dia hanya ingin mengatakan kebenaran, lalu dia tersenyum bersahabat sambil berkata “aku menyukaimu, cool boy!” (Ja Rim pikirannya lebih terbuka daripada saudaranya yang lain).
Tak Gu senyum dan mengucapkan terima kasih dengan formal, tapi Ja Rim menyuruhnya untuk tidak menggunakan bahasa formal saat mereka bicara, lalu Tak Gu mengoreksi ucapannya dan bilang “terima kasih kak”. Ja Rim lalu berdiri hendak masuk ke dalam, dia menasehati Tak Gu untuk tidak mendekati rumah di bawah karena rumah itu terlarang, hanya ayah yang boleh masuk dan ayahnya tidak suka diganggu. Jika Tak Gu tidak berhati-hati dan tertangkap, tidak seorangpun tau apa yang akan terjadi (di mansion tempat tinggal presiden ini ada beberapa bangunan, rumah utama yang kayak istana dan bangunan rumah lain di dekat halaman).
Setelah Ja Rim pergi, Tak Gu memandangi rumah terlarang itu dan dia heran kenapa keluarga ini begitu rumit. Ternyata Manager Han dari tadi mengawasi Tak Gu dari jauh.
Malamnya ketika Tak Gu tidur, hidungnya mencium bau yang sedap. Tak Gu heran bau apa itu, lalu Tak Gu bangun dari tidurnya dan dia mengenali bau sedap itu sebagai aroma roti. Tak Gu kemudian turun ke lantai bawah , hidungnya mengendus-endus asal aroma itu, tapi matanya tetep merem Tak Gu menuju dapur karena dikiranya itu pasti berasal dari ruang makan. Dia membuka matanya tapi ternyata bukan tidak ada apa-apa di sana, lalu dia berbalik dan keluar rumah dan melihat ke rumah terlarang yang cerobongnya mengeluarkan asap.
Dia sadar ternyata aroma sedap roti tadi berasal dari rumah terlarang. Tak Gu penasaran dan ingin melihatnya, tapi ketika akan melangkah dia ingat nasehat Ja Rim untuk tidak mendekati rumah terlarang itu. Dia berpikir sejenak dan tersenyum, Tak Gu mengambil keputusan dan Tak Gu berlari menuju rumah terlarang, membuka pintu dengan pelan dan hati-hati lalu masuk ke dalam rumah itu. Tak Gu melihat meja yang ada timbangannya dan penuh dengan bahan-bahan untuk membuat roti juga ada tungku yang menyala.
Dia berjalan mendekat perlahan-lahan tapi Tak Gu langsung sembunyi ketika mendengar suara langkah kaki, ternyata itu presiden yang memakai celemek.
Tak Gu mengintip dari balik jendela, presiden mendekati meja dan menutup matanya lalu menggerak-gerakkan tangannya (melakukan ritual pemanasan sebelum buat roti gitu, jadi rumah terlarang ini adalah tempat presiden mendapat inspirasi dan membuat rotinya, dan rahasaia roti lezat buatan presiden terletak di rumah ini, maka dari itu dia melarang siapapun untuk masuk ke rumah terlarang itu. Kelak, Tak Gu juga akan menirukan gerakan tangan presdir. Tak Gu melongo dan heran dengan yang dilakukan presiden.
Setelah selesai ritual, lalu presiden mulai menakar bahan-bahan, memasukkan tepung, gula, mentega, telur, susu dan bahan lain hingga jadi adonan, mengaduk-aduk adonan itu, menaburkan tepung ke meja dan mengulen-ulen adonan ke meja lalu memotong-motongnya menjadi bagian kecil, dibuat berbagai macam bentuk dengan olesan yang macam-macam. Tak Gu melihat tangan presiden yang cepat dan cekatan dalam membuat roti dan terpesona karenanya. dan saking asyiknya membuat roti, presiden tidak sadar kalau dia dilihat oleh Tak Gu. Tak Gu semakin terpana, roti selesai dibentuk dan dimasukkan ke tungku oven. Di dalam oven, rotinya mengembang dan matang dan melihat roti yang lezat itu, Tak Gu semakin melongo. Karena tidak tahan mencium aroma sedap roti itu, Tak Gu nekat mendekati roti tanpa peduli di situ ada presiden. Tapi tiba-tiba dari belakang ada yang membekap mulut Tak Gu dan menyeretnya, ternyata dia Manager Han yang memang selalu mengawasi Tak Gu setiap saat sejak Tak Gu tinggal di rumah itu. Presiden menoleh karena mendengar suara berisik, tapi di belakangnya tidak ada apa-apa, presiden lalu melanjutkan membuat rotinya.
Tak Gu diseret paksa oleh Manager Han keluar rumah terlarang. Tak Gu ingin melawan tapi kekuatannya tidak seimbang dengan Manager Han. Tak Gu tidak menyerah dan ketika Manager Han lengah, dia langsung melepaskan diri dari Manager Han dan lari sekuat tenaga menuju rumah terlarang lagi!. Tak Gu berhasil sampai rumah terlarang dan karena lari terlalu kencang, dia tersandung kursi dan menjatuhkan nampan roti yang tentu saja berisi roti buatan presiden tadi. Presiden mendengar suara ribut, lalu keluar dan melihat Tak Gu jatuh terbaring dan di sampingnya berserakan roti-roti buatannya tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar