Minggu, 01 Agustus 2010

siNopsis dRama bad gUy "episode 11"

Detektif Gwak dan Lee mendatangi gedung Haeshin untuk penyelidikan. Detektif Lee berkata "Sekarang kita punya saksi lagi. Jadi kita harus tahu segera siapa laki-laki itu. Kenapa anda tidak mengatakan hal seperti itu? Apa anda sudah mengontak Hong Tae Sung?". Detektif Gwak "Orang yang ingin kutemui adalah orang lain". (Mungkinkah Shim Geon Wook??).
Tae Sung mendatangi DIDIN Art Gallery. Sepertinya dia mencari-cari seseorang. Ji Yeon menghampirinya, "Selamat datang. Direktur sedang tidak ada di tempat". Tae Sung "Kau sendirian?". Ji Yeon tersipu "Apa? Ya" katanya mengangguk. Tae Sung "Kembalilah bekerja" katanya judes. Ji Yeon pun kecewa karena salah mengira (TT__TT poor Ji Yeon) "Baik.." angguknya lalu pergi.
Geon Wook terlelap karena kelelahan dan bersandar di bahu Jae In. Jae In membiarkannya sejenak walaupun dia harus kerja. Tak lama kemudian, Hp Jae In berbunyi. Jae In mengangkatnya perlahan agar tak membangunkan Geon Wook. Ternyata itu panggilan agar segera membawakan dokumen ke bagian PR. Dia lalu mengangkat kepala Geon Wook perlahan-lahan dan menyandarkannya ke tembok. Dia menatapnya sejenak kemudian pergi.
Setelah terbangun, Geon Wook menuju ruangannya namun dicegat oleh detektif Gwak dan Lee.
Detektif Gwak "Tuan Shim Geon Wook!"
Geon Wook "Ya. Kalian kesini ingin bertemu Direktur Hong? Dia sedang tidak ada di ruang kerjanya".
Detektif Gwak "Begitu ya? Beberapa waktu yang lalu kau pergi ke Mi Rang. Tapi aku tidak menemukan apapun di sana, makanya aku tak bilang apapun"
Geon Wook mengangguk "Ah! Aku memang pergi ke Mi Rang"
Detektif Gwak "Begitu ya. Apa kau ingat pertandingan sepakbola Korea vs Jepang pada 7 Maret lalu?"
Geon Wook mengingat-ingat "Korea vs Jepang? Pertandingan Korea vs Jepang... ehm...oh! Rasanya itu pertandingan yang kutonton bersama teman-teman action school. Kenapa kau menanyakan itu?"
Detektif Gwak "Action school?"
Geon Wook "Ya. Dulu aku adalah stuntman"
Detektif Gwak tersenyum "Oh... stuntman ya? Pasti kau punya banyak bekas luka di tubuhmu"
Geon Wook tak mengerti "Apa?"
Jae In yang kembali dari PR Department kebetulan lewat dan penasaran dengan apa yang Geon Wook serta para detektif bicarakan, sehingga diam-diam dia menguping.
Detektif Gwak "Sebagai stuntman, kau mungkin saja sering cedera. Ngomong-ngomong, apa kau punya bekas luka di punggung?"
Geon Wook merasa dia telah dicurigai "Tidak. Tidak ada. Kenapa kau bertanya di luar dugaan seperti itu?"
Detektif Gwak tersenyum "Tidak ada apa-apa"
Geon Wook "Kalau begitu aku mau kembali kerja" lalu dia pamit pergi.
Detektif Gwak dan Lee belum beranjak dari situ, begitu pula Jae In. Dia bersembunyi agar tak ketahuan. Detektif Lee bertanya "Ketua! Kenapa Tuan Shim Geon Wook?". Detektif Gwak "Aku mengejar pencuri itu di hari lainnya. Kau tahukan. Pencuri yang melihat Choi Sun Young yang sedang bertengkar?". Detektif Lee "Memang kenapa?". Detektif Gwak "Saat Shim Geon Wook datang dengan Hong Tae Sung. Dia menatap Shim Geon Wook. Dia bilang punggung Shim Geon Wook sama dengan tersangka". Detektif Lee "Benarkah?". Detektif Gwak "Tidak ada ruginya kita periksa kan? Selidiki latar belakang dan identitasnya juga alibinya". Detektif Lee "Baik", kemudian mereka pergi dari sana.
Jae In kembali ke galleri, sambil terus memikirkan percakapan detektif tadi. Tanpa disadarinya, Tae Sung menarik tangannya. Jae In terkejut "Tae Sung-shi. Bagaimana bisa kau datang kesini?". Tae Sung "Kenapa? Apa aku tak boleh melihat-lihat lukisan saat aku ingin? (melihat ke sebuah lukisan) Ini apa? Suram sekali" tanyanya. Jae In juga menatap lukisan itu dan berkata "Aku... beberapa waktu yang lalu pernah melukis. Setelah aku berhenti, aku tak pernah ingin melihat karya seni lagi. Suatu hari, dari jendela dari suatu gallery aku melihat lukisan. Seperti perasaanku saat itu. Aku menatap lukisan yang menggambarkan kesepian dan jalan menanjak yang menyakitkan. Aku jadi mengerti bahwa aku merasa dihibur oleh lukisan". Tae Sung diam-diam menatp Jae In lekat. Jae In tak menyadarinya dan tetap memandangi lukisan itu. Perlahan Tae Sung menggenggam jemari Jae In. Jae In pun menoleh, Tae Sung tersenyum malu. Dari belakang, Ji Yeon meihat mereka dan tampak senang untuk sahabatnya.
Di meja kerjanya, Geon Wook gelisah memikirkan kata-kata detektif Gwak tadi, dimana dia menanyakan alibinya saat Sun Young bunuh diri serta bekas luka di punggungnya. Ya, penyelidikan detektif itu mulai mengarah padanya. Sama halnya dengan Jae In, dia juga memikirkan perkataan detektif Gwak mengenai adanya bekas luka Geon Wook. Jae In tak sengaja sudah melihatnya saat berada di apartemen Geon Wook. Tapi kenapa Geon Wook berbohong pada detektif itu? jae In juga teringat pertanyaan aneh Geon Wook padanya "Apa kau mempercayaiku?"
Mone mendatangi apartemen Taera. Taera nampaknya sudah baikan dari sakitnya. Tapi Mone datang bukan untuk menjenguk, tapi untuk menanyakan kecurigaannya mengenai hubungan antara Geon Wook dengan kakaknya. Mone tampak marah.
Mone "Kakak, mereka bilang kau pergi ke villa kemarin"
Taera "Ya, aku kesana untuk menjemputmu. Tapi saat aku ke sana kau sudah pergi"
Mone "Aku baru bicara dengan penjaga villa. Dia bilang Geon Wook oppa juga ada di sana. Kalian berdua bersama-sama di sana sampai pagi?"
Taera menyangkal "Penjaga villa, Tn Kim pasti salah. Pria bernama Shim Geon Wook itu datang untuk menjemputmu. Tapi..."
Mone "Tapi?"
Taera "Saat kami katakan Supir Kang sudah menjemputmu, dia pergi"
Mone berkata dengan sinis "Dia langsung pergi ya? Apa itu benar?"
Taera "Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada Shim Geon Wook? Aku tak bisa menyetir karena flu. Aku tidur di sana dan pulang saat dini hari. Kenapa kau lakukan ini? Apa kau tahu betapa cemasnya ibu dan aku karena kau?"
Mone "Pembicaraan Kakak dan Geon Wook oppa di kantor Kak Tae Sung... Aku mendengar semuanya"
Taera terkejut "Apa?"
Mone "Apa yang terjadi antara kalian? Apa maksudmu dengan 'Sebuah kesalahan' dan 'Malu pada diri sendiri'? Apa yang terjadi antara kalian berdua?!!!" teriaknya
Taera berkata pelan "jangan berisik" lalu menyuruh pembantunya membangunkan So Dam agar tak mendengar percakapan mereka.
Suami Taera pulang, sehingga Taera berkata pada Mone "Kita bicarakan ini nanti". Jaksa Park terkejut "Oh. Adik ipar disini? Kau jadi sering datang ya" katanya sambil tersenyum. Mone "Ya, kakak ipar. Aku ada hal yang harus didiskusikan dengan kakak". Jaksa Park "Hal yang didiskusikan? Apa itu? Apa sesuatu yang penting?". Mone "Ya. Sangat penting. Sesuatu yang sangat penting ingin kudengar dari kakak" sambil menatap tajam Taera. Jaksa Park "Begitu ya". Mone menarik tangan Taera "Kakak, bicaralah!". Taera tak menjawab, tapi berkata pada pelayannya "Nn Yang, tolong bawa So Dam". Nn Yang bersedialalu Taera kembali menatap Mone dengan ekspresi biasa "Mone, apa kau mau makan malam di sini?". Mone "Aku pergi" katanya sambil keluar.
Jaksa Park berkata "Adik ipar banyak bikin masalah akhir-akhir ini. Apa karena laki-laki yang dia kencani?". Taera gugup "Apa?". Jaksa Park "Bukankah adik ipar mengencani seorang pria? Aku tak sengaja mendengar percakapanmu dengan ibu mertua dulu. Lelaki macam apa yang membuatnya sampai seperti ini? Membuatku ingin bertemu... siapapun dia" katanya tersenyum tanpa curiga.. Jaksa Park lalu mencari-cari So Dam untuk bermain. Kini Taera termenung sendiri memikirkan langkah apa yang harus dia lakukan. Sementara itu, sambil menunggu pintu lift terbuka Mone mencoba menelepon Geon Wook. Namun yang menjawab hanya voicemail. Mone kecewa "Geon Wook oppa!" gumamnya gundah.
Ternyata Geon Wook sedang mengadakan pertemuan dengan Tn Kang di sebuah restoran.
Geon Wook "kolega senior saya sedang bermasalah tentang modal. Saya kehilangan banyak investasi karenanya. Sehingga saya tak tertarik di sektor itu".
Tn Kang "Dan nama perusahaannya?".
Geon Wook "Ah...namanya Team Acts, sebuah perusahaan IT. Salah satu pemiliknya adalah Direktur Hong Tae Kyun dari Haeshin Group".
Tn Kang terkejut "Apa?".
Geon Wook "Kolega saya benar-benar kacau, karena percaya kata-kata Hong Tae Kyun. Kolega saya itu akhirnya kehilangan jutaan uang dan bunuh diri".
Tn Kang tampak gelisah dan langsung meminum segelas soju. Hp Tn Kang berdering, dia berbicara dengan seseorang dan sepertinya dia berjanji untuk segera bertemu orang itu. Tn Kang minta maaf pada Geon Wook karena harus segera pergi. Geon Wook tak keberatan dan berterima kasih pada Tn Kang.

Saat Tn Kang masuk ke mobil, dia teringat kata-kata Geon Wook sebelum dia pergi "Mereka bilang the regional Direktur Hong Tae Sung is known only as self seeking profitier". Tn Kang jadi gelisah. Sementara itu Geon Wook memandanginya dari jauh seolah-olah berharap Tn Kang mengambil umpannya.
Geon Wook mendapat telepon dari seseorang, lalu dia berkata "Ya. Ini aku. Kami sudah selesai. Kuharap dia akan merenungkannya. Apakah dia dan Hong Tae Kyun akan melanjutkan usaha yang beresiko tinggi? Ataukah dia akan membuang Hong Tae Kyun dan bertahan sendiri? (tertawa licik). Mari diam dan amati saja apa yang terjadi".
Ternyata Tn Kang bertemu dengan Tae Kyun di suatu tempat sunyi di bawah jembatan. Tae Kyun lalu masuk ke mobil Tn Kang.
Tae Kyun tersenyum "Lama tak bertemu, senior! Perjalananmu ke Eropa lancar?"
Tn Kang "Ya"
Tae Kyun "Ngomong-ngomong, aku menerima sejumlah saham Enta Bio di rumah. Apa yang terjadi?"
Tn Kang bingung "Menerima dokumen sahan di rumah? Apa maksudmu?"
Tae Kyun tertawa "Begitulah maksudku. Buang saham Enta Bio sesegera mungkin. Simpan dana di rekening untuk saat ini. Dan... saat aku mengontakmu, transfer uangnya segera"
Tn Kang mengangguk "Baik"
Tae Kyun "Aku mempercayaimu, senior. Kau tahu itu kan? Setelah masalah ini mendapat kesimpulan, aku akan memberimu imbalan yang besar. Aku pergi dulu ya!" katanya tersenyum memegang bahu Tn Kang, lalu dia pergi. Apakah langkah yang akan diambil Tn Kang?
Sementara itu, Geon Wook tertidur di kursi malas rumahnya. Dia tinggal menunggu kehancuran Hong Tae Kyun...
Keesokan harinya, Tae Sung masuk kantor seperti biasa. Dia lalu mendapat sms dari Jae In berisi [sampai jumpa jam 6 tepat^^]. Tae Sung tersenyum membacanya, lalu tanpa sepengetahuan Jae In dia mendatangi DiDin Art (ga sabar mau ketemu Jae In ^^).
Rupanya di dalam gallery ada Kyo Han (mantan pacar Jae In). Ji Yeon menghampirinya dengan kurang ramah
Ji Yeon "Tuan Kyo Han, apa yang membawamu kemari?".
Kyo Han "Apa Jae In berhenti?". Ji Yeon "Dia keluar sebentar. Kyo Han "Jae In baik-baik saja kan?". Ji Yeon "Dia tidak hanya baik-baik saja. She is about to ascend to the sky". Kyo Han "Apa? Jae In adalah kekasihnya putra kedua Haeshin Group?". Tae Sung tiba dan tak sengaja mendengar percakapan mereka yang menyebut namanya.
Ji Yeon "Ya. Kenapa? Apa itu membuatmu gugup?"
Kyo Han "Maksudku adalah... apa si aneh Hong Tae Sung itu mengencani Jae In? Padahal dia (Jae In) tak punya nama (bukan apa-apa)" oloknya.
Ji Yeon terpancing "Jae In itu sangat cantik. Bukankah kau tahu Hong Tae Sung suka wanita cantik?"
Kyo Han "Yah..., Dia dikenal sebagai playboy juga lamban"
Ji Yeon "Apakah dia itu lamban atau playboy, tapi dia adalah putra Haeshin Group. Untuk mendapatkan playboy seperti Hong Tae Sung itu... apa kau tahu betapa kerasnya usaha Jae In? Tentu saja, Hong Tae Sung sendiri tak menyadarinya".
Kyo Han "Aku merasa sedikit menyesal sekarang. Bukankah dia terluka karena aku?" katanya sombong.
Ji Yeon "Dia sudah tak merasakan luka itu lagi. Cita-cita Jae In telah jauh melampaui impian yang telah kau capai. Ke puncak tertinggi"
Tae Sung merasa tak tahan lagi mendengarnya dan langsung pergi. Di depan gallery, Tae Sung teringat lagi saat pertemuannya dengan Jae In di Jepang hingga kini, juga merenungkan kata-kata Ji Yeon tadi. Dia merasa tertipu.
Di ruangannya, Presdir Hong marah-marah pada Tae Kyun "Uang yang kau selewengkan, cepat kembalikan! Jika ada jumlah yang tak terhitung, aku tak akan memaafkanmu!". Tae Kyun kelabakan "Ayah... itu...". Presdir Hong "Sebelum investigasi resmi dimulai, tinggalkan Korea". Tae Kyun "Aku akan ikut menyelidiki. Aku tidak melakukan hal yang salah. Namaku...". Presdir Hong memotong "Keluarlah!!! Kau yang memulai ini. Uang yang kau gunakan untuk investasi... Kami tahu itu datang dari mana. Kau selewengkan dari cabang Amerika. Jadi? Kau ingin ikut investigasi? Apa kau menganggap remeh penuntutan?". Tae Kyun tak bisa menjawab. Presdir Hong "Sebelum masalah ini makin besar, pergilah. Ini akan makin rumit kalau kau ikut campur". Tae Kyun lalu permisi pergi.
Di kantor bagian konstruksi, para staf kecuali Geon Wook membicarakan berita skandal saham Tae Kyun. Mereka yakin bahwa grup H yang dimaksud dalam berita adalah Haeshin dan yang menjadi tersangka yang dimaksud adalah Hong Tae Kyun. Srmentara itu, Geon Wook malah sibuk main game komputer tak mau menanggapi obrolan rekannya.
Saat ingin keluar, Tae Kyun menelepon seseorang dan menyuruhnya mencari Tn Kang karena dia terus tak bisa mengontaknya. Kantornya juga terkunci dan rumahnya kosong. Dia juga menyuruh orang itu agar mencari tahu siapa orang yang ditemui Tn Kang baru-baru ini. Benar perkiraan Geon Wook, Tn Kang membuang Tae Kyun dan kabur.
Tae Kyun benar-benar kesal lalu masuk ke dalam lift. Tak disangka di hadapannya ada Geon Wook yang sedang menelepon namun menatap wajah Tae Kyun sambil berkata "Kak" seolah-olah memanggil dia dan tersenyum. Padahal Geon Wook sedang memanggil orang lain (Kak Jang ) ditelepon. Tapi tatapannya mengatakan lain hingga membuat Tae Kyun heran.

Rupanya Geon Wook menelepon karena khawatir mengenai penyelidikan detektif Gwak yang mulai mengarah padanya. Kak Jang berkata "Jangan khawatir Geon Wook. Kau tidak percaya aktingku? Aku tahu kau tak mungkin melakukan hal mischief... OK...Aku tahu" katanya lalu menutup teleponnya. Saat itu Kak Jang sedang mengangkut barang-barang untuk keperluan stuntman. Kak Jang heran juga, kenapa sampai-sampai detektif mencari Geon Wook.
Saat tiba di kantor bersama para stafnya, Taera melihat Geon Wook lalu langsung menyapanya "Shim Geon Wook-shi!". Geon Wook berbalik. Karena sedang bersama stafnya, Taera mencari alasan "Apa direktur masuk?". Geon Wook "Ya". Taera berkata pada stafnya "Tolong duluan saja". Para stafnya menurut. Taera menghampiri Geon Wook "Aku ingin bicara padamu di tempat yang lebih tenang".
Geon Wook membawa Taera ke ruang auditorium, Taera berkata "Tempat ini biasanya terkunci...". Geon Wook "Membuka pintu yang tertutup... aku sangat tahu cara melakukan itu... Sekarang cuma kita berdua di sini, tak ada yang melihat... tak ada yang mendengar... tak ada orang di sini. Apa yang ingin kau bicarakan?". Taera "Mone...", Geon Wook menatap Taera hingga Taera gugup tak bisa menatapnya "Mone... tampaknya mendengar pembicaraan kita di kantor Tae Sung. Tentang hal yang kau dan aku bicarakan... antara kau dan aku... sepertinya dia tahu sesuatu telah terjadi..". Geon Wook seperti tak mendengarkan kata-kata Taera dan malah semakin intens menatap Taera dengan tatapan mautnya hingga Taera makin gugup dan matanyapun kalah tak sanggup menatap mata Geon Wook. Taera berkata pelan "Berhenti menatapku... berhenti menatapku..! Apa kau mendengarkanku? Mone mendengar obrolan kita. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan padanya. Bagaimana?". Geon Wook tersenyum "Aku akan bicara padanya. Serahkan padaku. Aku akan menemuinya dan bicara baik-baik. Jangan khawatir".

Seseorang membuka pintu, Geon Wook langsung menarik Taera untuk bersembunyi. Ternyata itu adalah security yang heran kenapa pintu auditorium tak terkunci, "Apa ada orang disini? Hmmm...aneh" katanya kemudian dia mematikan lampu lalu pergi. Lagi-lagi saat bersembunyi, Geon Wook mengambil kesempatan untuk mendekap Taera, hingga Taera pun gugup tak terkira. Setelah security pergi, Geon Wook menyalakan lampu lalu berkata "Ayo keluar!" pada Taera. Tapi ternyata Geon Wook tak bisa membuka kuncinya "Pintunya terkunci" katanya bingung.
Taera jadi panik "Terkunci? Apa yang harus kita lakukan?". Geon Wook masih mencoba membuka "Begitulah". Taera "Kau bilang kau bisa membuka pintu yang terkunci". Geon Wook berbalik lalu mengaku "Aku tahu cara membuka pintu dari luar tapi tidak dari dalam". Taera "Apa?". Geon Wook tertawa sambil memainkan telinganya "Lain kali, aku akan belajar bagaimana cara membukanya dari dalam". Taera tertawa (untuk pertama kalinya Taera terlihat tertawa dan tampak lebih cantik ^^). Mungkin hanya Geon Wook yang pernah membuatnya tertawa seperti ini. Geon Wook menatap Taera, Taera menyadarinya dan langsung menghentikan tawanya karena malu. Geon Wook berkata "Kau akhirnya tersenyum juga". Geon Wook lalu perlahan mendekat lalu memeluk Taera dengan lembut. Kali ini Taera tak sanggup menolak...
Detektif Gwak dan Lee mendatangi action school Kak Jang. Saat itu Kak Jang masih mengangkut barang-barang dengan anak buahnya.
Detektif Gwak memperkenalkan diri "Saya ingin menanyakan apa anda kenal dengan Shim Geon Wook? Kudengar dia pernah jadi stuntman di sini".
Kak Jang menjawab biasa "Ya. Aku mengenal Geon Wook dengan baik. Memang kenapa?".
Detektif Gwak "Ngomong-ngomong, pada tanggal 7 Maret lalu... hari saat Korea bermain sepakbola melawan Jepang... Apa yang kalian lakukan?".
Asisten Kak Jang langsung bicara "Oh, kami semua sedang syuting film bersama"
Kak Jang memukul kepalanya dengan tongkat kayu dalam sekejab lalu pura-pura memegang rambut asistennya "Ah ada sesuatu di rambutmu. Goyangkan Bung".
Kak Jang "Kami semua menonton sepak bola bersama-sama. Kenapa kau bertanya itu?"
Detektif Gwak "Tuan Shim Geon Wook juga?"
Kak Jang "Temtu saja. Kami bekerja bersama. Wajar kami menontonnya bersama. memangnya kenapa?"
Detektif Gwak "Hanya sebagai formalitas. Kami perlu memeriksa semua tuduhan saksi..."
Kak Jang "Kalau begitu... tolong jangan menyeretnya ke dalam masalah yang kurang sehat, karena Geon Wook kami adalah orang baik"
Detektif Gwak tersenyum "Baik. Saya mengerti. Maaf telah mengganggu"
Detektif Gwak ingin pergi tapi berbalik lagi untuk bertanya "Ngomong-ngomong... saat kalian kerja, kalian bisa menderita banyak cedera kan?"
Asisten Kak Jang kelepasan ngomong lagi "Tentu saja, kami punya banyak cedera"
Kak Jang memukul kepalanya lagi lalu berkata pada Detektif Gwak "Dia sedikit cedera di kepalanya".
Detektif Gwak "Ngomong-ngomong, apa kalian tahu apakah Shim Geon Wook punya bekas luka di punggung?"
Hyung Bum bereaksi "Oh!!!". Duo detektif menatapnya heran. Hyung Bum langsung berdehem untuk menutupinya.
Kak Jang "Permisi... Geon Wook kami tubuhnya bebas luka. Jangan berpikir yang aneh-aneh"
Detektif Gwak "Ya. Saya mengerti"
Detektif Lee protes "Ketua.."
Detektif Gwak "Mereka bilang dia tidak punya" lalu mereka terpaksa pergi.

Taera mencoba menghubungi seseorang (mungkin security) untuk mengatakan bahwa mereka sedang terkunci di auditorium. Geon Wook berkata "Jika rumor beredar bahwa kita berdua terkunci di dalam auditorium lebih dari satu jam... hasilnya mungkin tak akan bagus...". Taera menurut dan membatalkannya. Geon Wook melanjutkan "Walaupun, itu tak akan menggangguku sih". Taera "Kalau begitu... maksudmu kita tetap diam seperti ini sampai pintu terbuka?". Geon Wook "Tidak ada salahnya kok. Jangan pikirkan itu, anggap saja kita datang untuk menonton film (menunjuk layar untuk proyektor di depannya) anggap saja... di layar itu film yang paling berkesan dalam hidupmu sedang diputar". Taera menatap lurus ke layar itu. Geon Wook "Sekarang, tutup matamu dan bayangkan itu". Taera menurut lalu memejamkan mata diikuti oleh Geon Wook.
Dalam imajinasi mereka, seolah-olah lampu proyektor bioskop menyala dan mulai memutar sebuah film. Taera mulai terlempar ke kenangannya pertama kali menonton film bersama teman-temannya. Taera muda memandangi teman-temannya sedang jajan makan di sebuah kedai dan mengajak Taera "Taera, duduklah!". Taera duduk dan mencicipi jajanan rakyat itu. "Lezat!!!" katanya.
Taera bercerita "Saat aku masih SMP, itu mungkin pertama tapi juga terakhir kalinya aku bolos dari rutinitas kehidupanku. Dari sekolah ke rumah, aku selalu diiringi oleh supir, pengasuh atau pengajar. Diikuti oleh les privat yang tak pernah berakhir. Sama sekali tak ada kesempatan untuk jalan-jalan bersama teman. Untuk pertama kalinya, aku pergi ke bioskop bersama teman-temanku. Rasa was-was saat memasuki pintu belakang bioskop, film yang kami tonton adalah 'Dirty Dancing'. Saat libur musim panas, seorang gadis kaya bertemu dengan instruktor tari. Sebuah cerita tentang bagaimana cara menari, kemudian saling jatuh cinta. Aku begitu tergerak, gugup dan jantungku berdegup kencang selama film diputar. Sungguh hal yang indah. Begitu kuat seperti menderita demam tinggi. Benar-benar... apakah cinta seperti itu akan menemukanku?" katanya.
Tanpa sadar, air mata Taera menetes karena kesedihannya yang belum menemukan cinta seperti dalam film itu. Geon Wook menatapnya lalu memegang dagunya dan perlahan mereka pun berciumandi aula auditorium yang hening.
Jae In keluar dari kantor, di parkiran rupanya Tae Sung menunggunya lalu menyapanya "Jae In-shi!". Jae In tersenyum "Tae Sung-shi!". Tae Sung menghampirinya "Pergi yuk! Aku sudah menunggumu". Jae In "Apa?". Tae Sung tak menjawab dan langsung menggandeng tangan Jae In ke mobilnya.
Rupanya Tae Sung membawanya ke sebuah butik tas mahal. Dia memilihkan tas untuk Jae In "Bagaimana dengan yang ini? Kau suka? Pegangannya tak akan mudah lepas". Jae In tampak terkesima melihat mewahnya tas itu tapi dia malah berkata jaim "Oh, aku tak perlu benda seperti ini. Aku jadi merasa tak nyaman menerimanya" (Mulut dan mata berkata lain ^^). Tae Sung "Tak apa. Yang kupunya satu-satunya hanyalah uang". Jae In "Tapi tetap saja, yang ini terlalu mahal". Tae Sung "Semua gadis menyukainya saat aku membelikan mereka tas dari desaigner... tapi kecuali kau, Jae In!?". Jae In "Gadis-gadis seperti apa? Tentu saja bukan aku. Ketika kau bertemu seseorang, uang bukankah segalanya". Tae Sung menanggapi dingin "Oh..., begitu ya?". Tae Sung menyuruh pelayan butik membungkuskannya. Diam-diam Jae In tersenyum senang. Tapi Tae Sung menyadarinya...
Ternyata detektif Gwak dan Lee masih di sekitar stuntman school. Mereka menunggu Hyung Bum sendirian lalu menghampirinya. Detektif Lee membantu Hyung Bum mengangkat barang berat. Detektif Gwak mengambil kesempatan untuk bicara "Hmmm..., ada yang aneh. Aku punya teman yang juga kru stuntman. Dia bilang dia melihat luka baret di punggung Shim Geon Wook. Memanjang lurus ke bawah di punggungnya...". Hyung Bum yang polos malah langsung menjawab "Itu memanjang diagonal seperti ini" katanya sambil memeragakan. Tapi Hyung Bum langsung tersadar "Oh... Aku tak tahu apa-apa". Detektif Gwak "Jadi sebenarnya ada bekas luka..". Hyung Bum gugup "Aku tak tahu apa-apa. Benar-benar tak tahu apa pun", lalu dia langsung pergi. Kedua detektif itu sadar bahwa Hyung Bum telah berbohong.

Tae Sung membawa Jae In ke sebuah restoran merah.
Jae In berkata "Tampaknya tak ada orang di sini...."
Tae Sung "Tidak. Aku menyuruh mereka untuk tidak menerima pelanggan lain".
Jae In "Ke..Kenapa?"
Tae Sung "Aku benci orang-orang yang bicara berisik di dekatku saat sedang makan"
Jae In "Tetap saja, apa harus memesan restoran sebesar ini hanya untuk makan?
Tae Sung "Tidak hanya untuk makanan saja kok. Ini karena makan bersamamu, Jae In-shi"

Geon Wook dan Taera tertidur saling menyandarkan diri di ruang auditorium. Sepertinya sudah lama mereka di sana. Kemudian pintu terbuka. Mereka langsung terbangun. Ternyata supir Kang yang membukanya karena cemas mencari-cari Taera. Supir Kang terkejut melihat Taera tak sendiri. Taera langsung berdiri dan buru-buru keluar.

Sebelum masuk mobil, Taera berkata pada supir Kang "Hyun Soo-shi, tak terjadi apa pun di auditorium hari ini... tak ada...". Supir Kang menatap Geon Wook di balik pintu "Laki-laki itu...". Taera memohon "Hyun Soo-shi...". Supir kang menurut lalu membukakan pintu mobil. Taera berbalik dan tersenyum menatap Geon Wook. Geon Wook balas tersenyum. Saat sudah di dalam mobil pun mereka masih saling memandang. Namun kala mobil itu sudah pergi, ekspresi Geon Wook langsung berubah. Apakah ini hanya sekadar cinta palsu bagi Geon Wook...
Geon Wook berjalan di koridor kantor, dari belakang detektif Gwak memanggil namanya "Hong Tae Sung". Geon Wook terhenti sejenak lalu berjalan lagi. Detektif Gwak memanggil lebih keras "Hong Tae Sung !!!". Wajah Geon Wook langsung gelisah, tapi dia berbalik dengan wajah biasa "Direktur Hong sudah pulang". Detektif Gwak "Aku sudah tahu". Geon Wook langsung berbalik pergi, tapi Detektif Gwak memanggil lagi "Tae Sung... Hong Tae Sung!". Geon Wook berhenti lagi dan tampak sangat terganggu. Detektif Gwak "Apa kau ingat nama kecilmu? Shim Geon Wook-shi tampaknya punya banyak nama. Hong Tae Sung... ataukah Chio Tae Sung?" sindirnya.
Geon Wook berbalik "Apa yang anda bicarakan?". Detektif Gwak "Kami mengetahui bahwa alibimu di malam kematian Choi Sun Toung tidak benar. Bisakah kita ngobrol-ngobrol sebentar di kantor polisi?". Geon Wook "Kantor polisi?". Detektif Gwak "Tidak semua hal yang kausebutkan bohong kan? Kami punya saksi yang melihatmu malam itu". Geon Wook tertawa "Melihatku?". Detektif Gwak "Kami hanya perlu memeriksa sebentar". Geon Wook pun bersedia karena tak ingin kecurigaan makin jauh.

Jae In tersinggung dia meninggalkan kamar mewah hotel itu. Dia menuju lift akan turun ke lantai dasar. Namun lift ke bawah telah dimatikan. Dia terpaksa berjalan turun lewat tangga dari lantai 26. Saat itu HPnya berdering, detektif Lee meneleponnya. Jae In diminta datang ke kantor polisi untuk mengindentifikasi seseorang yang punya bekas luka.

Gun Wook telah tiba di kantor polisi. Dia dibawa ke dalam ruang interogasi. Seperti umumnya ruangan interogasi yang terdiri dari satu pintu dan satu jendela/cermin satu arah (dari dalam tidak bisa melihat ke luar). Di dalam ruangan itu hanya ada kursi, meja dan kamera perekam. Gun Wook berjalan melihat-lihat ruangan, lalu membuka jasnya dan duduk menunggu dengan bosan.

Jae In tiba di kantor polisi dan bertemu dengan detektik Kwak, dia tampak tegang.
"Orang yang aku identifikasi hari ini kemungkinan tersangka pembunuh dalam kasus ini?",tanya Jae In tegang
"kita masih akan menyelidikinya, kemungkinan ke sana ada. Anda ada di daerah TKP malam itu, pria yang tertabrak mungkin saja terlibat pembunuhan itu"
"Jadi jika aku mengenali orang itu dia dinyatakan sebagai tersangka?"
"Tenanglah kita akan menyelidikinya dan tak akan menuduh sembarangan. Jika Anda melihat bekas lukanya, ada bisa mengenalinya?"
"Kurasa bisa", jawab Jae In mantap

Detektif Kwak memberi intruksi pada Detektif Lee agar Gun Wook membelakangi jendela dan mau membuka bagian belakang kemejanya.
Detektif Kwak lalu memberi tahu Jae In bahwa Jae In akan diminta melihat bagian punggung bawahnya saja untuk menjaga privasi pria itu.
"Tidak apa-apa aku juga tidak mau melihatnya. lagi pula bagian lukanya di bakian bawah", kata Jae In setuju
Detektif kwak mengangkat tirai ke atas separuhnya.
Gun Wook menarik kemeja belakangnya, terlihatlah bekas lukanya.
Detektif Kwak juga sadar bahwa Gun Wook memang punya bekas luka.
"Bekas lukanya panjang, apa terlihat seperti itu?", tanya detektif
Jae In mengingat ngingat kejadian malam itu, bagian yang terlihat dari baju yang robek waktu itu, walau terlihat lebih pendek tetapi sama bentuknya dengan bekas luka pria di dalam ruangan itu.

"sepertinya sama, bekas lukanya di sebelah kanan", kata Jae In
Namun melihat luka memanjang itu tiba-riba dia teringat Gun Wook. Jae In sadar garis luka memanjang itu mirip luka Gun Wook yang tak sengaja dia lihat. Jae In terkejut



Dia langsung menarik seluruh tirai ke atas. Pada saat yang sama Gun Wook pun menoleh ke belakang.
Jae In terkejut. Dan mundur ke belakang lalu terdiam tegang.
"Nona Jae In, Anda mengenalnya?"
"Tidak", sangkal Jae In "Bukan dia!", bela Jae In
"Tapi katamu bekas lukanya sama?", tanya detektif
"Kurasa Bukan dia. AKu hanya melihat lukanya melalui robekan kecil di bajunya", kilah Jae In

Jae In masih terlihat tegang, dia menyendiri di koridor kantor polisi. Detektf Lee menghampirinya dan memberinya sekaleng kopi agar lebih relaks.
"Ini pasti pengalaman pertama bagimu", komentar detektif Lee yang sepertinya tidak menyangka Jae In berbohong (ini detektif blom pengalaman hehe)
"Pria itu kapan dibebaskan? Bukankah aku mengatakan bukan dia orangnya", tanya Jae In cemas
"Iya nanti. Di dunia ini bukannya banyak pria baik mengapa kamu dekat dengan Tae Sung ?(termasuk detektif itu keren juga Jae In hehe). Apa kamu tidak bisa melihat yang terjadi dengan mendiang Choi Sun Yung?"
Jae In selama ini tidak menyadari bahwa wanita yang meninggal itu adalah mantan pacar Tae Sung.
"Jadi wanita itu mantan pacar Tae Sung? Lalu pria itu membunuh mantan pacarnya?!", Jae In kaget dan hampir keceplosan.
"Bukankah kau bilang bekas lukanya berbeda? Berarti bukan dia"
"Iya , bukan dia". kata Jae In tegang

Detektif Kwak menginterogasi Gun Wook di dalam ruangan. Di meja tergeletak berkas-berkas, skesta Tae Sung kecil yang tertukar (aka GUn Wook kecil) juga foto Sn Young. Dia sepertinya kesal karena Gun Wook tak mau bekerja sama.
"Tn. Shim Gun Wook!"
"Nah itu benar namaku, bukan Hong Tae Sung", kata Gun Wook berusaha membuat jengkel.
"Jadi tanggal 7 kamu di lokasi syuting dan juga tidak nonton bola?!" desak detektif
Gun Wook menyindir detektif gila kerja karena terus menanyai hal yang sudah diketahui.
"Aku juga tak tahu anak ini siapa", kata Gun Wook menunjuk sketsa wajahnya saat kecil.
"Kamu juga tak tahu wanita ini?", detektif menunjuk foto Sun Yong
" dia cantik. Apa ini wanita yang dibuang Tae Sung?", komentar Gun Wook melihat fotonya
"Ada saksi yang melihatmu bersama wanita ini"
"Apa itu penting? Anda membuat aku sekan-akan bersalah", bela Gun Wook
"Kalian bertengkar dan setelah itu dia meninggal!"
"Jadi kamu pikir Hong Tae Sung yang tertukar itu yang membunuhnya?" tanya Gun Wook

Detektif tetap memanggil Gun Wook ,Hong Tae Sung.
"Kamu dibuang grup haeshin, dan Tae Sung yang menggantimu mengencani kakakmu, kamu tak mungkin tinggal diam khan? Karena dia menghalangimu membalas dendam, jadi kamu membunuhnya!" desak detektif.
Gun Wook mencoba tidak terpancing.
"AKu dengar bocah itu dan sun young dekat. Aku pergi ke desa Mirang, orang tua anak itu sudah meninggal, dan orang tua angkatnya membuangnya seperti anjing. Tinggal dia satu-satunya keluarganya. Apa dia akan mungkin akan membunuhnya?", kata Gun Wook.
Detektif merasa itu mungkin saja, karena banyak kasus di kepolisian orang yang saling cinta bisa tiba-tiba membunuh hanya karena salah paham. GUn Wook juga berkata mungkin saja karena di dunia ini pun ada orang yang tega merebut anak orang lain lalu setelah itu anak itu dibuang begitu saja.

"Lalu bagimana kamu menjelaskan bekas lukamu?! Kamu berbohong kamu ternyata punya bekas luka", desak detektif
"Ada hal-hal yang tidak mau dibicarakan oleh seseorang. Karena merasa sakit jika harus mengingat hal itu lagi. Anda juga mungkin punya pengalaman seperti itu", kilah Gun Wook
"Katakan sejujurnya dimana kamu tanggal 7 Maret!"seru detektif
"Anda tidak akan berhenti khan sebelum Anda mendapat jawaban sesuai keinginan Anda!", Gun Wook mendesak balik
"Hong Tae Sung!", seru detektif Kwak
"Shim Gun Wook! Jangan membuat bingung namaku.", kata Gun Wook berani
Gun Wook merasa detektif tak punya cukup bukti untuk menahannya lebih lama lagi, dia minta keluar. Detektif tak bisa mencegahnya.
Sebelum keluar Gun Wook berkata
"Detektif, Apa Anda punya orangg yang ingin Anda lindungi? keluarga. Jika aku adalah laki-laki itu, aku tentu berusaha melindungi wanita itu dengan segala upaya. Karena dia adalah keluarganya. "
Mata Gun Wook berkaca-kaca membicarakan hal itu.

GUn Wook pulang ke rmahnya dengan gontai. Jae In ternyata menunggu GUn Wook di depan pintu rumahnya. Gun Wook hanya melirik Jae In. Dia masuk tanpa sanggup berkata apa-apa. Jae In mengikutinya masuk. Gun Wook langsung duduk lemas di kursinya.

"Gun Wook aku percaya padamu, jadi kau bisa cerita padaku. Wanita yang pernah dicintai Tae Sung, kamu tidak berbuat apa-apa padanya khan?!"
Jae In menghampiri Gun Wook, memegang tangannya dan mengulang pertanyaannya.
Gun Wook hanya diam dengan pandangan kosong.
"aku tadi ke kantor polisi, akulah orang yang dibalik kaca. Aku berkata itu bukan kamu, tapi aku tahu itu kamu. Kamu ingat pernah tertabrak malam itu khan, aku lah yang menabrakmu", Jae In menangis
Gun Wook melirik kaget
"Kamu melihatku?"
"Katakan kamu di sana cuma kebetulan saja, kamu tidak berbuat apa-apa pada mantan pacar Tae Sung", kata Jae In frustasi
Gun Wook sudah terlalu lelah karena terus didesak sedari tadi
"Aku membunuhnya. Jadi pergilah, tak usah ada di dekatku!"
Jae In pun pergi.

Gun Wook sendirian sedih mengingat kejadian malam itu. Dia menyusul kakaknya ke atap gedung, berusaha mencegahnya dengan sedih. Tapi kakaknya terus nekad ke pinggir gedung, dan melarang Gun Wook mendekatinya.
Sun Yong terpeleset jatuh, Gun Wook sempat menangkap tangannya. Tapi badan SUn Yung sudah tergantung tak ada apa-apa yang menahannya. Gun Wook memegang tangannya dengan tegang.
"Gun Wook terimakasih", kata kakaknya. "Lepaskanlah aku"
Gun Wook menggeleng sambil menangis. Tangan Gun Wook tak sanggup lagi menahan beban, pegangannya terlepas.

Jae In ternyata kembali masuk, dan menghampiri Gun Wook. Dia ingin percaya Gun Wook dan tahu GUn Wook pasti berart menahan semua bebannya. Dia ingin memandang Gun Wook, tapi Gun Wook berusaha menghindar. Jae In memegang wajah Gun Wook, lalu memeluknya.
Gun Wook pun menangis sejadi-jadinya dan memeluk erat Jae In.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar