Minggu, 01 Agustus 2010

sinopsis draMa baD guy "ePisode 10"

Detektif Gwak dan Lee duduk ngobrol di teras gedung bekas tempat kejadian kasus Sun Young dan membahas hasil penyelidikan mereka.
Detektif Lee berkata "Jadi itu benar bahwa Hong Tae Sung (Geon Wook) itu masih hidup. Mungkin juga benar bahwa Choi Sun Young bertemu dengannya (saat kejadian)".
Detektif Gwak "Jadi anak itu masih hidup. Tapi kenapa pihak Haeshin yakin dia sudah meninggal? Jika kita bisa membuktikan bekas luka itu, kita pasti bisa menemukan dia".
Detektif Lee "Benar"
Detektif Gwak penasaran "Jika nama 'Tae Sung'... hanya diketahui oleh Choi Sun Young... Apa dia menggunakan nama lain?"
Sementara itu, Geon Wook duduk santai di apartemennya memandangi kartu namanya dengan nama Haeshin, kemudian dilemparnya.
Jae In menggotong Tae Sung ke apartemennya yang baru. Tae Sung tampak mabuk berat. Jae In lalu merebahkannya di sofa. Jae In lalu melihat-lihat isi ruangan dan menuju dapur. Jae In membawakan jus untuk Tae Sung dan bermaksud membangunkannya. Tapi Tae Sung tidur dengan pulasnya dan tak sadar menumpahkan minuman itu ke baju Jae In.
Karena bajunya kotor, Jae In lalu mengganti pakaian dengan kemeja Tae Sung yang kedodoran (Ah..., kenapa banyak drama yang pakai adegan cewek pakai kemeja kedodoran tanpa pake bawahan?????). Jae In memandang cermin, dia tampak gugup lalu menarik nafas panjang.
Dia keluar menghampiri Tae Sung yang mulai terbangun "Cuma kemeja ini yang bisa kupakai untuk baju ganti. Aku akan memakainya sampai pakaianku kering". Dia lalu duduk di sofa Tae Sung dan bertanya "Kau tak apa-apa?". Tae Sung diam saja. Jae In lalu memegang dahi Tae Sung (kalau-kalau demam) "Kau sakit? Kau terlihat kurang baik". Tae Sung menatapnya saja. Jae In lalu mengambil handphone di tas kecilnya "Tunggu sebentar. Aku akan pergi membeli obat di apotik". Tae Sung memotong "Tak usah". Jae In lalu teringat "Oh iya, karena pakaianku... Apa kau punya madu di sini? Aku akan membuatkanmu air madu" katanya sambil tersenyum.
Tae Sung menjawab "Kubilang tak usah... jangan bersikap baik padaku. Semakin banyak kau melakukannya, kau akhirnya hanya akan terluka. Pria seperti itulah aku sebenarnya". Jae In "Kenapa kau berpendapat negatif tentang dirimu sendiri?". Tae Sung teringat lagi kata-kata ibunya di rumah Hong 'Karena kau seperti ini, makanya pacarmu mati'. Tae Sung lalu berkata "Akulah... yang membuang dia. Aku tak punya keberanian untuk melindungi dia. Jika aku bosan, mungkin aku akan melakukan itu lagi" katanya tersenyum miris. Untuk Jae In dia berkata "Maka berhentilah sampai di sini". Jae In "Tae Sung-shi..". Tae Sung "Kubilang berhenti bersikap baik padaku. Apa untungnya kau bersikap baik padaku? Aku berkencan denganmu seperti ini... dan nanti akan membuangmu, begitu kataku. Maksudku aku akan membuangmu. Kau tak tahu artinya?".
Jae In menanggapi biasa dan menarik tangan Tae Sung "Baiklah pertama-tama masuklah ke kamar dan istirahat". Tae Sung berdiri dan mulai emosi "Aku tak mungkin bisa berubah. kau pikir para anggota keluargaku bisa berubah? Aku jenis pria yang akan menyakiti tiap orang di dekatku" lalu dia menarik Jae In keluar lalu menutup pintu, padahal Jae In masih memakai kemajanya. Jae In kelabakan dan terus mengetuk-ngetuk pintu "Tae Sung-shi! Tae Sung-shi!", dia panik karena tak mungkin dia pulang dengan pakaian seperti itu. Tae Sung diam saja di balik pintu tak menjawab.
Jae In turun ke bawah dengan mengendap-ngendap karena malu kalau di lihat orang. Dia berdiri di balik tanaman hias yang tinggi tapi tetap saja tidak mengurangi perhatian orang-orang yang lewat dengan heran. Jae In lalu menelepon Geon Wook yang saat itu sedang tertidur (tidurnya dengan mulut sedikit terbuka ^^. Lutunaaaa...). Geon Wook mengangkatnya dengan mata masih terpejam (berarti belom tidur tuh) "Hallo?". Jae In "Geon Wook ...". Matanya terbuka "Ada apa Jae In?". Jae In "Apa kau bisa datang ke sini?". Geon Wook "Kau dimana?". Setelah itu Geon Wook langsung buru-buru pergi.
Geon Wook masuk ke dalam gedung dengan berlari dan terkejut menemukan Jae In yang hanya dibalut sehelai kemeja. Geon Wook langsung melepas jasnya lalu menutupi badan bagian bawah Jae In. Geon Wook menggandeng tangan Jae In untuk keluar dari gedung itu, tapi terhenti melihat Jae In hanya memakai kaos kaki. Geon Wook menyuruhnya duduk lalu memakaikan sepatu miliknya untuk Jae In. Mereka berdua tak berkata apa-apa. Geon Wook tak bertanya apa pun, sepertinya dia sadar bahwa Jae In saat ini sangat malu . Geon Wook kemudian menggandeng Jae In keluar.
Mereka lalu berjalan menyeberang jalan raya. Geon Wook dengan telanjang kaki melintasi jalan aspal yang panas. Jae In di belakangnya tampak berjalan pelan sambil menutupi badan bagian bawahnya. Dia tertunduk malu karena semua orang disekitarnya memperhatikan dirinya. Geon Wook berbalik, lalu menggandeng Jae In untuk berjalan lebih cepat agar tak lama-lama jadi tontonan orang.
Geon Wook membawanya ke sebuah toko baju. Geon Wook memilihkan baju untuknya (warna pink, cantik ^^). Sepertinya pikiran Jae In sejak dari tempat Tae Sung jadi kosong sehingga tidak memikirkan apa pun dan diam membisu. Setelah ganti baju, Geon Wook memakaikan sepatu baru untuknya. Tanpa disadari Geon Wook, Jae In menatap Geon Wook lalu ingin menyentuh kepalanya tapi diurungkannya ... karena Geon Wook langsung berdiri menuju kasir untuk bayar.
Kasir itu bertanya "Apa yang harus kulakukan dengan baju ini?" tentang kemeja Tae Sung yang dipakai Jae In tadi. Geon Wook menjawab "Buang saja". Kasir itu heran "Maaf? Tapi tampaknya ini brand dari designer terkenal". Geon Wook berkata "Kubilang buang saja" dengan wajah yang kurang ramah. Kasir itu pun akhirnya menurut.
Geon Wook lalu mengajak Jae In makan di sebuah kedai. Jae In masih diam tak menyentuh makanannya. Sambil makan Geon Wook berkata "Apa kau akan berhenti sampai disini saja? Jika terlalu sulit untuk menahannya, paling tidak bangunlah tenaga dengan makan" ujarnya untuk memotivasi Jae In. Jae In menurut untuk makan, tapi ternyata sambil makan air matanya menetes ke mangkuk. Rupanya alasan kenapa Jae In hanya diam dari tadi adalah untuk menahan tangisnya.
Tae Sung bangun dari tidurnya. Dia menuju kamar mandi untuk kumur-kumur dan mendapati baju Jae In yang tergeletak di samping wastafel. Dia teringat saat dia mengusir Jae In yang hanya memakai kemejanya dari apartemennya. Tae Sung tampak menyesal karena saat itu dia masih terpengaruh alkohol.

Sementara itu Taera berada di gym sedang melakukan yoga tapi dia tak bisa konsentrasi karena memikirkan Geon Wook. Ya, dia teringat ciuman di gallery itu. Taera berbaring dan memejamkan mata, tapi yang teringat adalah saat Geon Wook membelai rambutnya di tengah hujan.

Tae Sung sudah berada di gedung Haeshin tapi tak langsung masuk kerja. Dia tampak sedang menunggu seseorang. Rupanya dia menunggu Jae In datang. Tak lama kemudian Jae In tiba. Tae Sung bermaksud menghampiri, tapi terhenti karena teman Jae In datang memanggilnya sehingga Tae Sung pergi.


Geon Wook sudah berada di meja kerjanya. Manager di sana berkata "Shim Geon Wook-shi, saat Nona Kim kembali, tolong katakan padanya bahwa dia boleh pulang", lalu manager itu pun pulang juga. Kini hanya ada Geon Wook di ruangan itu. Taera masuk ke ruangan untuk mencari Tae Sung untuk membicarakan pekerjaan. Geon Wook memberi tahu "Direktur Hong sedang tidak ada di ruangannya". Taera "Apa dia tidak kerja?". Geon Wook "Tidak. Tampaknya dia hanya keluar sementara. Apa sangat mendesak?". Taera "Tidak. Ini adalah laporan tentang perluasan departemen store di Incheon. Tae Sung harus memeriksanya...", kemudian dia batuk. Geon Wook bertanya "Apa kau... merasa tidak enak badan?" ujarnya tampak khawatir. Taera "Bukan urusanmu".
Salah satu staf, yaitu Nona Kim datang, lalu Taera berkata pada Geon Wook "Apa bisa minta waktumu sebentar, Shim Geon Wook-shi?" pintanya lalu dia masuk ruangan Tae Sung. Geon Wook lalu berkata pada Nn Kim "Team Manager berkata kau boleh pulang, Nn Kim". Nn Kim menjawab "Ya. Baik", lalu Geon Wook masuk menemui Taera. Kini hanya ada mereka berdua...
Mone datang ke Haeshin dengan diikuti oleh pengantar rangkaian bunga. Dia bermaksud menemui Geon Wook.
Taera "Apa kau tahu Mone... sedang belajar bermain harmonika?"
Geon Wook "Harmonika?"
Taera "Bahkau kau sepertinya sudah lupa. Benda yang bahkan tak ingat pernah kauberikan padanya. Baginya itu hadiah pertama yang kau berikan padanya dan dia latihan memainkannya hingga sekarang. Mone kami... tak pernah mempelajari sesuatu lebih dari sebulan tapi dia latihan memainkan itu secara rahasia, karena dia ingin mengejutkanmu"
Geon Wook tampak cuek lalu duduk bersandar di kursi "Begitu ya".
Taera "'Begitu ya?',Kau seharusnya tak melakukan ini Shim Geon Wook-shi. Mengetahui perasaan Mone padamu... Jika kau tak mencintainya dengan tulus, maka tinggalkan dia!"
Geon Wook menatap Taera "Kau ingin aku meninggalkannya? Dengan tulus?"
Taera "Lalu, apa kau benar-benar berniat memiliki affair denganku?"
Geon Wook "Apa kau bisa melakukannya?"
Taera terdiam.
Mone memasuki kantor departemen konstruksi. Ternyata Nn Kim masih ada di sana hendak berkemas pulang. Mone berkata "Maaf, dimana meja kerja Shim Geon Wook oppa?". Nn Kim menunjukkan mejanya. Mone menyuruh pengantar bunga meletakkannya di sana lalu dia bertanya lagi "Apa Geon Wook oppa sudah pulang?". Nn Kim "Dia masuk ke ruangan direktur. Kalau begitu saya permisi pulang dulu" katanya lalu pergi.
Mone bermaksud membuka pintu ruangan Tae Sung, tapi terhenti karena tak sengaja mendengar percakapan antara Taera dan Geon Wook.
Taera "Aku adalah kakaknya Mone. Aku juga punya suami dan anak. Adikku... menuruti semua kata-katamu. Dia terhanyut dengan setiap hal kecil yang kau lakukan. Dia menyukaimu. Dia mencintaimu"
Geon Wook malah bertanya "Bagaimana dengan Taera-shi?"
Taera diam.
Geon Wook berdiri menghapiri Taera dan tampak emosi "Jangan bicara tentang Mone, tapi tentang dirimu sendiri. Apa saja yang kaupikirkan, apa yang kausuka, siapa yang kau simpan dihatimu, apa yang kau rasakan sekarang... Hal yang ingin kudengar... adalah perasaanmu yang sebenarnya"
Taera tak bisa menjawab.
Geon Wook "Apa kau tahu apa masalahmu? Kau hanya sebuah kerang (menyembunyikan diri) di setiap situasi. Kau menghindari emosimu sendiri, hanya sebuah kerang kosong. Pekerjaan dan keluarga bagimu adalah segalanya. Kumohon untuk saat ini saja. Bisakah kau memikirkan dirimu sendiri sebagai hal yang paling penting?"
Taera merasa tersinggung "Shim Geon Wook-shi, dengar baik-baik. Hal yang paling penting bagiku adalah keluargaku. Jika... waktu bisa berputar kembali ke saat itu dan di tempat itu. Hal itu tak akan pernah terjadi. Tak akan pernah!"
Geon Wook "Kata 'tak akan pernah'... Apa kau tahu betapa berbahayanya kata itu? Waktu akan terus berjalan sebagaimana mestinya. Tak mungkin kembali atau menangkapnya. Itu sudah kepastian. Itulah kenapa ketulusan yang pasti itu penting. Itulah kenapa ..."
Taera "Berhenti! ... Fakta bahwa aku tergerak olehmu bahkan dalam sekejab. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri". Mendengar itu Mone semakin shock.
Geon Wook menatap Taera lekat "Kau tergerak olehku... apa itu... perasaanmu yang sebenarnya?
Taera "Bukannya sudah kukatakan tentang hari itu adalah kesalahan?" katanya dengan mata berkaca-kaca.
Geon Wook "Kadang kesalahan bisa menjadi... perasaan seseorang yang sebenarnya"
Taera berdiri "Shim Geon Wook-shi, kau... aku tak akan mau bertemu kau lagi" lalu dia buru-buru keluar ruangan.
Saat Taera keluar, ternyata Mone sudah bersembunyi di bawah meja sekretaris. Mone tampak terpukul. Geon Wook keluar dari ruangan Tae Sung, Geon Wook tampak gundah di tengah pintu (mungkin memikirkan Taera yang sepertinya berusaha menghindar dari perasaan yang sebenarnya sehingga Geon Wook harus lebih agresif lagi untuk menjerat Taera). Dia lalu mendapati di atas kursi kerjanya ada sebuah karangan bunga dari Mone berisi ucapan selamat atas berhasilnya Geon Wook bekerja di Haeshin. Geon Wook menghela nafas panjang (entah dia sadar atau tidak bahwa Mone sempat datang ke kantornya), lalu dia meninggalkan saja karangan bunga itu tergeletak di sana.
Jae In berjalan di trotoar. Dia terhenti di depan sebuah toko lalu bercermin di depan kacanya. Dia tampak senang dengan baju pilihan Geon Wook. Dia lalu teringat kata-katanya dulu di pameran topeng 'Jika kau adalah Hong Tae Sung, kau menginginkan apa? Karena kau adalah laki-laki, hal apa yang kau inginkan? Katakan padaku' dan Geon Wook menjawab 'Chimbab' (makanan buatan rumah), lalu Jae In memikirkan sebuah ide.
Dia menelepon Geon Wook yang sedang bersantai di kursi malasnya. Jae In berkata "Kenapa kau tak menjawab teleponku? Bukakan pintu untukku". Geon Wook tak mengerti "Huh?". Jae In "Aku ada di depan pintu rumahmu. Bukakan pintu!". Geon Wook terkejut "Di depan pintu?" (tentu saja terkejut karena Jae In kan tak tahu dimana rumahnya), lalu dia membuka jendela tapi tak ada Jae In.
Rupanya Jae In tersasar ke rumah Kak Jang (Ingat dulu Geon Wook memakai rumah Kak Jang untuk mengerjai Jae In). Kak Jang membuka pintu. Jae In bertanya "Siapa kau?". Kak Jang bingung "Aku memangnya siapa?", sementara Geon Wook mendengar itu dari teleponnya lalu menyuruh Jae In "Apa kau bisa kasih teleponmu padanya sebentar?". Jae In bersedia. Kak Jang tampak terpesona melihat Jae In. Kak Jang "Hallo?". Geon Wook "Kak, ini aku". Kak Jang "Ah, Geon Wook". Geon Wook "Aku akan ke sana segera. Perlambatlah sedikit". Kak Jang tertawa "Oh..baiklah. Mungkin masih ada kembang api cinta yang tertinggal di hatiku. Aku tak bisa berkata-kata. Terima kasih" (amppuuun deh ngaco lagi nih Kak Jang ^^). Kak Jang lalu memegang bahu Jae In yang tampak bingung "Tempat tinggal kami memang kurang menarik. Tapi apa anda mau masuk? Silahkan!"
Jae In duduk di ruang tamu. Rumah Kak Jang berantakan seperi biasa. Asisten Kak Jang menyuguhkan teh.
Kak Jang berlagak "Aku membeli teh ini saat perjalanan ke Indonesia tahun lalu. Aku tak yakin apa akan sesuai seleramu".
Kak Jang berkata pada asistennya "Check barang barang ditoko. Oh, dan rencana makan malam bersama pengacara Choi, mohon tunda saja" (lagak orang penting bih Kak Jang ^^).
Kak Jang memperkenalkan diri "Hallo, aku adalah Jang Seung dari Seoul Action School".
Jae In "Ya, hallo ".
Kak Jang "Pergi dan bilang pada pengacara choi bahwa aku minta maaf, karena ada hal penting. Katakan padanya ya?" menyuruh asistennya lagi.
Kak Jang lalu duduk di samping Jae In "Ehm nona, pekerjaan apa yang kaulakukan?".
Jae In tampak enggan "Ah, ya... aku adalah konsultan seni. Aku bekerja di bidang seni".
Kak Jang "Bidang seni? Asal kau tahu saja, dulu ada saat dimana aku tertarik dengan barang seni juga. Aku ingat sangat asyik menggelutinya saat masa-masa muda. Kenangan muncul lagi. Muncul lagi, muncul lagi. Aku ingat debut kerjaku kemudian ...'Memakai dan meregangkan panty ibu-ibu tidak menunjukkan panty di bawah garis celana pendek'begitulah aku menyebutnya. Dan pekerjaan terakhirku adalah...'Untuk hatiku yang terluka, silahkan gosokkan jus Kimchi di atasnya'" katanya (Puisi yang aneh @___@).
Mendengar itu, Jae In tersenyum geli.
Kak Jang masih asyik melanjutkan bualannya "Dan, diantara para seniman luar negeri. Aku sangat terpengaruh oleh seorang seniman bernama Manet. Kau tahu bagian yang disebut 'Makanan di atas pipi'".
Jae In "Mungkin maksudmu 'Makan Siang di atas Rumput'?"
Kak Jang tertawa "Ya.., itu sama saja dengan makanan di atas pipi"
Jae In "Tapi ngomong-ngomong... bukankah Geon Wook tinggal di sini?"
Kak Jang "Ya, kupikir kau tak akan bertemu dengannya di sini sampai di hari kau mati"
Jae In jadi merasa dibohongi Geon Wook, lalu pergi dari rumah itu.

Jae In mengsms Geon Wook 'Datang saja ke tempat sekitar rumahku. Rumahmu sangat berantakan. Aku tak mau tinggal. Ayo kita pergi makan'. Kemudian Geon Wook sampai di tangga jalan dekat rumah Jae In lalu meneleponnya "Aku sudah sampai". Jae In menjawab "Maaf, aku ada keperluan mendadak. Sampai jumpa" .
Tapi ternyata Jae In pura-pura. Dia sengaja sembunyi tak jauh dari tangga jalan itu dan berniat membuntuti Geon Wook pulang sehingga dia bisa tahu tempat tinggal Geon Wook yang sebenarnya (Kenapa Geon Wook tak sadar kalau diikuti yach???).
Saat tiba di depan rumah Geon Wook, Jae In terkejut karena rumah Geon Wook sangat dekat dengan lingkungan tempat dia tinggal. Lalu jae In mendapat telepon dari detektif Gwak. Detektif bertanya "Tentang laki-laki yang kau lihat saat hari kejadian... Aku ingin menyanyakan beberapa hal lagi. Kapan saya bisa bertemu denganmu?". Jae In "Aku akan menelepon Anda nanti?" jawabnya.

Jae In lalu diam-diam memasuki rumah Geon Wook yang tak terkunci. Saat itu, Geon Wook sedang bermaksud ganti baju, dan hampir melepas kemejanya. Tapi dia mendengar suara, sehingga dia langsung memakainya kembali dan orang yang masuk tanpa izin itu ternyata adalah Jae In. Geon Wook menatap Jae In dengan dingin "Bagaimana kau bisa ke sini?". Jae In tak menjawab, dia melewati Gon Wook dan malah memandangi isi rumah Geon Wook "Tempat ini sangat bagus. Padahal kau tinggal di tempat sebagus ini, tapi kau malah memintaku mencuci di rumah orang lain. Tempatmu sangat bersih. Apa kau suka fotografi? Apa ini semua..?". Geon Wook "Pemilik sebelumnya pernah memakai tempat ini sebagai studio". Jae In berbalik menghampiri Geon Wook dan tampak emosi "Selain tempat kau tinggal, apalagi yang kau sembunyikan padaku? kau ini laki-laki seperti apa? Sekarang, setelah aku melihat kau hidup di tempat semewah ini, kau tampaknya cukup kaya. Apa kau anak tersembunyi dari konglomerat...atau apa?".
Geon Wook masih membelakangi "Jadi mulai sekarang, bukan Hong Tae Sung yang kau incar... tapi aku". Jae In "Apa? Aku bertanya kau ini orang seperti apa? Apa kau Shim Geon Wook yang aku kenal? ..Bukan. Nama Shim Geon Wook, apa itu nama asli?". Geon Wook "Siapapun aku, apa itu penting untukmu?". Jae In "Aku... Apa artinya aku bagimu?". Geon Wook berbalik dan bertanya "Lalu, apa artinya aku bagimu?". Jae In "Apa? kau menipuku. Apa kau tidak merasa harus minta maaf padaku?". Geon Wook "Kenapa aku harus merasa menyesal? Siapapun aku dan dimanapun aku tinggal, kau tak akan tertarik padaku. Dari awal hingga sekarang". Jae In "Hey, Shim Geon Wook !! Baiklah. Kau bukan orang penting bagiku dan hubungan antara kita tak berarti apapun. Karena aku tak tertarik padamu, jadi kau tak perlu merasa harus minta maaf padaku. Seperti yang kaubilang, jika aku tak tertarik padamu, aku tak tahu untuk apa aku kesini. Aku mengerti. Aku akan pergi... dan tak akan kesini lagi". Jae In lalu berjalan melewati Geon Wook, tapi Geon Wook tak berani menatapnya dan berjalan berlawanan menjauhi Jae In.

Jae In terhenti melihat selembar foto di atas meja. Ya, itu foto mereka berdua saat pertama kali kencan saat masih mengira Geon Wook adalah Tae Sung. Matanya berkaca-kaca melihat itu, lalu dia keluar. Sementara itu, Geon Wook duduk tertunduk di atas ranjang santainya.
Tak berapa lama, Jae In kembali membawa bahan makanan. Dia melihat Geon Wook masih duduk termenung. Dia langsung menuju dapur. Geon Wook terkejut melihatnya. Sambil mengeluarkan sayuran yang dia bawa, Jae In berkata "Bukankah kau bilang ingin makan masakan buatan rumah?". Geon Wook langsung berdiri dengan wajah bingung. Jae In memasakkan makanan sehari-hari untuk Geon Wook. Geon Wook memandanginya layaknya tatapan seorang anak kecil yang menunggu ibunya menyiapkan makanan (how cute ^^).
Geon Wook bertanya "Jae In !".
Jae In sambil memotong sayuran menjawab "Hem?".
Geon Wook "Apa kau mempercayaiku?"
Jae In tersenyum "Apa maksudmu tiba-tiba berkata begitu?"
Geon Wook mengulang "Apa kau mempercayaiku?"
Jae In "Bagaimana bisa aku mempercayaimu? Kau kan selalu bohong padaku"
Geon Wook "Benar! Jangan mempercayaiku. Jangan pernah mempercayai pria brengsek sepertiku"
Jae In berkata pelan "Aku mempercayaimu"
Geon Wook nampak terkejut.
Jae In mengulang "Kubilang aku mempercayaimu. Kau"
Geon Wook diam saja menyandarkan kepalanya di tiang lampu hias dan tersenyum.
Makanan hampir matang. Geon Wook mencium aroma rebusan buatan Jae In. Jae In menaruh Geon Wook cuci tangan sementara dia menata makanan. Geon Wook tersenyum senang lalu pergi ke kamar mandi. Jae In menyusul Geon Wook ke kamar mandi untuk memberitahukan makanan sudah siap, tapi dia masuk tanpa mengetuk pintu dulu. Padahal saat itu Geon Wook sedang ganti baju. Jae In secara tak sengaja melihat bekas luka baretan panjang di punggung Geon Wook dan tercengang. Tapi Geon Wook berusaha bersikap biasa dan berkata "Ayo makan!" sambil tersenyum.
Di meja makan, Jae In menatap Geon Wook. Geon Wook biasa saja lalu berkata "Apa ini pertama kalinya kau melihat badan laki-laki? Lagi pula badanku tidak terlalu hot". Jae In tampak cemas "Apa yang terjadi? Kapan? Pasti terasa sakit sekali. Apa kau sempat operasi?". Geon Wook "Sudah sembuh kok". Jae In "Tapi, bekas lukanya cukup besar". Geon Wook tersenyum "Menjijikkan ya?". Jae In "Ah, bukan. Apa masih sakit?". Geon Wook "Yah. Sudah tak sakit lagi. Cuma bekasnya saja... Makanannya terlihat enak. Ayo cepat makan!".

Baru saja Geon Wook mulai makan, Hp Jae In berbunyi. Itu dari Hong Tae Sung. Geon Wook "Jawab saja!". Jae In "Tidak. Ayo makan saja". Lalu terdengar dering tanda sms masuk. Jae In lalu membacanya. Isinya tertulis 'Aku ada di depan apartemenmu. Kumohon, keluarlah sebentar'. Geon Wook dengan mulut masih mengunyah makanan bertanya "Dari siapa?". Jae In berbohong "Oh...Adikku. Sepertinya dia dapat masalah di sekolah. Dia minta cepat datang". Geon Wook mengerti "Begitu ya". Jae In menunduk tak berani menatap "Maaf ya" lalu dia beranjak pergi keluar. Geon Wook memanggilnya "Jae In!". Jae In terhenti "Ya?". Geon Wook "Terima kasih. Aku akan menikmatinya". Jae In menatap Geon Wook dari belakang, hatinya ingin tetap tinggal makan bersama Geon Wook, tapi egonya mengatakan lain bahwa dia harus menemui Hong Tae Sung. Geon Wook tampak lahap memakan masakan Jae In.
Jae In berlari pulang menuju tempat tinggalnya. Setelah melihat mobil Tae Sung, dia memasang tampang jaim lagi lalu melewatinya seolah-olah dia tak mau bertemu Tae Sung. Tae Sung melihatnya, dan langsung keluar dari mobilnya untuk mencegat Jae In.
Tae Sung "Permisi! Jae In-shi!"
Jae In tampak enggan "Untuk apa kau kesini?"
Tae Sung "Kau tak baca smsku?"
Jae In "sms? (memeriksa Hp) Ah..., jadi kau yang mengsmsku. Aku tak tahu siapa yang mengirimnya sejak kuhapus nomor kontakmu"
Tae Sung "Kau menghapus nomorku?"
Jae In "Ya" lalu ingin pergi
Tae Sung lalu mengambil bingkisan berisi baju Jae In "Ini... kau meninggalkannya. Aku datang untuk mengembalikannya padamu"
Jae In sinis "Aku tidak menyuruhmu membawakannya untukku", dia mengambilnya lalu membelakangi Tae Sung
Tae Sung "Ayo kita pergi cari makan! Ada yang ingin kubicarakan"
Jae In nampak enggan dan tak menjawab.
Tae Sung menarik tangan Jae In "Ayo naik"
Jae In pun terpaksa ikut (sebenarnya mau ^^).
Sementara itu, Geon Wook makan sendirian di rumahnya. Jae In memasakkan makanan cukup banyak. Geon Wook berniat membuangnya karena tidak habis, tapi diurungkannya. Geon Wook mencoba menghabiskannya. Dia makan dengan lahapnya, tapi kali ini dia makan sambil menangis. Ya, sudah lama dia tidak memakan masakan rumah seperti ini sejak Sun Young tiada.
Tae Sung dan Jae In makan di sebuah restoran. Tae Sung ingin minta maaf dengan Jae In atas kelakuannya kemarin.
Tae Sung "Maafkan aku! Tapi yang kukatakan waktu itu bukan bohong. Aku tidak percaya diri bisa meindungimu"
Jae In "kenapa Tae Sung-shi harus melindungiku? Apa aku memintanya? Mungkin suatu hari, kau bisa melindungiku. Tapi, aku tak selemah itu hingga perlu seseorang melindungiku" katanya. Lalu Jae In kembali memakan makanannya, tapi dia merasa ada sesuatu yang keras dalam mulutnya. Ternyata itu sebuah cincin berlian mahal. Jae In terkejut "Apa ini?". Seorang pelayan restoran datang "Um... permisi.. Saya minta maaf. Pesanan kalian sama dengan pelanggan yang lain. Sepertinya piringnya tertukar, bisakah berikan itu pada saya?". Jae In menyerahkannya dengan wajah masih bingung. Tae Sung tersenyum geli.
Tae Sung "Apa kau mengharapkan sesuatu? cara itu sudah ketinggalan jaman"
Jae In "Kapan aku mengharapkannya? Siapa bilang?"
Tae Sung "Apa kau bener-benar menghapus nomorku?"
Jae In "Ya. Aku menghapusnya"
Tae Sung mengambil Hp Jae In di atas meja tanpa izin. Jae In panik. Tae Sung menelepon ke Hp Jae In dan ternyata masih muncul namanya. Tae Sung tersenyum "Kau tak menghapusnya tuh"
Jae In mengambil Hpnya "Apa yang kaulakukan dengan Hp orang lain?" lalu dia tersenyum menunduk.
Won In sedang di jalan menuju rumah sambil bernyanyi 'Bonamana' Super Junior (pakai kaca mata hitam pemberian Geon Wook). Sebuah mobil mewah berhenti, dan dia tercengang melihat kakaknya keluar dari mobil itu. Dia menghampiri Jae In.
Won In "Kenapa kakak keluar dari mobil itu?"
Jae In salah tingkah "Huh? Oh, begini aku.. um...
Won In "Siapa dia?"
Jae In terbata-bata "Si..siapa?"
Won In "Siapa laki-laki yang mengantarmu?"
Jae In "Oh...um... rekan..rekan kerja"
Won In "Benarkah? Jika kau punya pacar, langsung ceritakan padaku. Aku sebenarnya sedang mengaturnya untukmu" (dia bermaksud menjodohkan Jae In dengan Geon Wook)
Jae In "Apa yang kaulakukan?"
Won In nyengir "Pacarmu. Aku tahu orang yang cocok untukmu. Aku sedang ingin cari info lebih banyak tentang dia".
Jae In "Tak usah. Aku tak perlu itu. Aku bisa menebak pria macam apa yang pilihkan untukku"
Won In "Kenapa? Dia tak buruk kok"
Jae In "Sudahlah. Aku tak perlu itu. kalau begitu, kenapa tidak kau saja yang jadian dengannya kalau kau mau?"
Won In berteriak kaget "Aku? Jika aku berkencan dengannya... ya.. aku akan kehilangan pada akhirnya. Dia cocok untukmu!"
Jae In mengalihkan topik "Kau ini datang darimana?"
Sekarang Won In yang salah tingkah "Aku lapar. Apa kakak sudah makan?"
Jae In tak menjawab.
Won In "Kakak! Kenapa kau selalu makan sendiri? Kau ini egois sekali. Kau keterlaluan" katanya berlagak ngambek. Jae In tertawa lalu membujuk Jae In supaya jangan ngambek. Hem.... kakak adik yang bahagia.
Di apartemen Taera, pelayannya khawatir karena suhu tubuh Taera mencapai 37,9 derajat dan ingin memanggil dokter. Taera menolak "Tak usah. Kita punya obat demam kan? Bisa kau ambilkan untukku?". Pelayannya terpaksa menurut. Ya, Taera memang tampak tak sehat dan kadang batuk-batuk. Mungkin pengaruh hujan-hujanan beberapa waktu lalu baru menimbulkan akibatnya sekarang. Seseorang menelepon Taera, ternyata dari ibunya. Taera terkejut "Ibu tak bisa menghubungi Mone? Sejak kapan?".
Sementara itu, Geon Wook sibuk kerja di ruang rahasianya. Dia sedang ngobrol dengan seseorang di telepon. Geon Wook berkata "Ya. Aku sedang mempelajari bahan-bahannya. Sudah cukup data untuk menunjukkan adanya manipulasi harga. Serahkan datanya ke Komisi Perdagangan Federal... Ya" katanya tersenyum.
Geon Wook lalu mendapat telepon lagi, ternyata dari Taera. Taera berkata "Shim Geon Wook-shi. Apa kau bersama Mone sekarang?". Geon Wook "Tidak. Mone tidak ada di rumahnya?". Taera tak menjawab lalu langsung menutup teleponnya (mungkin tak tahan mendengar suara Geon Wook ^m,^).


Telepon ketiga muncul, kali ini langsung dari Mone. Geon Wook langsung bertanya "Kau ada dimana?". Mone menjawab "Oppa. Kumohon datang kesini. Sekarang!". Geon Wook bertanya lagi "Kau ada dimana?". Mone "villa di Yang Pyung" (lagi-lagi kabur ke tempat milik keluarga). Geon Wook "Villa di Yang Pyung?".
Di rumah keluarga Hong, Ny. Shin cemas dan bertanya pada Taera "Dia tak juga menjawab teleponnya?". Taera "Ya. Dia juga tak ada di hotel". Ny. Shin "Kalau begitu kemana dia pergi?". Taera "Saya akan cari tahu kemana kemungkinan dia berada....", kata-katanya terhenti karena batuk. Ny. Shin bertanya "Kau tak enak badan? Kau kena flu?". Taera mengelak "Tidak. Saya baik-baik saja". Manager Uhm mengangkat telepon yang baru saja berbunyi. Ternyata penjaga villa Tn Kim memberitahukan bahwa Mone berada di villa. Taera lalu berkata "Katakan padanya kalau aku akan menjemputnya. Dan suruh dia untuk mengawasinya (Mone)". Ny. Shin berkata "Kenapa harus kau yang pergi? Kirim supir Kang saja". taera "Dia tak akan mau pulang kalau hanya supir Kang yang menjemput. Saya akan pergi ke sana. Saya akan meminta supir Kang untuk pergi ke villa juga".
Taera permisi pergi, lalu saat hendak keluar dari rumah dia menerima telepon dari Geon Wook "Hallo" ujar Taera. Geon Wook "Mone ada di villa Yang Pyung". Taera "(batuk) Aku sudah tahu. Aku akan ke sana menjemputnya". Geon Wook "Suaramu tak terdengar bagus". Taera "Kau tak perlu khawatir untuk itu" lalu langsung menutup teleponnya.
Taera mendatangi villa dengan mobil sendirian. Wajah Taera tampak pucat, dia menyetir sambil terbatuk-batuk. Sementara Mone mengunci dirinya sambil minum-minum di salah satu kamar villa. Mone memikirkan kata-kata Geon Wook dengan Taera di kantor 'Hal apa yang kausuka, siapa yang kau simpan dihatimu, apa yang kau rasakan sekarang... Hal yang ingin kudengar... adalah perasaanmu yang sebenarnya' serta pengakuan kakaknya bahwa dia sempat tergugah oleh Geon Wook.
Supir Kang duluan tiba di villa. Dia mengetuk-ngetuk kamar Mone namun tak juga dibuka, sehingga dia masuk lewat jendela. Supir Kang lalu mendapati Mone yang sudah mabuk berat, lalu dia menggendong Mone dan membawanya masuk ke mobil untuk pulang. Ternyata Geon Wook sudah ada di dekat villa melihat mereka dari jauh. Tapi Geon Wook tak langsung pergi. Dia melihat jamnya, ... sudah jelas Geon Wook menunggu Taera.

Tak lama kemudian Taera datang. Penjaga villa menghampirinya "Anda kemari Nona?". Taera "Bagaimana dengan Mone?". Penjaga villa "Supir Kang menjemputnya". Taera "Begitu?". Penjaga villa "Ada tamu dari Seoul menunggu di dalam". Taera "Tamu?". Penjaga villa "Dia bilang dia adalah sekretaris Direktur Hong Tae Sung". Taera terkejut "Sekretaris Tae Sung?". Penjaga villa "Ya". Taera masuk ke dalam dan mendapati Geon Wook duduk di ruang tamu.
Taera "Kenapa kau ada di sini?" katanya dengan suara yang tampak lelah.
Geon Wook "Kau terdengar sakit saat di telepon. Aku datang karena khawatir"
Taera "Khawatir? Siapa? Mone?"
Geon Wook "Bukan. Tapi Kau"
Taera "Kenapa kau mengkhawatirkanku?".
Telepon villa berbunyi, ternyata dari ibunya.
Taera "Hallo. Ya, bu. Aku baru saja datang"
Ny. Shin "Aku tadi tak bisa menghubungi handphonemu. Apa kau sendirian?"
Taera "Ya. Mungkin tak ada sinyal saat di jalan melewati hutan... Tidak, saya akan segera pulang" katanya.
Taera terbatuk-batuk lagi dan langsung beranjak pergi keluar. Geon Wook memanggil "Taera-shi!". Taera tak peduli. Geon Wook mencegatnya di teras dan memegang lengannya "Berbahaya menyetir denga kondisimu seperti ini". Taera tak menatap mata Geon Wook "Minggir!". Geon Wook berkata lembut "Aku akan mengantarmu". Taera melepaskan tangannya dari Geon Wook "Aku bisa mengurus diriku sendiri" lalu buru-buru pergi. Geon Wook menariknya "Kumohon dengarkan aku". Taera berbalik. Geon Wook memperingatkan "Kau sedang sakit sekarang. Jangan mencoba keras kepala dan masuklah ke mobilku". Mata Taera berkaca-kaca "Kau orang yang seharusnya tidak keras kepala. Pergi! Kenapa aku harus masuk ke mobilmu? Kenapa aku harus bersamamu? Kenapa harus aku? Kenapa ?!!!" teriaknya lalu dia hilang kesadaran dan hampir terjatuh. Geon Wook menahannya "Taera-shi!!" lalu menngendongnya masuk ke dalam.

Supir Kang dan Mone yang tertidur masih di tengah jalan. Supir Kang lalu menerima sms dari Taera yang tertulis 'Aku tidak merasa enak badan. Aku akan tidur di sini dan kembali besok pagi'. Supir Kang menjawab 'saya mengerti. Saya akan menjaga Mone' (supir idaman nih). Rupanya Geon Wook lah yang mengirim sms itu, karena Taera tak sadarkan diri. Geon Wook mengrim sms lagi 'Tolong jaga Mone'.
Geon Wook merawat Taera semalaman. Dia mengompres Taera agar panasnya turun, juga menyelimutinya dengan jasnya. Sesekali dia membelai rambut Taera (Aduh Geon Wook oppa, engkau ini membingungkan juga ya! Benarkan cuma dendam yang kau rasakan TT__TT).
Ny. Shin yang masih khawatir menelepon penjaga villa "Apa Taera sudah pulang menuju Seoul?... Dia masih disana bersama seorang tamu dari Seoul? Siapa tamunya?". Tn Kim menjawab "Ya. Dia seorang pria". Ny. Shin kaget "Pria. Jaksa Park?". Tn Kim "Bukan. Dia bilang dia adalah sekretaris direktur Hong Tae Sung". Ny. Shin "Sekretaris Tae Sung? Shim Geon Wook?". Tn Kim "Dia bersamanya karena Nona tampak tidak sehat". Ny. Shin mencoba mencernanya sambil memegang kepala (mungkin pusing) "Maksudmu Shim Geon Wook itu sedang bersama Taera di villa sekarang?..Aku mengerti. Terus awasi" lalu menutup teleponnya. Ny. Shin menggerutu "Untuk apa Shim Geon Wook pergi ke sana? Ah..., aku sangat tak suka dia. Dari mana dia datang...?".
Manager Uhm yang mendengar itu merasakan suatu firasat "Nyonya...".
Ny. Shin "Apa?".
Manager Uhm "Orang itu...".
Ny. Shin "Siapa? Shim Geon Wook".
Manager Uhm "Ya. Orang itu. Dia orang yang seperti apa?".
Ny. Shin "Apa maksudmu? Kenapa kau penasarang tentang itu?".
Manager Uhm "Ah, tidak. saya dengar Nn Mone berkencan dengannya".
Ny. Shin marah "Siapa yang bilang dia berkencan dengan Mone? Apa kau bekerja di sini hanya satu dua hari? Apa kau tak tahu kalau kau harus jaga kata-katamu? Apa maksudmu Mone kami berkencan dengan pemalas itu?".
Manager Uhm "Maaf, Nyonya" lalu dia permisi pergi.
Tapi Ny. Shin masih berteriak "Apa sih yang dipikirkan orang ini!!". Ny. Shin lalu duduk untuk menikmati kopinya. Namun rupanya kopi itu sangat panas, sehingga Ny. Shin memuntahkannya. Ny. Shin berteriak kesal "Ah... panas! Manager Uhm !!!".
Sementara itu di villa, Geon Wook didapur memotong-motong jeruk lalu merebusnya dengan wine untuk diminum Taera. Dia tak tidur semalaman. Hari menjelang pagi. Taera terbangun dari tidurnya dan menyadari seseorang mengompress demamnya. Geon Wook membawakan minuman hangat buatannya. Taera langsung merapikan rambutnya yang berantakan. Geon Wook bertanya "Kau sudah baikan?". Taera menjawab dengan menunduk "Aku baik-baik saja" (nadanya tak judes lagi). Geon Wook "Aku khawatir saat kau hilang kesadaran dan pingsan... Aku tak tahu apa harus membawamu ke rumah sakit atau tidak.... Aku membuat campuran wine, jeruk, dan gula. Akan lebih bagus ditambah kayu manis tapi aku tak bisa menemukannya. Minumlah seagi panas" katanya sambil menyuguhkan minuman itu pada Taera. Taera menatap Geon Wook. Geon Wook tersenyum "Ini lumayan ampuh untuk demam".
Taera mau meminumnya lalu dia memandang ke luar jendela "matahari sudah terbit. kau sama sekali tak tidur semalaman karena aku?". Geon Wook lalu duduk di samping Taera dan memegang dahi Taera sambil memegang dahinya juga. Taera tampak gugup dibuatnya. Geon Wook berkata "Leganya. panasmu sudah turun dan kau tampak lebih baik" sambil tersenyum lembut. (Hmm.., sepertinya sudah ada hati yang mulai mencair nih).

Geon Wook mengantar Taera pulang. Di tengah jalan, Geon Wook memberhentikan mobilnya di depan danau dekat jalan raya. Taera memandang keluar jendela "Hari itu... bukanlah kesalahan. Pada momen itu... Seidaknya pada saat moment itu..." katanya dengan malu-malu. Geon Wook menatapnya lalu menggenggam tangan Taera (Finger Kiss again!). Mata Taera berkaca-kaca, lalu dia memberanikan diri bersandar di bahu Geon Wook. Geon Wook mengecup rambut Taera, lalu bersandar juga pada Taera. geon Wook tersenyum kecil. Salah satu targetnya tercapai, affair terlarang pun dimulai...

Geon Wook mengantarnya hingga depan apartemen Taera. Dia berpesan pada Taera "Sekarang beristirahatlah. Aku pergi dulu" lalu dia pergi.
Taera merebahkan diri di atas ranjangnya. Dia kini merasakan perasaan asing yang disebut cinta, yang tidak seharusnya dia rasakan karena sudah memiliki keluarga, Dia teringat saat-saat di mobil tadi bersama Geon Wook dan mengaku bahwa kejadian di pameran gallery itu bukanlah kesalahan. Taera pasti sudah mengerti risiko atas pengakuannya itu.
Geon Wook masuk ke kantornya. Para staf yang lain belum datang. Geon Wook menerima telepon dari seseorang "Ya. Apa beritanya sudah muncul?...(membuka internet) Ya, Aku sedang mencek beritanya di komputer". Geon Wook membaca berita yang akan menggemparkan Haeshin Group itu. Berita itu berjudul 'Hasil Penyelidikan : Putra chaebol (konglomerat) dari H_ Group diduga atas kasus manipulasi harga saham'. Geon Wook tersenyum puas. Dia berkata pada seseorang di telepon "Aku sudah melihat beritanya. Kerjamu bagus".
Sementara itu, Presdir Hong membaca koran pagi yang juga memberitakan hal yang sama.
Presdir Hong tampak gelisah "H Group yang mereka maksud adalah Haeshin dan keturunan chaebol itu adalah Tae Kyun?".
Sekretaris Kim berkata "Rumor yang sedang beredar di kalangan pemegang saham mengatakan itu adalah direktur Hong Tae Kyun"
Presdir Hong "Ini bukan dalam jumlah yang kecil. Dari mana uang itu datang?"
Sekretaris Kim "Dia pasti memakai uang dari cabang di Amerika"
Presdir Hong "Maksudmu dia diam-diam mengalihkan dana dari cabang di Amerika? (melempar koran) Dasar Tae Kyun!!! Panggil Tae Kyun kesini sekarang. Cepat!"
Tak lama kemudian Tae Kyun tiba di depan ruangan Presdir Hong. Dia menghampiri Sekretaris Kim lebih dulu.
Tae Kyun "Apa ayah memanggilku karena berita itu?".
Sekretaris Kim menjawab "Ya".
Tae Kyun meminta "Tolong urus pihak pers sehingga tidak ada berita lagi yang rilis. Tolong blok ini tanpamemperhitungkan metode atau maksudnya".
Sekretaris Kim "Tapi..seseorang dengan sengaja menyebarkan berita-berita terkait. Ini tak akan mudah".
Tae Kyun heran "Apa maksudmu menyebarkan beritaberita terkait? Siapa?".
Sekretaris Kim "Saya sedang menyelidikinya. Ngomong-ngomong, apa ada orang yang dendam padamu?".
Tae Kyun "Tidak. Tidak ada yang seperti itu".
Sekretaris Kim "Dari yang bisa saya bilang, tampaknya dia sudah mengincarmu sejak lama".
Tae Kyun "Aku? Itu tak masuk akal.... (mencoba mengingat) Orang yang punya dendam denganku...".

Geon Wook tampak duduk terlelap di selasar kantor saat istirahat siang (Kurang tidur karena merawat Taera tadi malam). Jae In melihatnya lalu menghampirinya. Dia melambaikan tangan di depan wajah Geon Wook "Dia pasti sudah tidur (tersenyum) Memangnya apa yang dia lakukan semalaman samapai-sampai tertidur di sini?". Awalnya Jae In ingin membangunkannya, tapi diurungkan karena tak mau mengganggu sehingga dia pergi. Tapi Geon Wook menarik tangan Jae In hingga terduduk disampingnya dengan mata yang masih terpejam. Tapi rupanya Geon Wook tidak sedang tertidur.
Jae In "Jadi kau tidak tidur?".
Geon Wook "Hemm..Aku hanya menutup mataku karena aku capek"
Jae In "Apa yang kaulakukan semalaman?"
Geon Wook "Kerja" (menggaet Taera adalah pekerjaan)
Jae In "Kerjaan seperti apa?"
Geon Wook "Cuma kerja"
Jae In "(sigh) Kau punya 2 profesi?"
Geon Wook tertawa kecil lalu bersandar di bahu Jae In "Tetaplah seperti ini sebentar"
Jae In "Hey, Bagaimana kalau seseorang melihat kita?"
Geon Wook "Tenang saja. Hong Tae Sung sedang di luar"
Jae In "Memangnya aku bilang aku khawatir Hong Tae Sung akan melihatnya?
Geon Wook "Hanya semenit"
Jae In "Aku sangat sibuk. Aku harus menyerahkan ini ke departemen PR. Jadi cuma semenit ya"
Jae In melihat keluar jendela "Hmmm, cuacanya bagus. Geon Wook! Tentang kemarin... Maaf ya! Kita pasti akan makan bersama lagi lain waktu. OK?"
Geon Wook tak menjawab. Dia tampak benar-benar tertidur. Jae In menatapnya lalu bermaksud ingin membelai rambut Geon Wook, tapi diurungkannya. Jae In tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di kepala Geon Wook. Mereka terlihat damai. Entah takdir apa yang akan menuntun mereka...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar